Perkara Kebab

12 2 0
                                    

Grup Whatsapp kantor sedang ramai. Malam minggu dan cuaca sedang hujan. Itulah topik utama yang menjadi perbincangan para penghuni grup terutama yang jomlo. Iya, kalau sedang tidak hari kerja grup kantor isinya memang akan seabsurd itu.

Lea membaca satu-persatu chat, sambil sesekali menimpali jika ada yang nyambung dengannya. Salah satunya ketika Ken pamer foto sedang di kedai kebab langganannya. Rupanya pria itu sedang menunggu pramusaji membuatkan request kebab darinya. Lea spontan membalas chat tersebut, "Delivery order dong Bang." dengan emoticon mengedipkan mata.

Selain itu hal yang dinotice Lea adalah ketiadaan Dirga yang tidak ikut ambil bagian dalam keriuhan grup. Iseng, ia mengecek info pesan yang ia kirimkan di grup. Dirganya baca kok. Cuma dia nggak nyaut aja, eh tapi emang kayaknya ga ada yang 'berani' nge-tag Dirga juga selain Ken.

Lea sendiri saat itu sedang bersantai di dalam kamarnya yang hangat. Hujan di luar membuat ia malas melakukan apapun, apalagi untuk keluar rumah. Ia juga belum makan, masih malas.

Tiba-tiba teleponnya berdering. Ken. Ada apa nih, pikir Lea sambil mengangkat telepon.

"Gue di luar," suara Ken terdengar cepat, jelas, dan padat.

Hah? Lea kaget sendiri. Teleponnya langsung mati sebelum Lea menjawab apapun. Setelah memastikan pakaiannya terlihat sopan, ia pun membuka pintu depan. Ken sedang duduk di kursi teras.

"Ngapain Bang?" tanya Lea setelah ikut duduk di kursi yang satunya.

"Nih," kata Ken sambil menaruh bungkusan berwarna hitam di atas meja.

Lea membuka bungkusan tersebut dan ia menemukan kebab yang masih hangat di dalamnya terbungkus kertas kemasan.

"Wah, kebab!" Seru Lea. "Ya ampun Bang, lo baik banget. Hujan-hujan gini rela nganterin ini ke gue." Lea baru ingat kalo sebelumnya ia sendiri yang bikin kode di grup minta dianterin. Padahal sumpah, itu becanda doang.

"Ya kan lo yang minta," kata Ken. "Tahu gue, lo pasti belum makan."

Lea tertawa. "Lo bakat jadi cenayang deh kayaknya."

Ken cuma tersenyum.

"Mau minum dulu gak nih?"

"Enggak deh, kayaknya gue langsung aja. Dingin banget di luar kayak gini."

"Namanya hujan, ya dinginlah," kata Lea sambil ikut berdiri ketika Ken beranjak dari kursi.

Ken kemudian berlari kecil menuju mobil dan tidak lama kemudian, mobil tersebut berjalan pelan meninggalkan pekarangan rumah Lea.

Lea yang hatinya sedang senang segera mengambil foto kebab di dalam kemasan di tangannya. Langsung diunggah di story WA-nya dengan caption, "Tengkyu Babang Kurir, pesanan sampai dengan selamat."

***

Siapa sangka hari Senin lusanya, berkat unggahan tersebut Lea jadi bahan pertanyaan anak-anak di kantor.

"Le, Ken beneran nganterin lo kebab?"

"Ya ampun Lea, bela-belain ya Ken beliin kamu kebab di malam yang dingin dan hujan lebat."

"Ciyeee, malam minggu diapelin pakai kebab."

Pertanyaan dan pernyataan seperti itulah yang Lea dengar. Lea belum menjumpai keanehan sampai Dirga yang menanyakannya.

Kebetulan saat itu ia sedang menyerahkan laporan divisinya ke ruangan Dirga. Setelah ngobrol tentang laporan tersebut, tanpa ia kira Dirga malah menanyakan hal yang sama.

"Iya bener sih Bang Ken ke rumah saya malam minggu itu Mas buat nganterin kebab." Cuma itu yang bisa Lea jawab sambil berpikir wah seaneh itu ya ternyata perlakukan Ken padanya di mata orang-orang.

Si biang keladi, Ken, malah tertawa-tawa ketika Lea 'mengadukan' kasusnya saat mereka makan siang di kantin.

Setelah puas tertawa, barulah ia berkata, "Itu ganggu lo nggak?"

Lea menggeleng.

"Ya udah berarti, kalonya lo nyaman-nyaman aja." Ken menutup kalimatnya dengan segelas teh es.

Tapi bener sih, Lea sama sekali nggak terganggu. Tadi aja kalau bukan karena Dirga yang tanya dia gak bakal pikir itu aneh atau gimana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DenialeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang