15.Teringat

2.2K 145 5
                                    


Happy Reading👇






Jika takdir aku itu adalah dia
Maka, tunjukkan aku kebenaran yang sesungguhnya, Tuhan..

----

Saat diperjalanan tiba-tiba air turun dari langit. Suara gemuruh angin yang membuat pohon menari-nari dan daun-daun yang berterbangan. Hujan cukup deras saat ini. Namun, Alvin dan Kiara masih diperjalanan pulang.

"Lo mau neduh atau lo mau lanjut?" tanya Alvin suaranya sudah tidak jelas. Karena hujan yang mengguyur saat ini.

"Gue mau lanjut, gue mau main hujan. Kalo lo mau neduh ya lo neduh aja," jawab Kiara.

"Gue ikut lo main hujan," Kiara terkejut mendengar pernyataan itu yang keluar dari bibir Alvin. Karena yang Kiara tahu, Alvin sangat membenci hujan. Selain membuat dirinya sakit, ada alasan tersendiri mengapa Alvin tidak menyukai hujan.

Sesampai disebuah taman yang hijau, namun ada sebuah ayunan yang biasa dinaiki anak-anak disana. Tapi ketika hujan taman ini sepi. Tidak ramai seperti disore hari ketika cuaca sangat cerah.

"Hujan nggak pantes lo benci, hujan gak pantes lo salahkan. Masalalu bukan untuk lo benci, tapi sebagai pelajaran hidup, untuk cerminan dan motivasi lo untuk jadi pribadi yang lebih baik lagi." jelas Kiara tiba-tiba membuat Alvin menatapnya lekat-lekat.

Alvin tersenyum.
"Kata siapa gue benci hujan?" tanya Alvin.

"Mulai detik ini, gue suka hujan!" sambung Alvin saat ini makin menatap Kiara dalam. Sambil memegang tangannya.

"Kenapa lo suka hujan? Bukannya sebelum ini lo benci sama hujan? Selain buat lo sakit, ada alasan tersendiri lo benci sama hujan?" tanya Kiara mulai penasaran.

"Karena lo," jawab Alvin singkat. Sedikit tersentak karena jawaban singkat Alvin yang menurut Kiara tidak dari biasanya.

"Gue?" Kiara menunjukkan dirinya sendiri.

Alvin mengangguk.
"Karena lo satu-satunya alasan yang buat gue suka sama hujan," jawab Alvin.

"Lo cewek yang beda, Ra. Selama gue temuin cewek didunia ini, lo paling beda diantara yang lain." sambung Alvin.

Kiara tertawa garing.
"Ha..ha..ha! Alasan lo klasik, lo modusin gue gak akan mempan." ucap Kiara.

"Liat gue!" Alvin menatap Kiara lekat-lekat sambil memegang pipinya Kiara dengan lembut.

"Jantung gue kenapa sih? Dia bukan Kevin, Ra? Sadar hei, dia cuma mirip tapi dia bukan Kevin." batin Kiara.

"Kali ini gue serius! Waktu itu lo emang berjuang buat deketin gue karena gue mirip Kevin! Tapi sekarang, gue yang bakal berjuang buat deketin lo, karena diri gue sendiri, Alvin!" jelas Alvin. Kiara menelan salivanya serat, terus menatap Alvin. Ia tidak mimpi saat ini. Bagaimana bisa? Satu wajah, namun dengan kepribadian yang sangat amat berbeda bisa mencintai dengan satu wanita yang sama.

"Gue gak bisa!" ucap Kiara.

"Hati gue masih buat Kevin!" Kiara melepaskan tangan Alvin dari pipinya.

"Gue bakal berjuang!" ucap Alvin.

"Nggak! Sampe kapan pun, hati gue buat Kevin," sanggah Kiara.

"Sekarang kita pulang!" perintah Kiara langsung pergi menuju motor Alvin.

Alvin menunduk lemas. Apa yang dulu ia lakukan memang pantas untuk dibenci. Kiara tidak menyukainya karena sikapnya. Mereka bergegas untuk pulang kerumahnya masing-masing. Dengan keheningan, tanpa sepatah katapun. Ingin sekali Kiara mengajak lelaki didepannya ini untuk mengobrol. Tapi bagaimana? Nanti disangka ia yang memulai semuanya. Jelas, bahwa lelaki yang harus memulai semuanya. Ya, memang dulu Kiara berjuang untuk Alvin karena ia pikir Alvin adalah Kevin. Namun, kepribadian mereka sangatlah berbeda. Tapi, secepatnya ia akan mencari tahu semua ini.

------

Kiara duduk didepan laptopnya sambil melihat foto-fotonya bersama Kevin dulu. Bahkan, boneka yang masih sangat ia ingat saat itu Kevin memberikannya saat ia pergi ke Pasar Malam bersama Kevin dulu. Dan ada setangkai bunga mawar dan secarik kertas berwarna pink berbentuk hati. Yang Kevin berikan saat itu. Tepatnya, saat ia ulang tahun waktu itu Kevin menyatakan cinta padanya. Dengan isi suratnya..

Untuk Kiara..

Kamu adalah alasan aku untuk bertahan hidup
Kamu alasan aku untuk selalu tersenyum setiap harinya..
Dan kamu juga harus menjadi alasan untuk orang lain tersenyum..
Kamu wanita hebat selain Ibuku,
Kamu pandai menyimpan luka
Kamu pandai menutupi rasa
Kamu pandai tertawa, namun hati kamu menangis.
Kamu hebat!
Aku mencintai mu tanpa alasan dan penjelasan..
Aku mengungkap yang sudah lama terpendam..

I Love You

-Kevin-

Berulang kali Kiara membaca surat itu. Dan setiap kali ia membaca surat itu airmatanya selalu jatuh membasahi pipinya. Berkali-kali ia mencoba untuk tidak mengingat semuanya lagi. Namun, apa daya mulut memang selalu berkata 'Jangan diingat' tapi hati dan pikiran selalu berkata lain. Berkali-kali Renata selalu ingin membuang barang-barang itu dari kamar anaknya. Karena Renata tidak mau anaknya terus terpuruk dalam kesedihan. Tapi, Kiara sudah berjanji untuk menangis lagi ketika mengingat Kevin. Dan Renata tetap membiarkan baramg-barang itu dikamar Kiara. Namun, tanpa Renata tahu Kiara selalu melihat foto-foto bersama Kevin dan barang-baramg dari Kevin pun masih ia kenang hingga saat ini.

"Kalo Alvin itu bukan Kevin, tapi kenapa wajah mereka begitu mirip? Sangat mirip, gak ada yang beda dari wajahnya, kecuali sifatnya!" pikir Kiara.

"Gue harus selesain masalah yang selama ini belum selesai," Kiara menghapus airmatanya dan berniat untuk mencari tahu semuanya. Kiara terus beepikir keras. Dan bagaimana ia bisa melakukannya? Dengan caranya sendiri, tanpa ada yang membantunya. Bagaimana bisa?

Kiara terus berpikir. Mengan Alvin dan Kevin sangat mirip, namun sifat keduanya berbeda. Kevin yang selalu melontarkan lelucon pada siapapun yang berada didekatnya, namun Alvin selalu menghina siapapun yang dekat dengannya. Kevin tidak pernah pelit untuk tertawa, tapi Alvin sangat pelit sekali untuk tertawa bahkan bicara pun seperlunya. Kevin menyukai hujan, namun Alvin tidak! Bagaimana semuanya bisa kebetulan.

Kiara menggigit bibir bawahnya. Ia terus berpikir keras untuk ini. Dalam pikirannya saat ini. Apakah ia harus mau menerima tawaran Alvin yang mau dekat dengannya lebih dekat lagi dengan dirinya sebagai Alvin bukan sebagai Kevin. Mungkin dengan cara itu ia bisa mengungkapkan semuanya yang benar-benar terjadi. Mengungkapkan semuanya dengan caranya sendiri.

"Apa gue harus lakuin semuanya? Pura-pura mau membuka hati untuk Alvin?" gumam Kiara.

"Kalo emang ini cara satu-satunya, gue mesti lakuin ini. Walaupun hati gue belum yakin dengam semuanya, dan gue harus siapin hati untuk menerima kenyataan semuanya." Kiara terus berpikir keras untuk melakukan dan mengungkapkan semua kenyataan yang harus ia ketahui. Tanpa bantuan siapapun, dan tanpa suruhan siapapun. Tidak ada yang perlu tahu, apa misinya saat ini. Yang jelas dan yang pasti ia melakukan ini untuk mengungkapkan siapa Alvin sebenarnya, dengan cara itu akan tahu siapa Alvin sebenarnya. Ia Kevin atau bukan! Memang cara mendekatinya dulu gagal, tapi ini Alvin yang akan berusaha untuk memperjuangkannya.

"Maaf, Vin. Kalo gue jahat menurut lo gue mainin lo, tapi ini cara satu-satunya buat gue tau siapa lo sebenarnya." umpat Kiara.

-----

THANKS FOR READING💟
SEE YOU NEXT PART👌

DON'T FORGET VOTE AND COMMENT GUYS👇👍

Im' Possible [Mencintai Dalam Diam 2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang