Part 2

85 5 9
                                    


Riska mendengus kesal terhadap teman-temannya yang Lambat memberitahu informasi penting kepadanya.

" Kalian koq baru ngasih tau sekarang?" tanya riska sebal.

"Maaf ka, habisnya kamu sibuk sama si Ali sih." timpal salah satu temannya.

" Ini informasi penting banget tau, lagian si Nida kenapa sih masih ganggu-ganggu si Ali. Awas aja dia yah
" gerutu Riska.

Nida berjalan pulang ke rumahnya, rasanya kalau pulang ia ingin sekali untuk tidur sepuasnya. Badan-badannya lelah setelah 2 jam beres-beres di rumah Pamannya.
Nida menyusuri jalan setapak, waktu telah menunjukkan pukul 8 malam.
Tiba-tiba segerombolan cewek-cewek menghampirinya, mereka menghadang jalan Gadis Jelita itu.

" Hei Nida." Bentak Riska keras.
Nida bingung melihat tingkah riska beserta kedua temannya itu.

" Kamu gak terima yah, Ali pacaran sama aku? Murahan banget kamu jadi cewek. Cuih." Kata Riska sambil meludah di sampingnya.

" Maksud kamu?" tanya Nida keheranan.

" Ya Ampun, masih tanya maksud aku apa? Yah jelas kamu gatal kan? Kalau aku udah sama Ali dan kamu udah jadi mantannya, yah gak usah ganggu Ali. Kamu mengerti gak sih.?" bentak Riska lagi.

" Maaf Ris, aku tidak ingin berdebat denganmu, dan aku tidak mengerti apa maksud kamu. Permisi aku mau pulang dulu." Secepatnya Nida melangkah meninggalkan mereka.

" Dasar cemen. Lihat aja kamu, Awas yah." teriak Riska.

Nida segera berjalan cepat. Air matanya tidak bisa dibendung lagi. Nida ingin menangis. Kata-kata Riska tadi menyakiti hatinya.
Sudah sebulan Lebih Nida berusaha melupakan Ali, melupakan kenangan bersama Ali. Kenangan yang seharusnya tidak harus terjadi antara Seorang Lelaki dan perempuan tanpa Ikatan pernikahan.
Nida menyesal tidak belajar Agama dari dulu, sehingga terperangkap pada Hal-hal seperti ini.
Nida sangat malu kepada dirinya.
Percuma Ilmu Pendidikannya tinggi, tetapi Ilmu Agamanya sangat minim.

Dalam perjalanan pulang, Nida tak hentinya berdoa semoga Allah mengampuni Dosanya, dan juga Riska. Ia tahu Mereka belum paham dengan ini.
Tidak ada yang salah dalam masalah ini, yang salah hanyalah kita tidak mau untuk belajar Lebih tahu.

Nida memegang Klop pintu lalu membukanya, di ruang tamu sudah Ada mama dan papanya beserta kakak perempuannya, sedang memegang perutnya yang sudah memasuki usia 8 Bulan.

" Udah pulang Nida.?" tanya Mama Nadiah.

" Belum, Nidanya masih nyangkut di jalan." sambung Papa Nida.
Mama Nadiah terkekeh.

" Mama ini gimana sih, jelas-jelas anaknya sudah masuk ke dalam rumah. Masih saja tanya seperti itu." Sambung Papa Nida lagi.

Nida hanya tersenyum melihat tingkah papanya yang seringkali konyol ini.

" Iya iya. Papa ini gimana sih suka sekali Bilang begitu." jawab Mama Nadiah

" Mah, Pah, Nih dos kue sama makannnya Nida taruh di dalam Lemari aja yah?" tanya Nida.

" iyaa , sebelum itu dibuka dulu, taruh di piring yah Nida."

Nida menurut lalu nyosor ke dapur.

"Kamu udah makan sayang?" teriak Mama Nadiah dari ruang tengah.

"Sudah mama." jawab Nida dari dapur.

Setelah memasukkan Makanan dan kue di dalam Lemari, Nida segera bergegas ke dalam kamar.
Badannya gerah, ia harus mandi sekarang.
Nida segera melangkah ke kamar mandi membersihkan tubuhnya.

Selesai mandi, Nida membaringkan tubuhnya ke atas kasur empuk. Siap untuk tidur.
Hampir matanya terpejam, ada sesuatu yang mengagetkannya.
Sebuah pesan Masuk. Yang ternyata dari temannya , Dewi.

Cahaya Cinta Di langit JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang