3. Love or Obsession

3.2K 163 17
                                    

Pagi ini hujan turun cukup deras. Menguarkan hawa dingin dengan percikan-percikan kecil di jendela ruang rawat Veranda. Dia sudah boleh pulang hari ini.

"Ayo, mau sampai kapan kamu ngelamun terus?" sebuah teguran dari orang yang sangat dia kenal dan dia benci hadir, membuat dada Veranda terasa sesak menyadari hanya ada Keynal didekatnya.

Miris sekali.

"Aku udah nyiapkan mobil. Dan apa ini? Pakailah baju yang lebih tebal" ucap Keynal lembut sambil menyampirkan mantel hangat yang tadinya dia kenakan.

Veranda mendengus, membuang mantel itu ke sembarang arah. "Aku gak butuh belas kasihan kamu! Sebaiknya kamu pergi aja! Aku bisa pulang sendiri!"

"Kamu bercanda?" Keynal tergelak sesaat dengan emosi tertahan. "Mana mungkin aku membiarkan calon istriku pulang sendiri"

"Aku bukan calon istri kamu!" bantah Veranda kesal.

"Ya, kamu calon istriku" sebuah smirk kini hadir di wajah tampannya. "Setidaknya itu yang orang lain ketahui"

Veranda mengernyit, memandang lekat Keynal. "Apa maksud kamu?"

"Kamu akan tau nanti. Sekarang pake lagi mantel nya dan gak usah cerewet. Kakak kamu sendiri yang nyuruh aku untuk nganter kamu pulang" ucap Keynal sambil memakaikan paksa Veranda mantelnya yang tadi dilempar Veranda dan dipungutnya kembali.

"Apa? Kakakku? Kak Rendy?"

"Iya"

"Issh.. sebenarnya apa sih yang kakak pikirin?! Kok bisa nitipin aku sama orang kaya dia..." gerutu Veranda dengan menggumam.

Keynal memutar mata malas. Mencoba bersabar akan sikap Veranda itu sulit. Keynal terbiasa bersikap keras sejak dari dulu. Sejak dia harus bekerja sangat keras agar bisa setara dengan Veranda bahkan lebih.

"Gak uusah banyak protes lagi. Kamar ini mau dipake pasien lain jadi kita cepat pergi" ucap Keynal dengan suara lembut dan sedikit berbohong.

Tentu saja takkan ada pasien lain yang berani mengambil alih kamar ini jika penghuninya masih seorang Jessica Veranda. Oh, Keynal takkan mungkin membiarkan siapapun mengusik ketenangan gsdisnya.

"Gak mau" ternyata Veranda masih keras kepala juga.

"Baik, sekarang kamu pilih" Keynal terlihat tenang setelah menghela nafas panjang.

"Apa?" Veranda tampak menaikkan sebelah alisnya.

"Pergi dari sini denganku seret paksa, aku gendong di bahuku, ku gendong di tanganku, atau jalan sendiri tapi tanganmu ada digenggamanku. Bagaimana?"

"Kamu bercanda?! Tidak!"

Veranda mulai mengamuk. Pilihan Keynal jelas menyebalkan. Semuanya tentu akan memberikan keuntungan tersendiri bagi Keynal karena dia bisa mendapat kesempatan untuk melakukan skinship lagi dengannya.

"Baik berarti kamu ingin digendong dibahuku..."

"Tidak tidak tidak" cepat-cepat Veranda berujar sebelum Keynal meraih tubuhnya.

Membuat langkah Keynal terhenti dan menatapnya dingin. Veranda menggigit bibir bawahnya sesaat. Dia ragu.

"Aku jalan sendiri saja boleh?" tanyanya dengan raut wajah polos. Mirip anak kecil.

Keynal rasanya ingin tertawa, namun sebisa mungkin ditahannya.

"Boleh, asalkan tanganmu berada dalam genggamanku"

Veranda menghela nafas pasrah. Tak ada gunanya. Tubuh Keynal jauh lebih besar darinya. Sekali tempeleng saja mungkin Veranda bisa K.O . Jadi baiklah, sepertinya tak ada pili...

Love Or Obsession 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang