[1] afterglow ✓

12. more and more

Entah butuh berapa kali untuk Jaemin menggeleng agar gadis dihadapannya ini percaya padanya. Segera menghilangkan rasa khawatirnya karena Jaemin merasa dia terlalu sering merepotkan Aster.

"Jae, kamu yakin gak ngomong aneh-aneh?"

Ini sudah kesekian kalinya kepala Jaemin menggeleng, tapi Aster tak kunjung selesai melontarkan pertanyaan yang sama.

"Bukan kamu pelakunya 'kan?"

Jaemin menggeleng. Lagi.

"Detektif itu bilang kalo jam tangan itu gak ada bekas sidik jarimu maupun Haechan," gadis itu menggaruk kepalanya risau, "tapi beneran deh kok bisa yang ada cuma jejak Jeno?"

"Bener 'kan itu jam kalian kembar bertiga dari Jeno?"

"Iya," balas Jaemin akhirnya, "tapi punyaku sudah lama hilang, Jung."

"Punya Haechan?"

Pemuda Na mengendikkan bahu, "mana aku tahu."

"Shit, aku ga bakal maafin orang yang sudah bunuh Eunbin."

Beberapa saat kemudian, seseorang tiba-tiba datang dan menarik kerah Jaemin.

"Lo apa-apaan hah?!"

Aster diam tidak bereaksi. Entah karena dirinya sudah jenuh masuk ke permasalahan ini atau sengaja membiarkan kedua mantan teman tersebut menyelesaikan masalah mereka.

"Lo sengaja nyeret gua pake nuduh-nuduh kalo jam itu punya gua?!" Bentak Haechan tajam. "Sengaja nuduh gua pelakunya biar lo bisa bebas?!"

"Gak gitu Haechanㅡukh," pemuda itu meringis kala Haechan mengeratkan tarikannya, "wajar mereka curiga sama kita karena jam itu cuma kita bertiga yang punya!"

"Lo 'kan tau sendiri jam gua ilang bangsat!"

"Gua tau punya lo maupun punya gua sama-sama hilang!" Teriak Jaemin, "jadi lo gak berhak ngancem gua kayak gini!"

"Gua berhak! Karena sampai kapanpun gua gabisa maafin lo yang sudah matiin Jeno!"

Aster yang sudah muak hendak menghentikan semuanya mendadak terdiam. Dia terlambat satu langkah.

Karena Jaemin menendang keras tulang kering Haechan.

Mengakibatkan pemuda Lee terhuyung mundur sebab kesakitan dan melepas cengkramannya di kerah baju Jaemin.

"Ayo pergi, Jung."