Jleb!

5 1 0
                                    

Lea belum berhenti meratapi kesedihan hatinya. Bahkan setelah satu hari berlalu. Moodnya kacau, sekacau-kacaunya.

Ia sebenarnya malas datang ke kantor. Malas bertemu Dirga. Malas mengakui kalau ucapan Dirga memang benar.

Namun, toh Lea tetap melajukan motornya ke tempat favoritnya tersebut. Ia hanya harus menghindar dari MT workaholic itu untuk . Itu gampang, karena Lea tinggal mendekam di ruang preparasi saja seharian, tidak ke kubikel kerjanya. Dirga biasanya jarang keluyuran di antara alat gelas dan bahan kimia.

Sepanjang perjalanan, Lea merencanakan itu semua. Sepertinya sempurna. Sepertinya.

Sampai di kantor, ia segera mengenakan jas laboratorium kebanggaannya dan mulai melakukan beberapa analisis yang menjadi job desknya. Memang, di Laboratorium Semesta, penyelia masih dapat merangkap jadi analis untuk analisis beberapa parameter tertentu.

Tidak terasa, ia sudah menghabiskan dua jam di ruang preparasi. Saatnya ke lemari asam. Lemari asam biasanya digunakan saat analisis melibatkan reagen pekat dan berbahaya. Saat memipet cairan asam tiba-tiba tip pipet yang ia gunakan jatuh dan cairan asam mengenai tangannya.

"Aaaakh!" Lea spontan berteriak dan mengibas-ngibaskan tangannya yang terasa panas. Sarung tangannya bolong, tentu saja karena cairan asam tersebut keras sekali dan berpotensi membakar apapun selain alat gelas.

Sesuai prosedur K3, Lea langsung membasuh tangannya di bawah air mengalir dari wastafel terdekat. Jari tengah tangan kirinya melepuh sedikit di bagian yang terkena bolongan sarung tangan.

Tito, anak teknis yang berada di dekatnya langsung mendekat. "Kenapa Mbak?"

Lea meringis, "kena Asam Sulfat dikit."

Tito ikutan meringis, "Saya bantu obatin ya."

Lea menggelang, "Nggak perlu To, gue bisa sendiri kok. Cuma dikit ini juga. Paling minta ambilin kotak P3K di rak lemari itu, sama lanjutin analis gue. Jangan lupa, hati-hati."

Tito mengangguk lalu melaksanakan apa yang diminta oleh Lea.

Mau tidak mau, Lea harus ke kubikelnya kalau begini. Mengistirahatkan tangannya dan yang penting minum. Kerongkongannya terasa kering. Jujur saja ia sedikit gugup setelah terkena percikan cairan asam tadi.

Tidak sedikit kasus mengerikan terjadi oleh cairan tersebut. Bekerja di laboratorium sendiri memang memiliki risiko bersentuhan langsung dengan bahan kimia berbahaya. Hal-hal seperti ini meski jarang karena sudah ada prosedur pencegahan dan penanganannya, tetap saja mungkin terjadi.

**

Lea baru saja balik dari makan siang ketika Dirga dari ruangannya memanggil. Ia belum sempat ke kubikelnya untuk duduk. Untung, ia sempat menghela napas dan berpikir ada apa gerangan yang membuat laki-laki yang paling ia hindari hari ini itu memanggilnya.

"Kamu kenapa?" tanya Dirga saat Lea baru saja masuk.

Lea mengernyitkan kening, bukannya dia ya yang harusnya bertanya ke Dirga pertanyaan itu.

Dirga menghela napas agak kasar ketika melihat Lea sedikit bingung dengan pertanyaannya.

"Kamu sakit? Atau nggak fokus kerja gara-gara omongan saya semalam?"

What the hell!

"Saya nggak kenapa-napa, kok," jawab Lea pelan.

"Tapi gimana bisa tangan kamu kena asam sulfat, kalau kamu nggak kenapa-napa?"

"Saya hanya kurang fokus tadi, saya janji nggak bakal ngulangin lagi." Jawaban Lea lebih terdengar seperti suara cicitan daripada jawaban tegas meyakinkan.

Dirga menggeleng-gelengkan kepalanya sedikit cepat, "Jangan buat saya khawatir, Lea!"

" ... "

"Apa yang membuat kamu sedang tidak fokus? Ada masalah?"

Masalahnya adalah gue jatuh cinta sama lo, Dirga Abimana.

Lea menggeleng. Ia bingung dengan rentetan pertanyaan dari Dirga.

Aku kenapa? Dirga kenapa?

"Lea, kamu dengar saya?" Dirga mendekat ke Lea yang diam mematung.

Lea menggeleng, lebih baik jujur daripada nanti jadi ribet.

"Saya minta maaf, kemarin perkataan saya mungkin terlalu kasar ke kamu."

Dirga minta maaf? Padahal Lea juga tahu kalau ia salah.

"Nggak ada yang perlu dimaafin, Mas. Kemarin itu memang kesalahan saya." Lea menunduk.

"Kalau kamu kenapa-napa, itu juga kesalahan saya."
____

Yeaaay!

Satu chapter kelar. Langsung publish. Mohon saran dan kritiknya, terutama kalau ada typo dan cacat logika dalam cerita.

Semangat!

(Author nyemangatin diri sendiri.)

Shady122


DenialeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang