"Aku kesel. Keselll banget.. Katanya udah gak ada apa apa. Lah itu apa namanya!! "
Aku geregetan.
"Ih musnah sanaaa!!! Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!!" aku meluapkan emosi.
"Dek!! Kamu kenapa?!!!" bang chanyeol mengedor gedor pintu kamarku.
"Tinggalin adek sendiri bang!!" bentakku.
"Hati hati ya dek.. Jangan buat yang aneh aneh." bang chanyeol mengingatkan.
"Huftttt!!!! Udahlah, aku benci dia. Arrggghhh" aku mencoret kasar namanya yang aku tulis di kertas tadi.
"Gobloknya aku suka sama cowo kek dia." lirihku.
"Ara paboo!!! Kenapa baper sama diaaa!!!"
"Paboooyaaa!!!" aku merutuki diriku.
Aku mulai menitikkan air mata.
"Jadi gini rasanya patah hati?? Ara goblokk!! Kok gak ngerti perasaan mingyu!!"
"Eh iya mingyu!!!... Mingyu... Maafin ara.. Ara gak ngertiin mingyu... Maafin ara udah ngasih hati ara buat kak wonwoo.. Maafin ara gyu..." lirihku sambil menatap nama mingyu di kertas.
Aku menangis hingga tertidur.
.
.
."Raa..." aku merasakan rambutku dielus lembut oleh seseorang.
Aku membuka pelan mataku dan menangkap sesosok bang chanyeol yang tengah duduk di tepi ranjangku.
"Abang?..." panggilku.
"Iya dek.. Abang udah tau kenapa kamu nangis.." bang chanyeol menatap ku iba.
"Huaaaaaa abangggggg" aku memeluk bang chanyeol erat lalu menangis di pelukannya.
"Udah... Udah... Gak apa apa dek..." bang chanyeol mengelus punggungku.
"Sedih gak guna dek.. " sambung bang chanyeol.
"Tapi bang...."
"Ssssstttt... Udah.. Sana mandi. Jangan sedih sedih lagi!" titah bang chanyeol.
Aku menurutinya dan langsung cus ke kamar mandi.
.
.
.Kringggg
Bel istirahat berbunyi. Semua siswa siswi dikelasku langsung cus ke kantin. Tinggallah aku dan mingyu di kelas.
"Ra..." pamggil mingyu yang duduk di pojok belakang.
"Hmm..." aku hanya berdehem.
Tanpa kusadari mingyu sudah duduk di sampingku.
"Lah? Kamu kenapa? Kok matamu bengkak gitu??" tanya mingyu kepo.
"Hiks hiks hiks gyuuu..." aku terisak.
"K k kenapa ra??" mingyu bingung.
"Hiks hiks hiks gyuu... " aku bersandar di pundak mingyu. Ingin melepas sedih.
Mingyu yang paham keadaanku berusaha menenangkan ku. Ia mengusap kepalaku lembut.
"Gyuuu..." lirihku.
"Iya??"
"Gyuuu maafin aku yaaa..." gumamku.
"Maaf? Buat apa ra?" mingyu bingung.
"Maaf buat selama ini aku gak ngertiin kamuu..." ujarku.
"Maafin aku gyuuu"
"Ra... Sssttt udah udah jangan nagis lagi. Kamu gak salah kok. Aku yg gak ngomong dari awal" jelas mingyu.
"Jadi... Jawaban kamu apa ra?" tanya mingyu ragu.
"Iya gyu!! Aku mau!" jawabku mantap.
Lalu mingyu memelukku erat.