Chapter 14

92 4 0
                                    

Tuhan memang memberikan luka tapi Tuhan pun tidak lupa memberikan obatnya. Dari banyaknya luka yang sudah dilalui, aku beruntung dianugrahi seorang saudara seperti mu, Alex.

.

Alexa pikir ia tidak akan pernah berpisah dengan Alex dalam waktu dekat ini, tak berpikiran pula jika ia akan benar benar bisa melanjutkan sekolahnya di sekolah yang sangat ia inginkan.

"Jadi kita akan benar benar berpisah?" Alexa menggaruk tengkuknya.

Alex tersenyum "Kau disini untuk belajar, kita tidak benar benar berpisah."

Alexa tersenyum kecut "Tapi kenapa terasa setelah ini kita tak akan bertemu?"

Alex terdiam, tak tau harus menjawab seperti apa.

"Hei! Kemana Alexa ku? Tak biasanya kau lesuh seperti ini padahal kau sudah menjadi pelajar dari sekolah high ini." Alex mengusap kedua bahu Alexa, mengalihkan pembicaraan.

Alexa tak menjawab malah menundukkan kepalanya semakin dalam membuat rambut gadis itu menutupi wajahnya. Alex membiarkannya sejenak, perasaannya sama beratnya.

Siapa yang tak berat melepaskan adik satu satunya dan hanya dia yang tersisa agar menjadi kuat untuk terus berjuang dalam dunia keras seperti ini ditambah lagi ia tak yakin bisa berhadapan seperti ini di kemudian hari. Tak sanggup rasanya membayangkan bagaimana kecewanya Alexa dengannya di masa depan nanti.

Pelukan spontan dari Alexa membuyarkan lamunannya, pelukan Alexa mengerat namun tidak menyesakkan Alex. Isakan itu terdengar menambah rasa sesak Alex.

"Sialan, ini sangat sulit Alex. Aku memang manja sangat manja sampai sampai kau tak pernah ku liat berkencan dengan perempuan manapun, selalu memberatkan mu untuk biaya hidup ditambah biaya agar aku bisa belajar di sekolah favoritku padahal keuangan kita tidak memungkinkan."

"Jangan lupakan kalau kakak mu ini sangat tampan, satu kedipan mata para perempuan siap mengantri untuk ku."

"Sombong sekali."

Alex terkekeh "Kau sudah memberikan ku alasan untuk berjuang, kini aku minta kau kembali dengan title agent yang pro."

Alex kembali memberikan Alexa waktu, momen ini yang akan ia rindukan.

"Kau tidak ingin melepaskannya? Bus SA sudah datang menjemputmu." Alexa menggeleng, beriringan dengan isakan yang terdengar.

Alex mencoba melepaskan, di balas rengkuhan Alexa semakin erat.

"Hei, semua orang menatap mu."

"Biarkan."

"Semua orang sedang menunggu mu untuk masuk ke dalam bus."

"Biarkan."

"Semua orang akan menganggap mu sebagai agent yang cengeng."

"Biarkan saja."

"Alexa ada apa dengan mu?" kini Alex mulai serius.

"Aku tidak ingin berpisah." pekik Alexa.

"Ini tidak akan lama, belajarlah di SA lalu pulang dan... Dan kita akan bertemu." Alex mencoba tenang dalam kebohongannya sendiri.

"Alexa jangan membuat ku kecewa." isakan Alexa seketika tidak terdengar lagi.

Rengkuhan itu perlahan terlepas sampai Alex melihat Alexa mengelap wajahnya dengan tangannya sendiri.

"Aku tidak akan mengecewakan mu, aku janji. Jaga baik baik dirimu, jangan sampai kelelahan apalagi sakit. Setelah aku lulus dan menjadi agent dengan predikat terbaik aku segera pulang. Sampai jumpa Alex." Alexa berbalik hendak memunggungi Alex ketika kedua tangan pria itu memeluknya kembali.

FraternitasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang