✈ Tiga Puluh Delapan

1.6K 73 2
                                    

Aku masih duduk didalam mobil,masih berusaha meredam airmataku. Perkataan bu Tyas tadi benar benar menoreh luka yang dalam,hatiku rasanya perih. Sial ini sudah sore tapi airmataku masih saja blewer kemana-mana. Aku nggak pengen cengeng tapi sumpah ini sakit banget. Kepalaku menoleh saat kudengar kaca mobilku diketuk,buru buru ku hapus sisa ingus dan airmataku.

"Bobi....kenapa ?" aku menurunkan kaca separuh.

"ibu belum pulang ?" aku menggeleng.

"kamu kok belum pulang Bob ?"

Aku menggeleng sementara Bobi masih berdiri disamping mobilku,mungkin sedang mengamatiku yang berantakan tidak seperti biasanya.

"ya udah,kamu pulang udah sore" dia mengangguk,tubuhku masih lemas,aku sampai menyender disenederan jok. Kali ini bu Tyas benar benar keterlaluan ngatain aku seenak mulutnya aja. Aku nggak takut sih sebenarnya,mentang mentang dia lebih tua terus seenaknya aja sama aku.

"ada yang bisa saya bantu bu ?" ternyata Boby setelah mengambil tasnya dia mampir ke mobilku lagi,mungkin dia juga bingung kenapa aku masih saja di parkiran.

Aku berpikir sejenak,menimbang apa yang ada dipikiranku. Harusnya Deby berangkat jadi aku nggak susah kaya gini,karena bagaimanapun jahilnya Debby dia selalu bisa diandalkan.

"iya bu tas saya ketinggalan jadi balik lagi. Ibu nggak papa? " mungkin karena terlalu banyak menangis kepalaku jadi pening,mataku juga tinggal segaris. Kalo aku paksa nyetir walaupun lewat jalan tikus tapi pasti nantinya aku bakal ketemu jalan yang ramai,dimana sih jalan jogja yang sepi ? Kepalaku semakin nyut-nyutan.

"kamu punya sim ?" aku bertanya pada Bobi yang masih menatapku.

"punya bu"

"bisa nyetirkan ?"

"bisa bu"

"tolong ya Bobi,anterin saya ke rumah di Tlogo tau kan ? Yang deket sama wisma pasca sarjana. Tolong ya Bob,kepala ibu pening,muter-muter"

"iya bu sebentar saya bilang teman saya dulu"

Bobi berlari kearah gerbang,sementara aku menggeser dudukku ke kursi penumpang. Aku mendengar suara langkah mendekati mobil.

"Bobi....masuk aja ya,ibu minta tolong ya sama kamu"

"iya bu,serahin sama saya bu"

Mataku terus terpejam soalnya kalo melek semuanya muter-muter dan tentu saja perutku juga ikut dinyut-nyutan lalu bisa muntah kapan saja.

"Bobi...makasih ya."

"iya bu,sama-sama bu"

Aku hanya bisa mendengar suara mobil menyala lalu bergerak perlahan. Entah sudah berapa lama, terdengar suara dari banyak kendaraan, mungkin ini sudah sampai jalan besar. Sungguh aku hanya bisa memperkirakan tanpa sedikitpun berani membuka mata.

Sayup pendengaranku sunyi,aku dengar beberapa nada suara berbeda memanggilku, menyebut namaku,tapi aku terlalu ngantuk untuk sekdar berkata aku baik-baik saja. Lalu semuanya yang tadinya kelabu berubah jadi hitam pekat, suara yang tadi berisik memanggilku mendadak sunyi.

💕

Tenggorokanku kering,aku merada amat haus. Saat aku membuka mata yang aku lihat pertama adalah langit kamar yang putih dan silau. Aku hanya ingat terakhir suara Bobi memanggilku dan sekarang saat aku bangun,aku sudah berada disini lagi,dengan bau khas tempat ini dan juga selang infus ditangan kiriku,berdenyut nyeri. Masih sisa sedikit pening di kepalaku.

"kamu udah bangun ?"

"Bima,aku haus."

Dia tersenyum,tanganya bergegas meraih gelas berisi airputih dinakas. Dengan sedotan aku bisa dengan mudah meneguknya sedikit-sedikit.

"HB kamu rendah,asam lambung naik." Bima menggenggam tangan kananku.

"aku cuma kecapekan aja kok." Bima menggeleng pelan.

"Bobi mana Bim?" aku bertanya untuk mengalihkan pandangan Bima yang memandangku dengan nelangsa.

"udah pulang tadi. Dia juga nungguin kamu tadi sampe isya." Aku melirik jam dinding,pukul 20.37. Aku pingsan lama juga ternyata.

"mama sama papa juga kesini tapi aku suruh pulang lagi,biar aku sama mas Bayu yang jagain kamu malam ini." Keningku berkerut.

"mana mas Bayu?"

"lagi makan baru aja keluar."

"kamu pulang aja Bim,aku udah bangun juga engak papa ditinggal sendiri." Bima menggeser kursi lebih dekat denganku,kepalanya dia rebahkan bersebelahan dengan tanganku.

"tadi Fendi,polantas telfon aku,bilang kamu pingsan dijalan. Aku panik banget aku kira kamu nyetir sendirian terus pingsan. Bobi pinter,nepiin mobil terus minta tolong sama polantas buat telponin ambulance." Aku tertawa,sedangkan Bima manyun.

"Bobi mah,padahal kan dia punya hp kenapa coba enggak telpon sendiri."

"Namanya juga panik. Kamu ya,sekarang bisa ketawa. Kamu enggak tau aja waktu kamu pingsan banyak orang yang dibikin panik sama kamu. Aku sampe pengen nangis tau enggak,bisa bisanya sekarang palah ketawa gitu." Sekarang giliran aku yang manyun kerena Bima sudah pasang mode serius dan aku harus menebalkan telinga bersiap mendengarkan kultum panjang seorang Bima,belum lagi ditambah mas Bayu.


Up part 38 yeye
Happy reading ya, terimakasih sudah mampir. Jangan lupa votmen.
Salam sayang, pake banget dari Bi ❤❤

Kamis, 18.Oktober.2018

He Is My Superman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang