✈ Dua Belas

3K 132 0
                                    

Aku ngelendot dipunggung bang Dion yang sedang duduk menghadap komputer yang terdapat banyak foto model yang tadi pemotretan.

"lo ngapain ke sini ?"

"biasa lah minta job,buat nyicil mobil" aku menggelengkan kepalaku di punggung bang Dion.

"dih geli jangan ngusel ngusel dipunggung gue,nggak konsen nih"

Aku tertawa terbahak,lama banget nungguin mas Rey lagi meeting sama klien.

"punggung lo gedhe bang,enak buat ngusel nggak kaya bang Opik kurus kering tulang doang"

"iya punggung gue gedhe kaya kasur" jawab bang Dion judes. Aku sudah anggap mereka seperti abangku sendiri.

"lo kok pelit bang nggak pernah traktir gue makan lagi" kepalaku sekarang bersandar dibahunya,mengamati cara bang Dion memilih foto lalu memasukan kedalam beberapa folder.

"lo mau digaplok bini gue lagi,entar kalo lo digaplok bini gue lagi gue yang repot"

Aku tertawa,jadi inget waktu itu aku pernah jalan berdua sama bang Dion karena dia kalah taruhan jadi dia harus beliin dan lakuin semua yang aku mau. Kita berdua shoping,nonton bareng dan makan bareng eh palah ketemu pacarnya bang Dion yang high class itu,bang Dion udah jelasin tapi dia nggak mau denger,aku juga sampe kena tampar dipipi. Mas Rey sampai ribut sama bang Dion gara gara pipiku sampai bengkak kena tampar si pacar bang Dion yang kaya nenek lampir itu,sumpah pedes,perih,nyut nyutan ramai rasanya.

"ya makanya bang lo jelasin dulu sebelum pergi sama gue.

"nggak ah...ngeri gue sama dia"

Bang Dion bergidik ngeri sementara aku tertawa keras.

"eh....mau bikin bomerang ah bang"

Aku buka instagram,bikin instastory dipunggung bang Dion. Aku kasih tulisan "punggung lebar ternyaman" mas Rey melambaikan tangannya padaku. Bang Dion menggerakan punggungnya memberi kode padaku agar bangun. Aku berjalan menghampiri mas Rey,studio hari ini sepi hanya tersisa mas Rey,bang Dion,mbak Tika dan beberapa asistennya sedang membereskan perlengkapan.

"kenapa ?" tanya mas Rey memandangku.

"aku mau ngomong mas"

"aku lagi sibuk dek" mas Rey melirik jam tangannya.

"please"

"ya udah masuk ruangan aku aja,sebentar aja ya"

"awas lo Fe...digigit Reynal entar ! Dia jago gigit loh" bang Dion menimpali sambil tertawa. Kami berdua masuk beriringan,aku duduk di sofa gray yang ada diruang kerja mas Rey. Mas Rey berjalan menuju lemari es,mengambil dua kaleng minuman soda.

"mas....soal mobil aku -"

"nggak ada penolakan dek,aku udah bilang kemarin. Udah kita bahas" mas Rey beralih ke kursinya,duduk menghadap macbook yang masih menyala.

"nggak gitu juga mas,aku nggak suka,kamu tau kan kalo aku tuh nggak suka dikasih barang barang apa lagi barang sebesar itu. Harganya juga segitu"

"nggak ada penolakan dek"

"nggak bisa gitu dong mas"

"ya bisalah. Apa sih yang nggak bisa" Aku menatap mas Reynal gemas,aku tau dia disana sedang sok sibuk memainkan ponselnya.

"aku yang nggak bisa terima gitu aja mas,kecuali aku cicil. Ini aku bawa konci,STNK,BPKB aku tinggal disini ya mas. Maaf aku nggak bisa terima kecuali kalo mas Rey setuju sama omonganku tadi,aku pamit mas" aku berdiri,mas Rey tak bergeming.

He Is My Superman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang