Dentunman keras musik sebuah Club malam tak mengalihkan perhatian seorang laki-laki pada seorang perempuan yang kini sibuk menuangkan bir pada segerombolan orang yang berada di hadapan sang gadis.
Laki-laki itu menyeringai. Menyadari kalau perempuan itu terlalu cantik untuk menjadi pelayan hina di sini, menurutnya.
"Hey.."
"Ya tuan?"
"Gadis itu" tangannya menunjuk pada seorang gadis berbaju waiters yang berdiri tak jauh dari mereka dengan wajah kurang berminat.
"Cepat suruh dia kesini!"
Laki-laki muda yang menjadi lawan bicaranya menoleh sekilas, lalu mengangguk paham akan perintah sang majikan. Perlahan kakinya melangkah menuju ke arah objek hidup yang sejak tadi tak lepas dari mata tajam tuannya itu.
Senyum terkembang di wajah seorang Devin Keynal Putra manakala dia melihat sang gadis yang selama ini merebut perhatiannya kini melangkah ke arahnya dengan wajah datar.
"Apa ada yang bisa saya bantu tuan?" pertanyaan perempuan itu makin melebarkan senyum Keynal meski terlihat jelas di matanya kalau sang perempuan tak berminat atau mungkin bosan karena terus berhadapan dengan wajahnya.
"Ya, duduklah" perintahnya lembut tapi terkesan tegas.
Perempuan itu mengerutkan dahinya pertanda bingung. Dia menatap Laki-laki yang menghampirinya tadi. Sebuah anggukan kecil kini dia dapati dari laki-laki tersebut.
"Eumm... maaf Tuan, saya tidak bisa. Peraturan jelas..."
"Aku tidak peduli dengan aturan! Jika aku perintahkan kamu untuk duduk, maka kamu harus duduk!" bentakan Keynal yang menginterupsi ucapan perempuan itu kontan saja membuatnya terkejut. Namun hal itu masih meneguhkan pikirannya untuk tak menuruti kehendak laki-laki bertubuh menjulang itu.
Keynal mendecih sebal. Sebuah isyarat mata dia lemparkan pada laki-laki yang berdiri di dekat gadis itu. Laki-laki itu mengangguk mengerti.
Veranda, perempuan tersebut tersentak manakala sepasang tangan menyentuh bahunya dan memaksanya untuk duduk disamping Keynal. Dia menatap sebal pelaku yang telah memaksanya itu lalu berganti menatap jengkel Keynal yang tersenyum manis ke arahnya.
"Kamu mau minum?" tawarnya sambil menuangkan wine untuk dirinya sendiri.
Veranda masih betah menatap sebal Keynal. Kini di wajah cantiknya terlihat jelas kalau dia tak menyukai cara Keynal yang terbilang kurang sopan ini. Menurutnya.
"Maaf sepertinya saya harus pergi" ucap Veranda berusaha sopan sambil beranjak dari duduknya.
Namun belum sempat dia melangkah lebih jauh lagi, tangannya sudah keburu di tahan oleh Keynal yang membuatnya spontan terduduk di atas pangkuannya.
Veranda terkesiap, dia ingin bangkit namun tak bisa karena sudah dikurung oleh kedua tangan Keynal yang kini melingkar di pinggangnya.
"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" tentu saja Veranda langsung meronta minta dilepaskan.
Namun yang ada Keynal malah tertawa dengan seringaian licik yang sangat Veranda benci.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Obsession 🔞
Romance21+ Bijaklah dalam memilih bacaan. - Vampire Limited Edition