Sebelas.🐧

26 4 0
                                    

"Hal terindah yaitu, jika keinginan dan harapan kita terwujud secara tiba-tiba."

_

19, November.

Hembusan angin yang sejuk, menerpa wajah dua manusia yang sedang duduk dibangku taman, dan masih belum ada yang berani membuka suara lebih dulu.

Hening, taman itu tidak seramai biasanya. Hanya ada beberapa anak kecil yang sedang bermain jungkat-jungkit, bergelantungan memakai tali di batang pohon, dan sebagainya.

"Jadi kenapa?" Laurent membuka obrolan lebih dulu. Ia sangat tidak nyaman, dan merasa sangat canggung jika keduanya hanya menghabiskan waktu dengan mulut yang bungkam.

"Apa?" Jawab Angga, masih dengan tatapan kearah depan.

"Lo gak masuk sampe beberapa bulan, kenapa? Tanpa alasan? Gak mungkin banget. Lo pinter banget apa gimana, sampe gak masuk berbulan-bulan tanpa alasan?"

Baru saja Angga tarik nafas untuk menjawab pertanyaan Laurent, ia kembali berbicara.

"Guru-guru aja gak tau keberadaan lo dimana," Sambungnya.

"Ternyata lo beneran peduli. Sampe lo berani nanya guru soal kehadiran gue." Ucap Angga dalam hati, yang menimbulkan garis kecil dibibirnya.

"Gue udah ijin sama guru kok, mereka kali yang gak mau jujur sama lo," Sergah Angga

"Guru yang gak mau jujur apa lo ni?" Goda Laurent.

"Serius, Lau. Gue pergi kesuatu tempat, gue gak bisa cerita pergi kemana, yang jelas absen tertera izin. Gue sengaja bilang ke Bu Indri jangan kasih tau apa-apa soal absen gue ke lo," Ucap Angga sambil cengar-cengir tanpa dosa.

"Bego, gue cari kemana-mana. Tau gitu mah gak usah gue cariin." Ia langsung memalingkan wajahnya.

Angga menatap Laurent, "Lagian, kenapa lo cariin?"

Laurent diam, tak menjawab. Sebenarnya ia tahu mengapa ia rela melakukan itu. Tapi, rasanya tidak mungkin ia memberikan alasan dengan jujur.

Tatapan Angga semakin dalam, Laurent tidak lagi berani menatap mata itu. Tidak sanggup.

"Ya, suka-suka gue lah," Sergah Laurent.

"Suka-suka lo? Kenapa ga suka gue aja?" Goda Angga

Laurent geram. Sedari tadi, detak jantungnya tidak beraturan, bergemetar kecil ditubuhnya. Ucapan Angga barusan sukses membuat detak jantungnya berdetak dengan kecepatan yang tidak normal.

Taman yang sepi, disertai bungkamnya kedua manusia ini, membuat suara detak jantung mereka berdua terdengar jelas ditelinga keduanya.

Mereka saling bertatap mata, lagi. Lalu mereka tertawa. Entah apa yang membuat mereka tertawa.

"Balik yuk, udah mau malem." Ajak Angga

Laurent mengangguk kecil "iya."

_

"KYAAAAAAAAAAA, SENENG BANGET YAAMPUN!!" Suara itu berasal dari salah satu ruangan didalam rumah, yang dihuni oleh seorang perempuan yang sedang bahagia saat ini.

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang