“Veranda…”
Samar-samar suara Melody terdengar masuk ke pendengarannya. Veranda sigap membuka matanya dibarengi keringat dingin yang tampak menghiasi wajah cantiknya.
Veranda tertegun sesaat, menatap Dyo dan Melody bergantian.
Jadi semua hanya mimpi?
Keynal belum meninggal, kan?
Tadi benar-benar hanya mimpi buruknya saja, kan?
Pikirannya mulai bergelut. Veranda bersyukur dalam hati karena semua tadi hanyalah mimpi semata.
“Keynal…” ucapnya cepat saat teringat pada keadaan Keynal. Dia harus cepat. Memastikan kalau mimpinya tak jadi kenyataan.
Melody dan Dyo nampak berpandangan lalu menatap sendu Veranda. Untuk sesaat jantung Veranda terasa diburu. Takut memikirkan kalau benar mimpinya akan jadi kenyataan.
“Ada apa? Kenapa kalian menatapku seperti itu?!” tanyanya cepat tanpa basa-basi.
“Keynal…”
“Ada apa dengan Keynal?!”
“Dia masih belum sadarkan diri Ve… Tapi kabar baiknya, dia sudah melewati masa kritisnya” jawaban Dyo perlahan melegakan hatinya.
Tak apa.
Veranda tak perduli apakah Keynal masih kritis atau koma. Sungguh.
Yang penting Keynal masih bernafas dan masih ada didunia ini bersamanya karena yang jelas mulai sekarang Veranda takkan meninggalkannya. Ya, itulah janjinya. Veranda akan belajar untuk setia dan selalu berada di sisi Keynal. Selamanya. Bahkan kalau perlu sampai maut memisahkannya dengan Keynal. Dan Veranda tak akan pernah menyesal dengan pikirannya tersebut.
“Aku mau kesana”
“Tapi kondisimu masih lemah, Ve…” ucap Melody khawatir.
“Tidak, aku baik-baik aja. Aku akan jauh lebih tenang jika berada di dekat Keynal. Bagaimanapun juga dia seperti itu karena aku, Mell…” sanggah Veranda dengan wajah memelas hingga membuat Melody tak tahan untuk membiarkannya.
⭐⭐⭐
Nigeria, Africa
“Jadi bagaimana? Disana kau pasti punya pengalaman yang menyenangkan” tanya Martin disela-sela jam istirahat mereka.
Farish hanya tersenyum simpul menanggapinya. Meski akhirnya terpekur sendiri saat teringat akan Shani.
Sejenak, Farish merasa sangat jahat sekali pada Shani.
Dia begitu baik dan polos.
Farish sebenarnya tak tega. Tapi apalah daya hatinya tak mampu membuka untuk Shani.
Hatinya telah terkunci dan terukir nama untuk satu wanita. Veranda seorang.
Bagaimana bisa dia memberikannya sementara hatinya telah dimiliki oleh Veranda?
Akan lebih jahat lagi jika dia menerima cinta Shani sementara hatinya tidak padanya.
“Hey, kenapa melamun hem?” teguran Martin perlahan membuyarkan pikirannya.
Farish tersentak beberapa saat sebelum akhirnya tersenyum kecil.
“Tidak, aku hanya ingin kembali ke Jerman secepatnya”
“Kenapa? Kau sudah tak sabar jadi dokter disana ya?”
Farish menggeleng kecil sembari menyesap kopinya perlahan. “Aku hanya ingin cepat kembali ke Indonesia dan menikahi kekasihku”
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Obsession 🔞
Romance21+ Bijaklah dalam memilih bacaan. - Vampire Limited Edition