Melting

8 1 0
                                    

Setelah perang dingin satu minggu yang dilancarkan oleh Lea melawan Dirga dan Ken, Lea jadi lelah sendiri. Lagipula, sepertinya hanya ia yang menganggap ini masalah serius. Kedua lelaki itu sama sekali terlihat tidak terganggu dengan kejengkelan yang dirasakan oleh Lea.

Terlebih ketika pekerjaan mengharuskannya untuk bertemu salah satu atau keduanya dalam waktu yang tidak sebentar, seperti kali ini.

Mereka bertiga sedang berada di perjalanan ke ibukota provinsi untuk mengikuti sebuah pelatihan teknis laboratorium yang diadakan selama 3 hari 2 malam. Capek nggak tuh, keluh Lea dalam hati. Tidak terbayangkan bagaimana rasanya bersama kedua orang yang membuatnya keki ini.

Jadi sepanjang perjalanan, Lea lebih banyak diam. Hanya menyahut kalau ditanya saja. Ia yang duduk sendirian di kursi belakang bisa lebih bebas menanggapi, tinggal pura-pura tidur atau tidak mendengar ketika Ken dan Dirga berbicara. Keduanya duduk di depan, dengan Dirga di belakang setir.

"Ga, mampir bentar ya di minimarket depan. Gue mau beli cemilan," kata Ken setelah separuh perjalanan mereka.

Dirga hanya mengangguk dan membelokkan mobil ke parkiran minimarket yang dimaksud.

"Kalian nggak turun?" Ken menahan pintu mobil setelah turun.

Lea dan Dirga sama-sama menggeleng.

"Mau dibeliin apa?" tanya Ken lagi.

"Air mineral aja," jawab Dirga.

"Lo?" tanya Ken pada Lea.

"Samakan aja deh, air mineral juga," jawab Lea.

Ken mengangguk dan berjalan menuju minimarket, meninggalkan Dirga dan Lea di mobil dengan keheningan yang membuat Lea gelisah.

"Kamu masih marah sama saya?" tanya Dirga tanpa membalikkan badannya ke arah Lea.

"Enggak," Lea memandang Dirga yang ternyata juga memandangnya lewat spion depan. Cepat-cepat ia memalingkan matanya.

Mau marah kenapa, yang ada Lea malu. Lea lebih marah ke Ken yang bisa saja keceplosan mengatakan rahasia Lea, meski Ken sama sekali tidak mengaku setelah dicecar Lea semingguan ini.

"Terus kenapa kamu ngehindarin saya," kali ini Dirga memutar tubuhnya, berusaha melihat wajah Lea.

Lea yang ditatap balas menatap dengan ragu. "Aku nggak ngehindarin Mas."

"Tapi kenapa saya ngerasa gitu ya," Dirga tak melepas tatapannya ke Lea.

Lea mengedikkan bahunya, Dirga malah tersenyum melihat kelakuan Lea.

"Kamu lucu kalau lagi ngambek."

"Aku nggak lagi ngambek."

"Saya minta maaf ya?" tangan Dirga terulur, mau tak mau Lea menyambutnya.

"Untuk?"

"Apa pun dari saya yang membuat kamu tidak nyaman," Dirga terdengar sungguh-sungguh mengatakannya.

"Mas, aku ..."

Tak sempat Lea menyelesaikan kalimatnya, Ken datang dan langsung duduk di kursinya. "Nih, minuman punya lo berdua." Tangannya mengangsurkan dua botol mineral ke Lea dan Dirga.

Lea menyambutnya dan mengurungkan niatnya untuk melanjutkan kata-katanya ke Dirga.

Dirga pun sama, sepertinya memutuskan untuk mengakhiri percakapannya dengan Lea dan melanjutkan perjalanan mereka.
**

Lea mengerjap-ngerjapkan matanya dan bingung saat menyadari ia sedang berada di mana. Ia tertidur sambil duduk di tepi kolam renang. Di sebelahnya, ada Dirga yang sedang memangku laptopnya. Oh my God! Lea tertidur di bahu Dirga, Lea mengucek matanya dan berharap ini mimpi.

"Sudah bangun?"

Fix, ini bukan mimpi. Suara Dirga senyata itu. Lea hanya bisa mengangguk dan mulai mengingat-ingat bagaimana ia bisa tertidur di bahu lelaki itu.

"Bang Ken mana?" tapi malah pertanyaan itu yang keluar dari mulutnya.

"Dia sudah ke kamar, capek berenang katanya."

Lea manggut-manggut lalu ingat ia tadi duduk di sana untuk menonton Ken berenang dan malas kembali ke kamar setelah sarapan, padahal matanya mengantuk sekali.

"Sudah nggak ngantuk lagi?" Dirga meletakkan laptopnya ke meja.

Seingat Lea, sebelum ia tertidur laptop itu memang berada di meja, tapi mengapa sekarang malah ada di pangkuan Dirga?

Lea mengangguk, "Maaf Mas, aku tadi ketiduran. Berat ya?" Lea mencoba mencairkan suasana.

"Enggak apa-apa, kamu tadi disuruh ke kamar malah ngeyel duduk di sini." Dirga memutar tubuhnya ke arah Lea.

Lea hanya bisa nyengir menanggapinya. "Ngantuk banget aku, Mas. Memangnya Mas nggak ngantuk?"

Dirga menggeleng sambil tersenyum.
Lea merutuki dirinya, lupa kalau cowok ini memang sudah terbiasa kurang tidur.

"Untung acaranya sudah selesai, jadi kita bisa santai sebentar sebelum pulang." Lea menguap sambil melihat jam di tangannya.

"Ya makanya dihabiskan panitianya sampai tengah malam kan tadi malam," sahut Dirga sambil melihat kelakuan Lea yang sama sekali tidak ada anggun-anggunnya.

"Ya ampun, sudah jam 10, aku belum packing! Mas, aku ke kamar dulu ya." Lea sudah siap berlari ke arah lift, Dirga hanya bisa geleng-geleng kepala. Siang ini mereka memang sudah harus checkout.

"Lea!"

Lea menghentikan jalan cepatnya dan berbalik.

"Emm, gak jadi." Dirga menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

Lea bingung, kemudian terkekeh sambil melanjutkan jalannya menuju kamar.
___

Gimana, sudah mulai suka nggak sama Lea-Dirga?

Kalau belum, tap bintangnya aja dulu. Hehe.

Aku memang sengaja bikin cerita seringan kapas ini, biar aku bisa selesai mengerjakannya.

Iya, goalku sesederhana itu. Aku harus menyelesaikan work ini sampai tamat. Soal kualitas, nantilah kuedit pelan-pelan.

Salam produktif,

Shady122.

DenialeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang