✈ Dua Puluh Lima

1.7K 76 0
                                    

Aku duduk ditepi kolam ikan dibelakang rumah Iqbal,ramai suasana didalam masih terasa sampai belakang rumah ini. Rumah dua lantai dengan gaya minimalis,catnya perpaduan gray putih dan hitam. Banyak bunga warna warni yang tumbuh di taman belakang rumah ini,mami Diana memang pecinta bunga. Iqbal masih sibuk bercengkrama dengan sepupu dan ponakannya. Sementara aku duduk memangku si kecil baby Nasya sambil melihat ikan yang berlalu lalang didepan kami. Baby Nasya merupakan cucu dari buleknya Iqbal,sementara mami Diana baru punya satu cucu laki laki dari kakaknya Iqbal mas Rama usianya juga sudah tujuh tahun sudah masuk sekolah dasar.

Satu tahun ini,Iqbal sudah menempuh pendidikan di AKMIL. Satu tahun ini pula bisa dihitung dengan jari berapa kali kami bisa telfon dan hampir nggak bisa ketemu. Kami bertemu lebaran ini,ini juga sudah H + 1 lebaran. Kalo ditanya bosen nggak aku jawab pasti iya,bahkan bosen banget.

"kamu udah makan dek ?" tanya kak Maria yang duduk disampingku.

"udah kok kak,eh Iqbal kemana ya kak ?"

"kayaknya tadi ke atas deh,masuk kamar ! Udah sini Nasya sama aku dulu,sana samperin Iqbal dikamarnya"

"nggak papa kak aku ke kamarnya Iqbal ? malu lah"

"udah nggak papa,jaga diri aja Iqbal suka gigit loh hahaha"

--- 💕 ---

Aku ketuk pintunya agak lama tapi nggak ada sautan dari dalam,mukin beneran Iqbal tidur. Ku buka perlahan kamar yang pintunya bercat baby blue ini,warna kesukaanku. Ada sesosok tubuh yang tengah telungkup memeluk bantal guling,aku mendekat nafasnya berhembus teratur,rasanya damai. Tanganku terulur menyentuh pipinya sebentar.

"aku bosen tau nunggu kamu terus. Aku pengen putus tapi aku masih sayang sama kamu. Aku harus gimana dong ?"

Tubuhku berdiri,beralih pada wall besar dari sterofoam yang isinya memo singkat dan foto yang ditancapkan dengan paku notes. Aku mengamatinya satu persatu,ada tanggal ulang tahun ku sampai tanggal ulang tahun eyangnya Iqbal. Ada foto kami waktu ikut konvoi,sampai foto candid ku yang banyak banget nggak mungkin aku hitung satu satu. Tanganku berhenti pada foto kami didepan sekolah berdua,candid juga dan entah siapa yang mengambil gambar ini. Kamar ini termasuk rapi untuk golongan kaum adam.

"kamu disini ? pantes baunya seger gimana gitu" dia nyengir tanpa dosa. Kami saling diam,tapi mata kami beradu,dalam.

"aku kangen tau"

"emang cuma kamu doang yang kangen,aku juga lah"

"sibuk sendiri aja kamunya i. Nggak ada waktu buat aku"

"sstt....jangan ngomong gitu,ini udah pernah kita bicarain kan ? Aku udah bilang di awal waktu aku bilang mau masuk AAU aku udah bilang semua kan sama kamu,dan katamu kamu bakal siap"

Airmataku mulai jatuh "tapi ternyata nggak segampang itu i,nggak segampang waktu aku ngomong siap. Aku bosen i,bosen banget. Capek,kawatir,gantung. Aku capek banget" tangisku meraung bagai anak kecil yang balonnya terbang,anehnya hatiku rasanya plong "aku pengen kita udahan"

Iqbal termenung didepanku,pandangan matanya nanar menghujam hatiku. Dia diam tapi tangannya erat pundakku. Sekarang aku yang menyerah dengan keadaan. Kadang sok kuat itu palah bikin sakit,makanya sekarang aku coba buat jujur.

Up pagi yey...selamat membaca ya!
Turut berduka cita atas musibah yang menimpa sodara sebangsa kita Donggala, Palu, Sulteng dan Mamuju Sulbar.
Semoga diberi ketabahan, kekuatan dan senangtiasa mendapat perlindungan Tuhan YEM aamiin
#prayforsulawesi #prayforpalu

He Is My Superman (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang