Part 13

41 0 0
                                    

Nida membereskan kelas, Sesekali ia melirik ke jam tangannya, 15 menit lagi pukul sebelas. Dan ia harus segera bergegas untuk pergi ke kampus hari ini. Ada mata kuliah jam dua belas siang ini.

Tadi pagi, temannya Laras pun sudah mengirimkan Pesan kepadanya, mereka berdua akan berangkat bersama ke kampus hari ini. Laras yang akan menjemput Nida menggunakan motor bebek kesayangannya Laras.
Nida mulai membuka Buku penilaian anak dan menulisnya untuk hari ini. Tiba-tiba ponselnya berdering, Nida segera meraih ponselnya yang ada di meja lalu mendekatkan ke telinganya.

"Hallo Assalamualaikum Laras," ucap Nida .

Walaikumsalam Nida, aku siap-siap mau ke tempat kamu.

"Oh iya, Ini aku juga lagi mau siap-siap," ujar Nida lagi diikuti dengan menutup buku penilaian yang sedari tadi di atas meja.

Oh oke, aku kesana sekarang.

"Iya. Hati-hati yah Ras,"

Iya, Assalamualaikum.

"Walaikumsalam."

Nida menaruh ponselnya di dalam tas, kemudian membereskan meja Guru di depannya itu.
Setelah semua selesai, Nida memakai tasnya dan berjalan keluar menuju ke kantor, hendak berpamitan pada Mbak Rini.

Guna sudah sampai lima belas menit yang lalu, dan masih menunggu keponakan tersayangnya itu bermain Lucuran di depan sekolah.
Lelaki itu menunggu sambil berharap bisa bertemu dengan Nida, setidaknya ia biarkan saja keponakannya bermain sepuasnya di tempat Lucuran bersama teman-temannya.
Sesekali mata Guna melihat ke kiri dan kanan, memastikan mungkin saja wanita itu akan keluar atau lewat di depannya. Namun, sedari tadi semenjak dia tiba di sekolah Alin, Ia tak melihat wajah wanita pujaannya itu.

Sementara wanita itu, sudah keluar dari kantor menuju ke depan sekolah, menunggu Laras akan menjemputnya.
Ia sudah mengirim pesan alamat sekolahnya pada Laras, Nida yakin Laras pasti tahu Alamat yang ia kirim, karena Laras sudah Lama tinggal di Kota Jakarta.

"Paman, Kita pulang yuuk." teriak Alin dari arah tenpat Lucuran, ia berlari menuju pamannya.

"Udah Puas mainnya?" tanya Guna.

"Alin udah capek Paman, Kita pulang yah. Nanti singgah di supermarket beli ice cream yah paman yah?" rengek manja Alin . "Ibu Guru..." teriak Alin sekali lagi ketika melihat Nida muncul dari pintu.
Nida langsung menyapanya dengan senyuman.
Lelaki di depan Alin, sudah bersiap-siap memasang senyum pamungkasnya.
Nida dengan santai melangkah ke arah Alin dan Guna.

"Eh Alin, belum dijemput juga?" tanya Nida tidak menyadari ada Guna di sampingnya.

"Udah Bu Guru, nih Alin sama Paman," tunjuk Alin ke pamannya itu, Nida yang berbalik ke arah Guna menjadi kaget, Tetapi dengan cepat ia mengatur nafas dan juga hatinya. Sementara Guna sudah sedari tadi memberikan senyuman kepadanya.

"Eh Paman Alin, maaf saya tidak lihat," kata Nida, berusaha menenangkan jantungnya yang berdegup kencang  naik turun.

"Iya gak apa-apa. Kamu mau ke kampus hari ini?" tanya Guna, posisinya tepat menghadap Nida. Sehingga Nida hampir saja salah tingkah.

"Iya." jawab Nida pendek, berusaha menjawab seadanya saja.

"Barengan aja kalau mau?"

"Oh Saya sudah ada yang jemput Mas Guna."

Jawab Nida lagi, sambil menunduk berusaha menghindari pandangan mata Lelaki di depannya ini, yang sejak tadi tidak mau melepaskan matanya dari wajah Nida.
Nida hanya tidak mau nantinya ia akan terbayang-bayang wajah Lelaki ini, Lelaki yang katanya punya sejuta pesona ini.
Lelaki yang tidak pernah Nida bayangkan bisa berbicara sedekat ini dengannya. Sekarang, semua seperti mimpi, Lelaki yang bernama Gunawan itu muncul dan menyapanya hampir setiap hari. Bahkan mereka berdua akan semakin dekat nantinya.
Sedikit kecewa, karena mendengar Wanita di depannya ini menolak tawarannya, bukan karena menolak naik mobil bersama, melainkan kata-kata Nida baru saja yang membuat hatinya bertanya-tanya, Siapa yang menjemputnya? Rasa penasaran mulai menghinggapinya.

Cahaya Cinta Di langit JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang