Pertemuan Pertama

27 2 0
                                    

Pukul 12:22 siang hari.

"Kaka tahu Maranatha?" tanya ku melalui pesan yang dikirim

Saat itu aku diajak oleh teteh juga om untuk ke Maranatha untuk sekadar lihat-lihat, padahal aku sudah ada janji dengan Farhan jam 1 nanti. Tapi teteh kekeh, mengajak ku.

Aku membuka tutup ponsel, memastikan Farhan memberiku kabar. Tapi tetap tidak ada juga, aku khawatir.

Tak tak tak

Aku memerhatihan jam sedari pukul 13:00 tadi, Farhan masih belum juga memberi kabar. Aku cemas, kalau kalau tak jadi menonton.
Aku melamun tak henti, membayangkan Farhan membatalkan pertemuan kami. Padahal, semalam tadi aku benar benar dibuatnya terbang jauh. Apa mungkin, kali ini ia akan menjatuhkannya lagi?
Aku semakin takut, jika nantinya Farhan justru menghilang setelahnya membatalkan pertemuan kami.
Farhan, jangan begini.
Aku takut, sungguh.

" Firhan siapsiap dulu ya " ucapnya melalui pesan yang dia kirim

Syukurlah, dia tidak membuat hayalanku menjadi nyata.

" Iya, jemputnya di Maranatha aja ya, gak apa kan? " balasku memberi tahu jika aku sedang di Maranatha

"Iya ini Farhan otw" balas Farhan terburu

Teteh setelah ini malah mengajakku pulang, kataku Farhan sedang dijalan menuju sini, aku mau menunggu Farhan saja.
"Nunggunya jangan di pinggir jalan, udah di Btc aja" ujar Bunda
Om juga teteh mengajukan hal yang sama, mau tidak mau aku harus sepakat dengan mereka.

"Ka di Btc aja ya, aku tunggu di Btc" kataku mengirim pesan kepada Farhan

"Ih aku sudah di depan Maranatha" balasnya kesal

"Ya ampun ka maaf, muter balik lagi aja ini aku udah di Btc" balas ku

"Ban aku bocor lah" balas Farhan kecewa

"Ya ampun terus gimana? Itu lagi dimana?" tanyaku khawatir

"Ini lagi ditambal dulu, deket, gak jauh" balasnya menenangkan

"Maaf yaaa jadi merepotkan"

Ah Farhan, aku tidak enak. Hari pertama bertemu sudah aku buat repot. Maaf, Farhan.

"Gimana itu Farhan?" tanya teteh memastikan
"Lagi tambal ban katanya"
"Kasian pertama ngedate udah dibuat repot"
"Hahaha iya nih kasian"

Aku, teteh, om, juga bunda. Kami menunggu Farhan sembari makan di baso Istigfar belakang parkiran Btc, bunda bilang ajak saja dulu Farhan makan setelah itu baru nonton. Tapi aku menolak, benar kata teteh Farhan pasti malu belum lagi ini pertemuan pertama kami. Tidak mungkin, jika langsung dikenalkan kepada keluarga.

Seorang pria mengenakan jaket putih, celana jeans hitam beserta helm dan masker diatas motor melaju menuju arahku. Aku rasa tidak asing, ini pasti Farhan.

Tap!!

Benar saja.

"Hai, tunggu dulu ya aku pamit ke bunda" gumamku menahan gugup

Aku pergi mendekati bunda dan berpamitan, Farhan menungguku di motornya.

"Hati hati" gumam bunda

Setelah itu aku pergi dan menghampiri Farhan.

"Ayo" gumam ku sembari duduk di jok motor.

Candu KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang