13| Jangan Menjauh

238 10 0
                                    

PART XIII

Gue buka kelopak mata perlahan-lahan untuk melihat ekspresi dan jawaban seperti apa yang bakal Adit tunjukin ke Gue.

Saat Gue buka mata secara utuh dan Adit yang melepas tangannya dari wajah Gue,

"Lo bercanda, kan?"

DEG

"Gue tau Lo cuma bercanda. Sorry deh kalo Gue bikin Lo jengkel tadi. Becanda Lo kali ini dapet banget loh, Bi" gumam Adit dengan santainya.

Entah kenapa airmata Gue seketika berhenti, "Cukup, Dit! Gue bisa balik sendiri, thanks udah ngajak Gue kesini," jawab Gue lesu lalu mengalihkan pandangan Gue dari Adit dan pergi.

Adit menahan tangan Gue, "Bi?" panggil Adit.

"Please, lepasin gue!" seraya melepaskan genggaman tangan Adit.

Gue meninggalkan Adit dibelakang dengan hati yang hancur tentunya dan berharap hati Gue berhenti suka sama Adit.

_____∆_____

Tiap harinya Adit menelpon, chat, sms dan dateng kerumah Gue untuk meminta maaf tapi Gue masih enggan buat bertemu sama Adit gimana enggak Adit selalu nganggep semua itu lelucon bagi Dia.

Semenjak kejadian itu udah lama gak ketemu Adit, lebih tepatnya Gue menghindari Adit. Entah kenapa semesta enggan menghapus jejak Adit di hidup Gue dan benar secara gak sengaja di lift kantor sehabis lembur.

Pukul 11.30, Gue udah dengan keadaan mabok deadline dan lelah memasuki lift tanpa pikir panjang beberapa detik kemudian Adit yang Gue liat di depan pintu lift membuat  mata beler Gue jadi auto melek. "Oh, God! Apa gak ada manusia lain apa yang naik lift? Kenapa harus ADIT!" teriak dalam hati.

Gue panik tanpa memandang wajah Adit sama sekali menundukan pandangan kebawah seraya menyelipkan rambut ke telinga, "A...haha, permisi.." bingung.

"Bi?" panggil Adit yang gak Gue hiraukan sambil keluar lift tanpa menghiraukan sapaan Adit.

"Abigael!" teriak Adit dengan nada yang kesal lalu menarik tangan Gue untuk kembali memasuki lift.

Woalaaaaa,
Gue dan Adit berhadapan. Okey, rasanya kayak roh Gue bakal keluar mendadak,
"Oh, man! Believe me u don't know how it feels."

Mata Gue yang akward tatap-tatapan sama Adit cuman bisa kayak orang kelilipan buaya berusaha sok kuat lalu mencoba memberanikan diri melihat kearah mata Adit dengan serius,

"Ya, Dit?" jawab Gue yang berlagak santai.

Dengan tangan Adit yang masih mengenggam pergelangan tangan Gue,

"Bi?" sapanya lirih sambil menatap Gue cemas.

"Soal yang tempo hari... Gue..." gumam Adit yang merasa bersalah.

Gue yang panik langsung lepasin genggaman Adit,
"A...haha udahlah yang berlalu biarlah berlalu" pengen teriak Gue rasanya disitu. "Gue juga udah lupa" sambil mengalihkan padangan lalu menatap laju jalan lift yang tak kunjung sampai, "Why! Arrghh come on!" tangan Gue yang panik dan mencetin tombol lift berkali-kali membelakangi tubuh Adit.

"Abi, Gue mau ngomong sebentar aja" lontar Adit yang mulai hopeless ngajak Gue ngomong.

"Dit, bisa gak kita gak ngomongin masalah ini. Gue udah lelah banget hari ini. Please" jawab Gue sewot.

Akhirnya lift sampai juga dilantai dasar kantor tanpa pamit langsung bergegas pulang tanpa menoleh ke Adit sedikitpun walaupun Adit masih manggil Gue.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aditya & AbigaelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang