10 I Madtari // re-write

3.5K 269 9
                                    

Chrystal

"Karena aku masih sayang kamu, Chrystal. Selalu sayang kamu." Tentu saja jawaban itu yang akan Athala berikan. Tapi bukan itu jawaban yang gue mau.

Kedua mata Athala masih tertuju pada gue saat gue memposisikan duduk kembali seperti sebelum melihat foto itu dalam dompetnya.

Foto itu, gue masih ingat betul kapan dan dimana foto itu diambil. Athala yang mengabadikannya dengan kamera yang baru dibelikan Papanya, saat gue memakai kebaya, dalam toga.

Athala juga kembali fokus menyetir setelah lampu merah berubah hijau, tidak ada yang berbicara sampai kami tiba di Madtari, hanya lagu Young, Wild and Free yang menemani diam yang kami sengaja buat.

***

"Kamu mau susu murni rasa stroberi sama apa?" Tanya Athala yang lagi sibuk nulis pesanan tanpa melihat menu lagi karena sudah hapal isinya di luar kepala.

"Lo belum jawab pertanyaan gue tadi waktu di lampu merah."

Athala yang sedang sibuk menulis pesanan seketika tertegun, lalu merapatkan kedua tangannya sambil menatap gue lekat.

"Bukannya aku udah jawab tadi."

"Bukan jawaban itu yang gue pengen denger."

"Terus jawaban seperti apa yang kamu pengen dengar?"

"Kenapa?"

Iya, alasannya. Gue ingin tahu alasannya. Kenapa masih bisa memberi gue jawaban seperti tadi padahal gue sama dia udah berakhir lama sekali.

"Kenapa?" Ulang Athala terkekeh lalu lanjut menulis. "hmm, aku juga nggak tahu, sama kayak kamu." Dia menyimpan pulpen yang dipegangnya sedari tadi di atas note yang diberikan pelayan Madtari tadi begitu kita sampai. "Dari kita putus 7 tahun yang lalu aku selalu ingin tahu jawabannya, tapi aku sendiri udah 7 tahun ini nggak bisa jawab pertanyaan kamu itu."

Athala menunjukan senyum simpulnya sebelum memanggil pelayan yang berdiri tidak jauh dari kami lalu memberikan note kecil berisi pesanan kami, "A yang pisang keju jangan terlalu banyak kejunya ya, dia nggak begitu suka keju."

Bahkan dia masih ingat gue yang nggak suka keju selalu minta kejunya dikurangi setiap pesan pisang keju di sini.

Setelah beberapa saat Pelayan Madtari meninggalkan meja gue dan Athala, kita berdua masih tetap diam sibuk dengan pikiran masing-masing sampai gue putuskan untuk mulai pembicaraan. "Kenapa kamu nggak pernah mencoba sama yang lain? Kamu nggak akan pernah tahu, kalau kamu nggak pernah mau nyoba."

"Pernah kok aku pernah coba memulai lagi dengan temen Coas. Tapi malah berakhir nyakitin dia. Jadi dari sejak itu, aku pikir sampai kamu benar-benar nggak ada di sini." Athala menunjuk dada kirinya, "aku nggak akan mau mencoba memulai dengan cewek manapun lagi."

"Tujuh tahun bukan waktu yang sebentar Athala."

"Iya, aku tahu."

Lalu kenapa?

"Apa mungkin salah satu penyebabnya karena kamu kira aku belum maafin kamu?" iya, apa mungkin kata itu yang belum Athala dengar langsung dari mulut gue membuat Athala selalu merasa bersalah dan berat memulai semuanya lagi dengan yang lain? "Kalau memang iya, sekarang dengar baik-baik!" Gue mengambil tangan kanannya yang berada bebas di atas meja, membuat mata Athala seketika membesar, "aku maafin kamu... Aku udah maafin kamu." Lalu gue tersenyum padanya untuk pertama kali setelah sekian lama, setelah melepas tangannya.

Namun, Athala malah kembali mengambil tangan gue dan berkata, "seneng lihat kamu bisa senyum dan nggak 'lo-gue' lagi sama aku."

Gue cepat-cepat menarik tangan gue bersamaan dengan datangnya pesanan kami ke meja.

Vous (Amour Series #2) Proses PenerbitanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang