"Saya gak mau kamu begini lagi," Dirga akhirnya berkata setelah mendiamkan Lea selama satu menit di ruangannya.
Sudah satu minggu setelah kejadian asam sulfat itu, dan Lea benar-benar tidak tahu harus bersikap seperti apa. Di satu sisi ia baper dengan perhatian Dirga, di sisi lain ia harus memastikan hatinya tidak bakal terluka kalau ternyata itu hanya perhatian biasa.
Kali ini sorotan Dirga beda lagi, Lea tahu betul apa yang membuat Dirga memanggilnya kali ini. Kemarin ia lembur bersama Ken dan anak-anak se-teknis menyiapkan kejutan ulang tahun untuk Dirga. Tidak terlalu wah sebenarnya, tapi cukup menguras tenaga Lea dan membuatnya hampir ambruk hari ini setelah acara makan-makan selesai.
Pesta ulang tahun itu idenya, oleh karena itu Dirga memanggilnya, bukan Ken, Dion, Tito, Dina, atau siapa pun yang sebenarnya juga ikut andil di dalamnya. Dirga tidak suka pesta, Lea tahu. Tapi setidaknya merayakan hari jadi di antara pekerjaan yang hectic, itu perlu.
Itu yang Lea pikir sebelum secara spontan mengajak anak-anak mendekor ruangan Dirga dan menyiapkan segalanya mendadak setelah mereka tugas lapangan hingga sore. Itu menyenangkan, meski Lea dan teman-teman harus pulang malam.
Dirga yang kebetulan sedang tidak di kantor kemarin, tentu saja terkejut dengan surprise party dari anak-anak teknis. Beruntung, ia masih pandai beramah tamah hingga acara selesai. Sisanya, Lea sudah siap diomelin kalau Dirga gak ridho.
"Saya minta maaf, Mas, tapi anak-anak juga sepakat ngelakuin ini," Lea mencoba membela diri dengan sisa keberanian.
"Ngelakuin apa? Ngelakuin hal-hal yang buat kamu kurang istirahat?" Dirga masih mencoba berbicara dalam nada normal.
Lea tahu yang dimaksud Dirga, ia sempat merasa pusing setelah acara makan tadi dan hampir rubuh. Jika tidak Ken di sebelahnya yang menyangga tubuh Lea, bisa dipastikan ia akan jatuh ke lantai.
"Jadi, Mas Dirga gak marah kalau ulang tahunnya dirayain gini?" Lea mencoba mengorek kekesalan Dirga.
"Marah kalau kamu atau teman-teman yang lain ada yang dirugikan karena saya," Dirga menjawab dengan helaan napas yang agak keras.
Aku sama sekali nggak ngerasa rugi, Mas, kata Lea dalam hati.
"Kami beneran nggak papa, Mas. Btw, selamat ulang tahun, Mas." Lea mengangsurkan tangannya untuk menyalami Dirga.
Dirga mendekat, menyambut uluran tangan Lea sebentar lalu melepasnya.
"Lea, saya tahu kamu suka sama saya, tapi saya nggak mau kalau hal itu bisa membuat kamu tidak profesional."
Deg!
Kalimat Dirga barusan menghantam kesadaran Lea. Dirga tahu Lea suka sama Dirga? Kiamat!
"Saya menolak untuk mengakui kalau saya tidak bersikap profesional, Mas." Lea tak sadar suaranya sedikit meninggi.
"Lea, ... "
Belum sempat Dirga melanjutkan kata-katanya, Lea sudah memotongnya. "Dan urusan saya suka siapa juga sama sekali bukan urusan Mas, jadi berhenti menuding saya tidak profesional!"
Dengan sekali hentak kaki, Lea keluar dari ruangan Dirga dengan perasaan yang campur aduk. Malu, marah, bingung sekaligus.
Namun, satu yang dia harus marah ke orang yang membocorkan perasaannya. Ken!
__Haloooo,
Pendek ya part ini? Tapi semoga kalian suka. Aku lagi ngechallenge diriku sendiri untuk nulis. Gak pedulis sependek atau seburuk apa pun hasil tulisanku, yang penting aku konsisten nulis dulu.
Diperbaiki kemudian, hehe. Aku punya penyakit gak bisa nyelesein tulisan soalnya, lihat dua workku sebwlumnya. Ngegantung, karena keburu semangatku hilang. Ini, mau aku tamatin dulu baru ngelanjutin yang dua itu.
Doain aku berhasil, yah!
Shady122
KAMU SEDANG MEMBACA
Denialea
RomanceMemangnya cewek nggak boleh naksir duluan ya? Lea bisa apa ketika hatinya memilih Dirga untuk dicintai. Lea tidak punya pilihan, ia hanya harus merasakan dan mengikuti apa yang hatinya mau agar dia bahagia. Meski Dirga tak pernah sekali pun memandan...