Part 14

35 0 0
                                    


Skenario Allah..
Adalah hal yang tidak bisa kita ubah.
Namun, jika kau ingin skenarionya seperti yang kau inginkan, Berdoalah selalu.

                   ~Annida khumairah~

Dalam diam, Namanya tak pernah Nida sebut.
Hanya seperkian detik terlewat, bahkan untuk berkhayal bisa bersanding dengannya itu adalah hal yang tidak pernah ingin ia bayangkan. Terlalu jauh jika Nida berpikir seperti itu.
Apa karena itu sehingga Allah membuatnya dekat dengan Seorang Lelaki yang hampir setiap hari tersenyum ketika melihatnya?
Aneh, jika Nida berpikiran terlalu jauh. Mungkin saja dia memang seperti itu orangnya.

Nida merebahkan tubuhnya di atas kasur, menghela napas perlahan lalu menghembuskannya.
Setiap satu tarikan nafas akan menghasilkan sebuah nafas yang baru, pikiran yang baru.

Nida mengingat kejadian di sekolah tadi siang, sungguh, Ia masih mengingat perkataan Laras temannya, dan juga sikapnya pada Mas Guna.
Ia hanya takut dan juga Malu Lelaki itu akan menertawakan sikapnya yang seperti tadi.
Nida lalu menutup wajahnya, hatinya masih bergemuruh, entah apa itu.
Ia menutup wajahnya dengan bantal, tapi rasa itu masih saja ada.
Nida tak bisa berbohong, jika dihatinya sudah timbul benih-benih cinta, namun ia selalu berusaha mengendalikan hatinya.
Bagaimana tidak? Sikap Mas Guna padanya sangatlah berbeda. Nida bisa tahu dari tatapan mata Lelaki itu, walau kadang Nida melihatnya hanya sekilas saja.
Nida meraih tasnya, membuka sebuah kertas kecil pemberian dari Mama Alin.
Undangan syukuran kecil-kecilan di Rumahnya Mama Alin.
Undangan ibu bertuliskan namanya.
Mama Alin sangat berharap Nida bisa datang di acaranya.
Nida menaruh undangan itu di atas meja, lalu masuk ke kamar mandi.
Membersihkan tubuhnya, ia akan berbicara dengan kak Zahra, Nida berharap Kak Zahra bisa mengantarnya sebentar malam ke  Rumah Mama Alin.
.
.
.

Di luar gerimis membasahi bumi. Percikan-percikan airnya terdengar pelan terkena lantai depan.
Nida keluar dari kamarnya, membawa undangan tadi. Ia ingin menunjukkannya kepada kak Zahra.
Nida baru saja selesai shalat ashar,  ia mencari kak zahra, wanita yang dicari sedang asik menonton televisi.
Nida menghampiri kakak sepupunya itu.

"Kak Zahra, serius sekali nontonnya," ucap Nida yang kemudian duduk di samping Zahra.

"Iyah nih, Ftv rutin kakak tiap sore nih, kakak gak pernah lewatin walau satu episode pun,Nida. dan sekarang pemainnya itu idola kakak banget," jawab zahra masih fokus menonton televisi di depannya.
Nida memandang ke arah televisi, dan ia melihat sosok Lelaki yang sudah tidak asing lagi di matanya, Lelaki yang hampir setiap hari ia temui di sekolah.
Pantas saja zahra sangat serius, pemainnya ganteng begitu.

"Kamu pegang apa Nida,? tanya zahra tiba-tiba mengalihkan pandangan matanya pada tangan Nida.

"Oh iya ini kak, undangan dari Orang tua muridnya Nida, Katanya mau buat syukuran di rumahnya." Kata Nida sambil menyodorkan kertas kecil itu pada zahra. Zahra lalu meraih kertas itu.

"Alysa Wiratama, boutiqe Alysa." Zahra membaca tulisan yang ada di depan kertas undangan itu.. "eh, Bukannya ini Mba Alysa, Kakaknya Gunawan Alexandro Wiratama,?" Ucap Zahra sambil menghernyitkan keningnya, kemudian menatap Nida.

"Iya kak."

"Kamu diundang? Eh tunggu dulu, bagaimana sampai kamu bisa di undang Nida?

Zahra memperbaiki posisi duduknya, sehingga sepenuhnya ia menatap wajah Nida. Zahra begitu penasaran dengan undangan itu.
Bagaimana tidak? Adik sepupunya di undang oleh kakak dari artis favoritnya.

"Aku diundang karena memang, anak dari Mba Alysa itu murid di kelasku kak," terang Nida. "Jadi kak zahra mau ngga sebentar malam kakak temani Nida kesana, Nida kan belum tahu alamatnya."

"Sudah pasti kakak akan temani Nida..." tapi emang teman guru yang lain ngga diundang juga,? tanya Zahra lagi.

"Hanya Nida sendiri aja kak, yang mereka undang."

"Tuh kan, pasti ada apa-apanya kalau begini, kamu udah pernah ketemu langsung sama Gunawan?" tanya Zahra lagi, semakin penasaran.

"Beberapa hari ini kak, waktu dia sering jemput Alin." jawab Nida Polos.

"Ya Allah, Ya Ampun.
Nida, kamu belum sadar juga? Ini pasti ada sesuatunya nih. Sempat gak Gunawan senyum sama kamu? tanya Zahra lagi, semakin mendekatkan wajahnya pada Nida.

"Ih kak zahra, apaan sih nanya-nanya begitu." Nida berusaha menetralisasi suasana.

"Tuh kan, kamu malu Nida." Goda Zahra.. " jangan-jangan pas Gunawan lihat kamu beberapa hari, dia jadi jatuh cinta sama kamu, terus pas mereka buat acara ini, dia bilang sama kakaknya, ngundang kamu juga," celetuk Zahra berusaha menerka-nerka apa yang ada di dalam pikirannya.

"Kak Zahra kebanyakan nonton sinetron jadi rada miring pemikiran kakak nih," jawab Nida asal. Namun, Nida sudah merasa ada yang lain ketika Mama Alin mengatakan kalau Ia sangat berharap Nida bisa datang di acaranya.

"Bisa jadi kan? Emang kamu gak mau Nikah muda,?

"Yeee aku kan baru kuliah loh kak, lagian kenapa sih ngomong-ngomong nikah."

"Ini kedua kalinya kamu kuliah kan? Nikah terus sambil kuliah deh."

Nida lalu berdiri, berusaha segera menjauh dari kakak sepupunya ini, Nida merasa Zahra sudah kebanyakan menonton sinetron, sehingga pikirannya menjadi tidak terkendali seperti itu.

"Jangan Lari nida," teriak Zahra terkekeh di ruang keluarga mereka.

"Pokoknya kak Zahra temani Nida, udah ah Nida mau ke kamar."

Nida segera berlalu dari Zahra. Ia tidak mau berlama-lama lagi, perkataan Zahra bisa saja mengganggu pikirannya nanti.



Jangan lupa shalawat untuk Baginda Rasulullah saw tercintah ❤

Cahaya Cinta Di langit JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang