Chapter 3

125 11 1
                                    

Kehilangan itu bagian dari kehidupan. 

Dua hari sudah berlalu, tapi sang ayah belum juga menampakkan diri akan datang. Sejak insiden dimana Ayah pulang dengan mabuk dan mengambil gelang Ibu membuat Alex sangat tak peduli kalau pria itu pulang atau tidak pulang bahkan Alex sangat senang jika pria itu tidak akan pulang selamanya.

Begitu juga dengan Alexa, ia bahkan acuh jika ayahnya tak pulang. Alexa marah dan tak suka melihat kelakuan ayahnya yang seenaknya pada Ibu.

Lain dengan sang ibu yang terus saja menunggu suaminya yang tak kunjung pulang.

"Ibu, Alex dan Alexa pergi sekolah dulu." ucap Alex.

"Hati hati sayang." Ibu lalu mencium kedua kening anaknya.

Seperti biasa, si kembar akan berjalan bersama dengan tangan yang saling berpegang hingga sampai ke sekolah.

Ditengah pelajaran dimulai, guru yang lain masuk ke dalam kelas dimana itu kelas Alex dan Alexa.

"Permisi sudah mengganggu jam pelajaran." ucap guru yang lain bernama ibu Amera meminta izin pada guru yang mengajar.

"Tadi ibu dari Alex dan Alexa menelfon ku, meminta Alex dan adiknya untuk segera pulang." ucapnya.

"Alex, Alexa ibumu meminta mu untuk segera pulang sayang."

"Ada apa ibu gulu?." Tanya Alexa.

"Kau akan tahu sayang. Sekarang pulanglah. Dan hati hati!" Ibu Amera menatap kedua saudara dengan iba.

Ibu Amera menatap Alex kakak dari Alexa dengan tersenyum seraya memegang bahu Alex hingga Alex menengadah memperlihatkan kedua mata abu abunya bertanya arti tatapan ibu Amera.

"Alex. Apapun yang nanti terjadi, kuatlah sayang. Tuhan bersama mu dan ibu turut berduka cita." Alex tahu dari ucapan ibu Amera ada yang terjadi dan perasaannya mengatakan hal yang tidak menyenangkan.

Alex meresponnya hanya dengan mengangguk lalu berjalan ke arah Alexa yang sedang menunggunya.

"Ayo" Alexa mengangguk membiarkan tangannnya di gandeng oleh Alex. Alexa memegang tangan Alex cukup erat.

"Ada apa Alex? Kau tellihat kaku." Alexa bersuara.

"Tidak apa." jawab Alex singkat membuat Alexa terdiam dan terus berjalan mengikuti kemana Alex berjalan disampingnya.

Alexa memang masih kecil ditambah lagi sifat manjanya tapi Alexa tahu ada yang berbeda dari saudaranya itu. Ikatan Alex dan Alexa sebagai saudara kembar namun tidak identik itu menjadi alasan mengapa Alexa tahu bahwa ada yang berbeda dari saudara kembarnya. Alex Aydin Orlando.

Seperti rasa amarah, ketidak adilan, kecewa dan sakit secara bersamaan. Namun Alexa memilih diam dan terus berjalan tapi sebagian dari dirinya tak suka melihat Alex seperti ini.

Sesampainya dirumah, kedua bocah itu menatap heran sebab banyak orang dirumahnya datang tapi ada yang berbeda sebab orang orang itu menggunakan pakaian hitam. Seperti para pelayat.

Jantung kedua bocah itu berdetak tak karuan, perasaanya takut. Bocah itu kalut merasa ini benar benar hal yang mengerikan.

Alex melepaskan genggamannya ditangan Alexa membuat ia menoleh, kesakitan jelas terlihat dimata kelabu Alex "Alex, Alexa takut" Alex tidak menyahut, kekalutannya mampu membuat lidah Alex kaku tak bisa berucap.

Dengan langkah perlahan yang mencoba mendekat kedalam rumah sederhananya, orang orang datang menatap kasihan pada kedua bocah itu.

Alex maupun Alexa heran mendengarkan ucapan demi ucapan yang menyampaikan duka cita. Hingga tiba dimana kedua bocah itu sudah tiba didalam rumah.

FraternitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang