“Jadi gimana lo sama Dirga?” Ken bertanya dengan santai sambil mengunyah makanannya.
Lea tersedak dan langsung meraih minumannya. Setelah kerongkongannya mulai lega ia berkata, “Ya nggak gimana-gimana. Memangnya kenapa Bang?”
“Nanya aja, soalnya kalian berdua aneh. Diam-diaman padahal saling suka.” Ken terkekeh, Lea merengut.
Pasca kejadian di hotel seminggu yang lalu, mereka berdua sebenarnya tidak pernah lagi berinteraksi. Jadi, bagaimana Lea mau mendeskripsikan bagaimana hubungan mereka berdua. Membingungkan begini.
“Dari mana lo tahu kalo Mas Dirga juga suka gue?” Lea pura-pura santai dengan pertanyaannya, padahal ia penasaran apakah Dirga memang menyukainya atau sekadar basa-basi karena mereka sering bersama.
“Keliatan Le, keliatan. Lo harusnya lebih peka jadi cewek,” Ken malah mengomelinya.
“Bukannya yang lebih peka harusnya cowok ya?” Lea tak terima dengan omelan Ken.
“Ya ngapain juga cewek pake kode-kodean, emangnya anak pramuka.” Ken tak mau kalah.
“Au ah,” Lea menyerah. “Skip dulu deh pembahasan yang ini. Mending kita ngerencanain project baru,” kata Lea sambil mengambil tisu.“Yang tadi aja belum selesai, sok-sokan lo project baru,” kekeh Ken.
“Tinggal edit dan publish kan ya. Itu mah kecil,” kata Lea sambil menjentikkan jarinya. “Eh, kira-kira hasilnya bagus nggak ya. Moga banyak yang suka,” sambungnya lagi.
“Tenang aja, ada gue di video itu, pasti banyak yang nonton. Dijamin,” kata Ken dengan jumawa.
“Gaya lo, Bang!” seru Lea sambil melempar tisu pada Ken.
Ken tergelak.
**Seisi Laboratorium Semesta sedang dilanda euforia karena akan ada acara gathering kantor akhir pekan nanti. Hilda saja sudah ribut membicarakannya di kantin saat mereka makan siang bersama.
“Lo bawa apa aja nanti, Le?”
“Bawa barang-barang urgent aja, ogah gue bawa banyak barang,” jawab Lea.
“Gue sih pengennya bawa banyak baju biar bisa foto ootd gitu di pantai. Kapan lagi coba Semesta ‘membiarkan’ kita liburan kayak gini.” Mata Hilda berbinar-binar saking semangatnya.
“Ya gapapa sih kalo lo nggak keberatan bawa isi lemari,” kata Lea menanggapi.
“Ih, nggak satu lemari juga kali Le.” Hilda mencubit pelan tangan Lea.
Lea hanya tertawa.
Lea juga sebenarnya senang banget. Liburan, dibayarin kantor pula. Surga. Tapi ia masih punya deadline yang harus diselesaikan akhir pekan, jadi ia masih belum bisa merasa senang sepenuhnya.
“Gue masih ada deadline tuh, numpuk di meja gue. Sebelum gathering harus kelar semua,” katanya pura-pura sedih.
“Semangat Le, lo pasti bisa nyeleseinnya. Kalau nggak, minta Dirga nunda tanggal deadline-nya. Hehe.”
“Apaan dah, bisa dipelototin Mas Dirga dan dilarang ikut gathering akunya,” Lea bergidik.
Hilda terbahak melihat tingkah laku Lea yang lebay.
**Kekhawatiran Lea benar, hingga Jumat sore ia masih berkutat dengan pekerjaan. Padahal Sabtu subuh mereka sudah harus berangkat menuju tempat gathering. Ken yang kasihan dengan Lea membantunya sehingga mereka tinggal berdua di ruangan sementara yang lain sudah pada pulang.
“Dirga beneran nggak mau ngulur waktu ya, sebanyak gini deadline-nya sempit amat,” Ken menekuri laptopnya sambil mengomel.
“Ya kali dia juga di-pressure sama para bos di kantor induk,” jawab Lea sekenanya sambil ngemut permen lolipopnya.
“Belain aja terus, namanya juga sayang,” goda Ken.
Lea mendelik, “Mau gue lempar sama lolipop?” Tangannya mengacung pura-pura ingin melempar.
Ken sudah akan menjawab ketika Dirga masuk ruangan.
“Kalian belum pulang?”Ken terlihat sudah akan membuka mulut, ketika tatapan Lea mengunci mulutnya. Diam saja, begitu kata matanya.
“Masih ngerjain analisis data lapangan Permana Coal, Mas.”
“Masih banyak?”
“Dikit lagi, paling lama satu jam kelar,” jawab Lea sambil mengabaikan tatapan lo-bilang-apa dari Ken.
Dirga melihat jam tangannya. “Oh oke, saya tunggu ya hasilnya.” Ia lalu masuk ke ruangannya sendiri.
Lea dan Ken berpandangan sebentar lalu kembali meneruskan pekerjaan mereka.
**Halooo, lebih syuka Ken atau Dirga? Hehe.
Shady122
KAMU SEDANG MEMBACA
Denialea
RomanceMemangnya cewek nggak boleh naksir duluan ya? Lea bisa apa ketika hatinya memilih Dirga untuk dicintai. Lea tidak punya pilihan, ia hanya harus merasakan dan mengikuti apa yang hatinya mau agar dia bahagia. Meski Dirga tak pernah sekali pun memandan...