Part 11

56 2 0
                                    


Nida menaiki tangga satu persatu untuk bisa sampai ke Lantai dua kampusnya. Ruangan kuliahnya berada di Lantai dua sebelah kiri. Ia harus mencari untuk bisa sampai kesana.
Sementara berjalan menaiki tangga, seorang gadis berbalut dress hitam dan berjilbab pink muda berjalan menghampirinya dari belakang.

"Tunggu." sebuah suara menghentikan Langkah Nida. Nida lalu menoleh ke belakang dengan wajah yang penuh keheranan.

"Kamu Mahasiswa disini.?" tanya perempuan itu. Matanya melotot.

"Iya." jawab Nida pendek.

"Wah kebetulan. Aku kira kamu Dosen disini. Yuk." perempuan itu lalu menggandeng tangan Nida. Seakan menarik Nida untuk cepat sampai di Lantai dua. Nida hanya mengikuti sambil keheranan.
Mereka berdua akhirnya sempurna menginjakkan kaki di Lantai dua.

"Kenalin Namaku Laras. Aku perempuan asli jawa. Papaku turunan Jerman, Mama Jawa Asli." ucap Perempuan yang bernama Laras itu sambil menyodorkan tangannya kepada Nida.

"Oh Aku Annida Khumairah. Panggil aja Nida." jawab Nida, Lalu membalas jabat tangan dari Laras.

"Kamu Magister juga kan? PAUD?"

"Iya. Kamu.?"

"Sama. Alhamdulillah. Sepertinya kita seumuran deh. Yaudah sekarang kita temenan yah Nida." ujar Laras lagi, sambil menyunggingkan bulan sabit di bibirnya.

"Iya kita temenan." kata Nida yang masih terlihat kaku.

Laras lalu menggandeng tangan Nida, mereka berdua bersama-sama masuk ke dalam kelas.
Laras adalah tipe wanita yang ceria, langsung akrab dengan siapa saja. Jadi wajar, jika ia bersikap seperti tadi kepada Nida.
Sementara Nida, walaupun masih kaku. Ia amat bersyukur bisa langsung mendapat teman di hari pertama masuk Kuliah.

.
.
.

"Woy Gunawan. Ngelamun aja dari tadi. Sambil senyum-senyum lagi." suara nyaring seorang Laki-laki yang memakai Kaos Merah dengan badan yang gemuk menatap Guna sedari tadi yang hanya melamun serta senyum sendiri.

"Apasih Gendut. Ganggu aja." celetuk Guna.

"Bro ada angin apa nih kamu kayak gini,gak pernah loh si tampan senyum-senyum kayak gitu.?" goda Lelaki gemuk itu. Namanya  Babos. Teman Guna di Lokasi syuting.

" Bro, Ada cewek nih yah, dia ngeliat aku tuh hanya biasa-biasa aja, gak kayak yang lain gitu. Apa coba maksudnya itu.?" 

"Masa sih.?" tanya Babos penasaran.

"Iya. " ucap Guna pendek. Ia menopang dagu.

"Emang siapa cewek itu.?"

"Ibu Gurunya ponakanku. Alin."

"Yang mana? Bu mira?" .

"Kampret. Bu Mira udah nikah. Dia juga kalau ngeliat aku gak biasa-biasa  gitu, dari jauh udah teriak aja."

" Guru Baru.?"

Babos semakin mendekatkan badannya yang gemuk agar lebih dekat dengan Guna. Ia Penasaran.

"Iya kayaknya. Tapi manis juga sih orangnya."

"Hmmm jangan-jangan kamu jatuh cinta lagi sama dia? Duh, bisa cemburu nih si Meydi Guna."

"Apaan sih gendut. Udah ah mau syuting lagi nih jam 7 . Siap-siap dulu yo."

Guna segera berlalu meninggalkan pria gemuk itu. Ia segera ke ruang ganti. Mengganti pakaian.

.
.
.

"Mbak mau buat acara kecil-kecilan di rumah?" Tanya Guna pada Mbaknya. Mereka sedang duduk di teras belakang rumah.

"Iya Guna, Alhamdulillah boutiqe Mbak udah punya satu cabang lagi di Bogor, Mbak mau buat syukuran kecil-kecilan, ngundang anak yatim sama keluarga dekat aja. Gimana?" Mama Alin memperbaiki posisi duduknya. Menatap Guna serius.

"Aku setuju Mbak, sekalian Nida Ibu Gurunya Alin juga di undang Mbak." ujar Guna mantap. Sehingga membuat mbaknya bingung.

"Kamu kenal sama Ibu Gurunya Alin yang baru itu?"

Guna baru menyadari apa yang dia ucapkan baru saja. Ia lagi-lagi menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Eh...i.. iya Mba, baru kemarin kenalnya."

"Waah Gak biasanya loh si Tampan kayak gini, hayoo kenapa sama Ibu Nida? Dia berhasil nyuri hati kamu dalam sehari gitu?" Goda Mama Alin.

"Gak tahu deh Mbak, setiap lihat dia tuh, Rasanya tenang, Adem Mbak."

"Eh istighfar, bukan istrimu loh, jangan mikir yang nggak-nggak."

"Apasih Mbak, aku ngga mikir yang nggak-nggak koq. Emang kenyataannya Ibu Guru Nida emang manis dan juga sholehah."

"Mbak baru denger loh kamu muji perempuan, dan ini pertama kali, Mbak setuju banget Guna."

Mama Alin mengangkat Dua jempolnya ke hadapan Guna. Lelaki itu hanya tersenyum malu.
Baru kali ini Gunawan merasa ada yang beda di dalam hatinya.
Cintakah?
Iya. Cinta ..

Pendek di part ini . Maaf yah 😊
Kecepetan mau makan bakso wkwkwk..

Jangan Lupa Selalu kirimkan Shalawat untuk Baginda Rasulullah SAW tercinta ❤

Cahaya Cinta Di langit JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang