Ada beberapa hal yang lebih baik tetap tak terungkap.
.
"Belajarlah lebih serius Alexa, ujian kelulusan sudah di depan mata." Alex menegur Alexa yang sedang mengantuk padahal saat ini ia sedang belajar bersama Alex di ruang tamu rumahnya.
Dua minggu ke depan, semua sekolah akan melakukan ujian kelulusan. Begitu juga sekolah si kembar. Dan tentunya Alex dan Alexa pun sering pulang terlambat sebab tambahan belajar untuk menyambut ujian.
"Tak terasa kita akan lulus Lex." Kini Alexa mulai memperbaiki duduknya.
"Hmm." Alex hanya bergumam.
"Berarti kita akan mulai memikirkan pekerjaan."
"Untuk apa?" ucap Alex tapi masih berfokus pada buku yang ia baca.
"Untuk kelanjutan hidup kita." Lesuh Alexa.
Kini fokus Alex bukan lagi pada bukunya namun pada gadis di depannya.
"Kau tidak usah memikirkannya itu bukan tugasmu. Kau hanya perlu melanjutkan study mu."
"Uang dari mana?"
"Akan ku usahakan. Lagipula aku ingin melihatmu masuk di sekolah akademi Agent."
"You crazy Alex? Kita tidak memiliki uang sebanyak itu untuk masuk ke akademi itu."
"Bukan kita, tapi hanya kau yang akan masuk ke akademi itu." Alex masih berucap dengan tenang.
"Tidak. Kita harus bersama sama. Aku tidak ingin berpisah denganmu." Kekeuh Alexa.
"Alexa mengertilah ini untuk kebaikanmu juga."
"AKU TIDAK INGIN MENGORBANKAN KAKAKKU. DAN DISINI KAU YANG HARUS MENGERTI." Tanpa sadar Alexa membentak, nafas-nya pun sudah naik turun.
Bukannya Alexa tak menjaga sikapnya, tapi Alex selalu saja mementingkan dirinya daripada diri laki laki itu. Ia juga ingin membantu kakaknya. Tanpa diminta air mata Alexa jatuh di atas pipinya yang putih bersih.
Menghembuskan nafasnya, Alex beranjak untuk lebih dekat dengan adiknya dan sekarang Alex sudah berada di depan Alexa yang sedang menangis.
"Ssst..jangan menangis, air mata ini hanya membuatku merasa gagal membahagia kanmu sesuai janji ku pada ibu."
Alexa menjauhi tangan Alex yang sedang menghapus airmatanya.
"Ku mohon Alex, jangan terus memikirkan ku. Pikirkan dirimu juga, setidaknya untuk masa depanmu. Kita bisa mencari beasiswa dan sekolah bersama tanpa aku bersekolah di akademi itu." Alexa berucap panjang sesekali sesegukan.
"Kau lebih penting daripada masa depanku."
"Dan ini membuatku seperti adik yang tidak tahu diri."
"Aku hanya ingin membuatmu mendapatkan cita citamu. Hanya itu saja, anggap ini permintaan pertama ku pada adikku ini."
"Lalu dirimu bagaimana?"
"Aku pria dan aku bisa bekerja keras untuk mengumpulkan uang yang lebih banyak, kau tidak perlu mencemaskanku. Karena kau hanya perlu berjanji kau akan pulang dengan sudah menjadi Agent." Alexa tidak menjawab melainkan memeluk kakaknya.
Hati Alexa menghangat mendengarkan penuturan dari seorang lelaki yang sudah menjaga sedari kecil hingga sekarang. Dari dulu Alexa mencoba menuruti apa kata kakaknya dan berusaha tidak mengecewakan Alex sebab hanya itu yang bisa Alexa lakukan untuk membalas budi. Walau Alexa tahu itu tidak seberapa dibandingkan Alex.
"Jadi, apa kau ingin?" Tanya Alex sekali lagi saat Alexa sudah mulai tenang.
"Ingin apa?" Alexa bertanya kembali.
"Masuk dalam akademi Agent tahun ini? Ku mohon jangan menolaknya."
Alexa gamang. Ia sangat ingin karena itu memang cita citanya tapi ia juga tidak tega membuat Alex bekerja keras untuknya dan mengorbankan diri lelaki itu. Namun ia akhirnya mengangguk setelah melihat tatapan Alex yang begitu mengharapkan dirinya untuk menerima keinginan Alex.
Dengan Ragu, perlahan Kepala Alexa mengangguk membuat senyuman manis Alex terbit.
"Terima kasih."
"Justru aku yang harus berterima kasih padamu Alex."
Lagi lagi Alex menerbitkan senyum manisnya itu.
"Jika saja aku bukan adikmu maka aku sudah dari dulu menyukai mu Alex."
"Memangnya kenapa?"
"Senyum mu membuat mu semakin tampan, aku berani bertaruh jika fans mu akan melakukan apa saja hanya untuk melihat senyum mu."
"Kau ini ada ada saja." Alex mengusap lembut puncak kelapa Alexa.
"Tunggu disini." Kini Alex langsung beranjak berdiri lalu berjalan ke arah kamar lelaki itu dan tak lama kemudian Alex membawa map ditangannya.
Alex tersenyum kembali, entah kenapa hari ini dan beberapa hari ke depan sebelum Alexa masuk ke sekolah baru gadis itu Alex akan mengumbar senyum terbaiknya pada gadis itu. Sebelum semuanya tidak seperti ia inginkan namun harus ia jalani. Setidaknya ia bisa melihat adiknya mendapatkan masa depannya.
"Ini." Alex menyodorkan map itu.
"Buka saja." Alexa mengernyitkan kening mendenfar jawaban Alex.
Lalu membuka map itu dan membacanya. Matanya membulag sempurna setelah menyelesaikan membaca setiap kalimat di map itu.
"Ya Tuhan. Kau benar benar niat Alex." Pertanyaan retoris itu yang di dukung ekspresi Alexa membuat benak Alex merekam semuanya.
"Ya. Apapun asal untuk adik ku."
Air matanya kembali lagi, malam ini rupanya ia mengeluarkan air mata berkali kali.
"Kau bodoh, kenapa harus sekarang? Dan darimana kau mendapatkan ini? Uang dari mana Alex?" Kini Alexa berucap sembari posisinya yang memeluk Alex.
"Sssst..kau ini terus saja menangis jangan membuatku menyesal karena terus saja melihat kau menjatuhkan air matamu."
"Aku terharu dan aku bangga padamu Alex. Ini terlalu cepat Alex padahal niat ku ingin membantu mu mencari uang."
"Untung saja itu tidak terjadi. Aku hanya tidak ingin jika formulir itu habis sebelum aku mendapatkannya untukmu."
Ya. Isi map yang dibawa Alex itu adalah formulir untuk masuk ke dalam akademi itu dan Alexa tahu jika harga satu formulir tidaklah murah dan lihatlah Alex berhasil mendapatkannya.
Setelah acara berpelukannya, Alexa sekarang menatap intens lada Alex yang terlihat tenang tak merasa terganggu dengan itu.
"Sekarang kau isi formulir itu. Dua hari sesudah ujian kelulusan, formulir akan di kumpulkan. Satu pekan kemudian kau ada tes kecerdasan otak lalu tiga hari ke depan ada tes ketangkasan fisik. Jika mendapatkan nilai terbaik dalam kedua tes itu kau di nyatakan lulus." Alex menjelaskan prosedur mendaftar dari akademi itu.
Alexa pun mengisi formulir sembari telinganya merekam semua informasi dari Alex.
Alexa sudah selesai selesai mengisi formulir dan memasukkan kembali dalam map-nya. Dan menarik nafas nya.
"Jujur padaku Alex Aydian Orlando." Tanya Alexa dengan rasa penasarannya yang tinggi.
"Jujur tentang hal apa? Alexa Aqila Orlando."
"Uang darimana? Tabungan ibu tidak akan cukup bahkan sepertiganya tidak mencapai."
"Sudah aku katakan. Itu bukan urusanmu."
"Itu urusanku."
"Bukan urusanmu."
"Lex, look me!" Kini Alexa sendiri yang gelagapan saat mata tajam Alex membidiknya.
"D..dari mana?"
"Tidak usah tahu dan sekarang belajarlah dengan benar. Kau tidak ingin kan jika usaha kakakmu ini sia sia!" Pertanyaan Retoris Alex membungkam Alexa.
Sial!. Alex tahu kelemahannya dan kini Alexa memilih diam walau sebenarnya ia masih penasaran namun ia cukup tahu diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fraternitas
ActionAlex aydin Orlando dan Alexa aqila Orlando adalah dua kembar tak identik. Alex dan Alexa sama sama mengarungi, menghadapi dan menyelesaikan apapun persoalan dunia kejam ini dengan bersama sama hingga tiba saatnya saat takdir seakan sedang ingin berm...