Hembusan angin segar dipagi hari membuat Veranda mengeratkan dirinya pada lindungan selimut tebal kesayangannya. Dia lelah, benar-benar lelah. Semalam dia bekerja lembur di kantor dan pulang lebih cepat dari klub malam. Veranda butuh untuk mengistirahatkan dirinya sejenak.
Namun suara ribut-ribut dari bawah membuatnya mau tak mau harus beranjak dari tidur indahnya. Sedikit malas, kaki jenjangnya melangkah menuju ke lantai dasar rumah mewah itu. Satu-satunya harta yang tersisa selain perusahaan yang terancam bangkrut itu.
“Kenapa?” tanya Veranda dengan dibarengi menguap dan menggeliat kecil.
“Ve…” wajah Melody nampak cemas, dia menatap panik Veranda. “Kak Rendy mimisan terus sejak subuh. Rambutnya juga banyak yang rontok!”
Mata Veranda langsung melebar seketika. Kantuknya perlahan hilang. Kecemasan akan kondisi kakaknya lebih membuatnya tertarik dibandingkan rasa lelah yang menghantam tubuh dan pikirannya.
“Lalu.. lalu dimana dia?”
“Dikamar. Tubuhnya lemas. Aku baru sadar kita terlambat mencuci darahnya bulan ini”
Tubuh Veranda lemas. Ya, Melody benar. Mereka lupa. Veranda terlalu sibuk akan pekerjaannya dan dia mengabaikan kesehatan Rendy. Veranda jadi semakin pusing saja. Semalam para pemegang saham dan investor mengamuk padanya. Mengatakan kalau presentasinya terlihat amatiran dengan segala hinaan yang sungguh menyakitkannya. Membuatnya semakin tak berdaya memikirkan nasibnya sendiri yang berada di ujung tanduk.
Para pemegang saham itu, termasuk Keynal tentunya bahkan mengancam. Jika Veranda tak juga mampu membangkitkan kondisi perusahaan yang tak kunjung membaik, maka itu berarti Veranda harus rela lengser dari posisinya yang selama ini ditempatinya untuk menggantikan ayahnya.
Veranda mendengus. Ini pasti ulah Keynal. Veranda tak asal menuduh. Dari pengalaman yang terjadi dalam hidupnya selama ini, Keynal selalu terlibat didalamnya. Veranda benar-benar tak menyukai cara Keynal yang dianggapnya kelewat obsesi.
“Ayo kita bawa kakak ke rumah sakit sekarang” putusVeranda akhirnya.
“Tapi Ve, keuangan kita gak stabil sekarang” Melody nampak khawatir.
Veranda menghela nafas panjang. “Aku tau. Tapi kita harus mengobati kak Rendy dulu. Kamu tenang aja, aku masih punya sedikit tabungan”
⭐⭐⭐
Jerman, Frankrurt
Farish melangkah dengan wajah bingung. Matanya kini sigap mencari-cari kalau ada yang menjemputnya.
Dan benar saja, seorang pria asing nampak memegang kertas bertuliskan namanya.
“Hello, I’m Farish” ucapnya ramah.
“Oh, Mr. Farish? Selamat datang!” ucap pria bule itu membuat Farish takjub.
“Anda bisa bahasa Indonesia?”
“Iya” dia tampak tersenyum sumringah. “Banyak orang Indonesia yang menjadi dokter dan relawan disini. Aku lumayan punya banyak teman jadi belajar sedikit bahasanya”
Farish mengangguk paham, lalu tersenyum. “Tapi bahasa Indonesiamu sudah terdengar lancar. Apa kamu asli orang Jerman?”
“No, i’m Australian. Tapi aku bisa mengajarimu bahasa Jerman. Nenekku adalah orang Jerman asli”
“Benarkah? Terimakasih eumm…”
“Martin. Namaku Martin Williams”
“Iya, Martin” ucap Farish sambil menyunggingkan senyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Or Obsession 🔞
Romance21+ Bijaklah dalam memilih bacaan. - Vampire Limited Edition