Dina ulang tahun hari ini. Junior Lea itu merayakannya dengan mentraktir seisi divisi teknik ke rumah makan dekat kantor. Tidak ada yang menolak untuk ikut, kecuali sang manajer teknik.
"Mas, mau ikut kita makan siang? Dina ulang tahun, mau traktir katanya." Lea yang disuruh Dina karena tidak berani sendiri mengajak Dirga berbicara sambil melongok ke dalam ruangan pria itu.
Dirga mendongak dan tersenyum sekilas. "Wah, saya lagi sibuk. Cukup lama kalau mau nunggu selesai." Matanya sambil bergerak-gerak ke layar monitor. "Sampaikan maaf saya ke Dina ya."
Lea mengangguk dan mendesis dalam hati. Dasar workaholic. Tapi diam-diam Lea jadi berpikir, apa Dirga nggak makan siang ya? Tidak ada tanda-tanda Dirga akan beranjak sama sekali dari tempat duduknya.
Selain ketidakhadiran Dirga, acara makan siang hari itu sempurna. Jarang-jarang personel teknik bisa selengkap ini. Biasanya pasti ada yang sibuk lah, ada yang tidak di tempatlah. Maklum, pekerjaan di Lab Semesta tidak bisa ditebak ritmenya.
"Kenapa bos lo nggak mau ikut?" Ken yang duduk bersebelahan dengan Lea bertanya pada Lea.
Lea mengedikkan bahu, "Sepertinya kantor pusat ngasih kerjaan ke dia banyak banget deh. Mana temen lo itu workaholic pula, Bang."
Ken terkekeh, "Bukan Dirga namanya kalau nggak ngerjain tugas tepat waktu. Makanya cocok banget lah dia jadi manajer teknis."
"Coba kalo lo yang jadi MT ya, Bang," goda Lea.
"Bakalan hancur divisi teknik, Le," Ken tertawa sambil menyesap jus sirsaknya.
Lea ikut tertawa.
Setelah berdoa dan berterima kasih kepada si empu hajat, grup kecil itu pun bubar.
"Bang, tunggin bentar ya," pinta Lea pada Ken karena mereka berdua naik satu motor ke rumah makan ini. Tak lama kemudian, Lea sudah menyusul Ken ke parkiran.
"Ngapain?" tanya Ken sambil memasang helm.
Lea mengacungkan kotak makanan yang ada di dalam plastik di tangannya.
"Buat siapa?"
"Buat Mas Dirga, kayaknya dia bakal lupa makan deh kalau nggak dibawain makanan."
"Perhatian amat," sindir Ken.
"Gue juga bakal gitu ke elo kok Bang kalo lo lupa makan, tapi sepertinya lo gak pernah bisa lupa makan," kata Lea sambil tertawa.
"Ya mana bisa lah, makan itu ada alarmnya. Kalau lapar, tinggal makan," sahut Ken sambil melajukan motornya kembali ke kantor.
**
Lea baru saja keluar dari ruangan Dirga untuk menyerahkan kotak makan yang dibawanya –yang sayangnya disambut Dirga hanya senyuman dan kata terima kasih, tanpa langsung disentuh.
Ken yang melihat Lea bermuka datar saat keluar ruangan langsung mendekati kubikel Lea. "Kenapa, gak dimakan?"
Lea menggeleng. "Temen lo itu robot apa manusia sih?"
"Yee, lo kok sewotnya ke gue. Tapi gue jadi beneran penasaran nih," Ken menarik asal kursi Dion yang kosong dari mejanya dan duduk dekat Lea lalu berbisik, "Lo naksir Dirga ya?"
Upss, ketahuan!
"Enggak kok," Lea menggeleng cepat.
Respon Lea yang terlalu cepat malah menambah kecurigaan Ken semakin menjadi. "Lo jangan bo'ong sama gue, nggak ada gunanya."
"Jangan nuduh orang sembarangan Bang, Cuma bawain makan siang juga."
"Ya elah Le, gue udah curiga sejak kapan tahu. Kemarin-kemarin juga lo perhatian banget ke Dirga. Sampe katanya kemarin sakit itu gara-gara lo udah lemes disuruh lembur sama Dirga dan lo tetep mau."
"Siapa bilang?" Lea masih berusaha tetap berkelit.
"Anak-anak lapangan lah," Ken menggeleng-geleng. "Udah ngaku aja, nggak papa juga ini, sama abang sendiri."
"Lo kok pengen tahu banget," Lea masih berusaha bungkam tentang perasaannya.
"Ya biar gue nggak penasaran aja, sama biar gue bisa memaklumi sikap lo yang baiknya keterlaluan itu ke Dirga."
"Ye, siapa yang baiknya keterlaluan. Dia kan bos gue, bos kita. Wajar dong gue baik."
"Baiknya lo itu ada udang di balik batu," kata Ken sambil terkekeh.
Emang segitu keliatannya ya kalau gue suka sama Dirga? Tanya Lea dalam hati. Lalu setelah dipikirnya, emang gak ada gunanya mengelak dari penyelia teknis yang satu ini ia mengangguk.
"Puas lo Bang, udah bikin gue ngaku," kata Lea sedikit menjerit sambil menutup muka.
"Ya ampun, kenapa juga muaknaya ditutup. Gak perlu malu kali, sama gue ini."
"Ya udah balik-balik sana ke meja lo," Lea yang masih malu mendorong-dorong kursi Dion ke tempatnya.
"Iya, bawel."
"Dan," tunjuk Lea ke muka Ken, "Jangan bilang siapa-siapa. Awas lo!" kata Lea pura-pura mengancam.
"Siap Bos!" kata Ken sambil meletakkan tangannya di pelipis.
Gila, jerit Lea dalam hati.
___
Author's Note
Yeaay, bab 3 udah kelar. Makasih yang udah baca Denialea ya. Vote dan komentnya masih ditunggu, biar aku makin semangat update-nya.
Salam, Shady122.
KAMU SEDANG MEMBACA
Denialea
RomanceMemangnya cewek nggak boleh naksir duluan ya? Lea bisa apa ketika hatinya memilih Dirga untuk dicintai. Lea tidak punya pilihan, ia hanya harus merasakan dan mengikuti apa yang hatinya mau agar dia bahagia. Meski Dirga tak pernah sekali pun memandan...