Kembali 2

25 2 0
                                    

📞 Eh Farhan mau cerita
📞 Boleh
📞 Tapi tentang seseorang, yang tahu seseorang
📞 Gimana ceritanya
📞 Tapi gimana ya, em Farhan ibaratkan apa ya
📞 Boneka aja
📞 Masa barang
📞 gak apa
📞 Jadi gini, ada bonekaaaa
📞 Terus
📞 Farhan mau ambil boneka itu
📞 Tapi?
📞 Tapi Farhan takut boneka itu udah ada yang punya, jadi takut di kira maling.
📞 Tapi, udah pernah ketemu dengan boneka itu?
📞 Belum... Eh udah, tapi dulu. Kayanya dia lupa

Aku merasa tersindir dengan cerita Farhan, tidak, bukannya aku ke geeran dan merasa percaya diri. Tapi, sepertinya yang diceritakan Farhan, itu adalah aku.

*Flashback

Tiga tahun yang lalu, saat aku duduk di kelas 11 masa SMA. Saat itu, Tika dan Farhan sedang menjalin hubungan berkekasih.
Pada suatu waktu, aku dan Tika merencanakan pertemuan untuk mampir ke sebuah kedai ramen.
Senin, kala itu.
Aku dan Tika berjanjian di Mesjid Raya Bandung, katanya Tika mau mengikuti pengajian rutin senin dahulu.
Aku mengenakan celana jeans navy, dengan kaos panjang berwarna hitam.
Aku menunggu Tika di depan mesjid.
"Aku di sintetis" ujar Tika melalui pesan yang dikirimnya.

Aku menuju sintetis untuk menghampiri Tika,
Yapp!!
Aku menemukan Tika yang menggunakan gamis hitam, berdiri bertepatan di sintetis.
"Heh" sapaku
"Eh hayu ah kesana dulu, tadi kaya liat Farhan. Sekalian banyak temen ku juga" ujar Tika
"Ayuk!!"

Pada hari itu, di Mesjid Raya Bandung. Senin.
Sejak saat itu aku bertemu Farhan, aku baru mengetahui Farhan. Karena sejauh ini, aku hanya mengetahui Farhan melalui versi cerita dari Tika.
Tapi aku, bersama teman Tika lainnya berlaku seadanya. Sewajarnya orang yang tak saling kenal, kau paham?
Aku tak suka bertemu orang baru, aku acuh. Dan purapura sibuk dengan ponselku, karena Tika juga sibuk mengobrol dengan Farhan.
Pulangnya, aku dan Tika ikut bersama mereka mereka. Kita pulang bersama, dan aku ikut saja.
Kami pulang menggunakan angkutan, sudah jelas beda jurusan denganku. Tapi anehnya aku menurut saja.
Diperjalanan, Tika memberi tahuku jika aku akan turuh dipertigaan depan. Kemudian menggunakan angkut berwarna hijau.
Aku tidak paham dengan yang Tika ucapkan, karena aku tidak pernah naik angkut.
Tapi aku percaya diri saja dengan hal itu, Farhan juga semoat memberi tahu arah jalan kepadaku. Aku lupa, dan acuh.

***

📞 Kenapa lupa?

📞 Kan udah lama gak ketemu
📞 Eh gak apa kan ini Farhan tetiba telpon?
Tanya Farhan memastikan

📞 Iya gak apa ko

Aku sudah mulai mengantuk, malam semakin larut.
Pukul 03:29 dini hari, Farhan masih saja mengoceh disebrang telpon sana.

📞 Udah jam segini, tidur aja ayo
📞 Oh ya udah ayo
📞 Maaf ya kalau Fahran ganggu kamu
📞 Iya gak apa
📞 Makasih juga udah mau diganggu
📞 Iya samasama
📞 Semoga besok bisa lanjut
📞 Apanya?
📞 Telponnya hehehehe
📞 Iya semoga
📞 Boleh ngomong bahasa inggris ga?
📞 Boleh
📞 Good night
📞 Hahaha kirain apaan.. Iya good night too
📞 Ya udah ya selamat tidur, ini Farhan matikan
📞 Iya ka

Aku sudah tak tahu bagaimana caranya menahan kantuk, setelahnya menyelesaikan kegiatan telpon bersama Farhan aku langsung merebahkan badan sebaik baiknya diatas kasur. Menikmati hangatnya helaian selimut, diiringi beberapa lagu.
Aku senang Farhan, tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya. Tapi, aku benarbenar senang.
Setelah 29 hari yang kau maksud, hari ini aku kembali tertawa dan menikmati senyum dalam kantuk.
Memeluk gegulingan dengan nyamannya, berharap ini bukan mimpi dan akan tetap berlanjut di esok hari.

Candu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang