Together

18 1 0
                                    

Lea terlambat!

Lea kalau tidur emang nggak setengah-setengah, hampir seperti pingsan.

Ketika bangun, handphonenya sudah penuh dengan notifikasi panggilan tak terjawab dan puluhan chat di grup kantor.

Ketika membuka chat grup, pesan terakhir yang tertangkap matanya adalah dari Dirga.

Kalian duluan aja, biar nanti Lea sama saya.

Deg!

Lea menatap jam wekernya, sudah satu jam terlambat dari jadwal keberangkatan. Lea sudah akan menelpon Dirga ketika malah nomor lelaki itu yang muncul di layarnya.

Mas Dirga calling.

"Halo, Mas?"

"Saya sudah di depan kost kamu, ditunggu."

Mampus, Lea sama sekali belum siap. Bahkan mandi saja belum. Tergopoh-gopoh ia keluar, seenggaknya ia menampakkan batang hidungnya terlebih dahulu. Hari masih gelap, subuh.

"Ya ampun Le, baru bangun?"

Seruan mengejek itu bukan dari Dirga. Ken ternyata juga ikut Dirga.

Lea mengabaikan ocehan Ken. "Tunggu gue bentar ya, bentar aja." Mohonnya lebih ke Dirga.

Dirga mengangguk. Lea masuk ke dalam rumah. Tanpa mandi, hanya berganti baju, ia lalu keluar lagi sambil menggendong backpack. Untung tadi malam ia sempat packing sebelum pingsan.

Ia masuk ke kursi belakang mobil, duduk lalu berkata, "Maaf Mas, aku telat bangun tadi."

"Lo nggak pasang alarm?" tanya Ken, sedang Dirga senyam senyum saja sambil mulai menjalankan mobil.

"Pasang gue, tapi nggak kedengeran," jawab Lea malu.

"Lo tidur apa pingsan sih?" Ken geleng-geleng kepala lalu pura-pura meringis sakit saat tangannya dicubit Lea dari belakang.

"Untuk ukuran orang bangun tidur, cubitan lo mematikan Le," makinya.

Begitu saja terus sepanjang perjalanan. Kicauan Ken dan Lea beradu mulut memenuhi mobil. Sedang Dirga jarang buka suara kecuali kalau ditanya.

Sebenarnya Lea sudah ingin tidur lagi. Perjalanan memakan waktu hampir dua jam, tapi dilarang Ken.

"Siapa yang ngajak ngobrol Dirga nanti, dia ngantuk kita juga yang bahaya," katanya.

"Tapi perasaan dari tadi Mas Dirga juga nggak banyak ngomong deh," kata Lea mencoba mencairkan suasana. "Kamu sakit gigi, Mas?"

Dirga memberi jawaban dengan geleng-geleng kepala. Dasar irit bicara, rutuk Lea dalam hati.
**

Lea menggosok-gosokkan kedua tangannya, kadang meniupnya, lalu mengarahkannya ke api unggun di depannya. Hilda baru saja pamit untuk kembali ke penginapan, sudah ngantuk katanya. Sedangkan Lea masih ingin menikmati suasana malam berapi unggun di tepi pantai. Di seberangnya juga masih ada beberapa teman yang duduk berkelompok sambil ngobrol.

"Nggak masuk ke dalam?" Seseorang tiba-tiba sudah muncul dan bertanya pada Lea.

"Enggak, belum," jawab Lea cepat sambil meredakan degupan jantungnya setelah mengetahui siapa orang yang kemudian duduk di dekatnya. "Mas juga kenapa belum masuk? Bang Ken mana?" Lea menanyakannya karena memang biasanya mereka berdua selalu terlihat bersama.

"Ken di dalam, main kartu sama Dion cs," jawab Dirga mengabaikan pertanyaan Lea yang pertama.

"Oh," kata Lea sambil mengangguk-angguk.

"Kamu sering keluar bareng Ken?" Dirga bertanya setelah hening sejenak.

"Enggak," jawab Lea cepat lalu menyadari kalau pertanyaan tersebut karena foto yang ia posting di Instagram. Setelah pulang mengcover lagu di rumah temannya Ken, mereka berdua makan dan sempat wefie. Lea hanya iseng dan tanpa tendensi mempublish foto mereka.

"Oh, soalnya waktu kemarin kita jemput tadi subuh dia juga tahu kostmu."

Pasti tahulah, Ken pernah ngejemputnya sebelum shooting.

"Oh, kami lagi sedang ada project aja."

"Cover lagu itu?" tanya Dirga

"Iya, Mas udah nonton? Gimana pendapatnya?" Berondong Lea.

"Bagus," jawab Dirga singkat.

Nggak bisa lebih panjang lagi apa komentarnya, sungut Lea dalam hati. Namun, bagaimana pun juga Lea sudah senang bisa ngobrol begini. Catat, yang diobrolin bukan tentang pekerjaan.
__

Dirga parah.

Shady122.

DenialeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang