Don't forget to check epilogue after thizzz!!!!
Napas gadis itu terengah.
Ini sudah langkah kakinya yang kesekian namun Aster tak kunjung menemukan posisi mereka yang hendak dia temui. Jangankan telepon, chat pun tidak ada yang membalas.
Membuat amarah gadis itu dengan mudahnya naik hingga ingin membanting apa saja yang dia lihat.
"Pada ke mana sih?!"
Sudah Aster bilang kan? Dia muak dengan semua rentetan kasus yang menyeret nama Jaemin namun berakhir pada Haechan
"Jaemin!"
Kepalanya sengaja dihadapkan kepada tikungan kecil di dalam gang. Tidak menemukan, Aster terus melanjutkan aksi mengeceknya pada setiap tikungan yang dia temui.
"Jaemin!"
Secara brutal tangan kecilnya melesak ke dalam saku rok, merogoh handphone, dan menyalakannya dengan napas memburu.
Nihil.
Keduanya tetap tidak ada tanda-tanda.
"Aku gak mungkin salah gang 'kan?" Monolognya sembari mengingat, "gang sempit deket sekolah cuma ada satu kok!"
Aster terdiam.
Apa lebih baik dia kembali sekarang?
"Keparat sial!"
Postur gadis itu mendadak berubah tegak mendengar suara penuh umpatan kebencian itu tidak jauh dari tanah pijakannya saat ini.
"Menjauh!"
"Bedebah gila aku bilang menjauh!"
Semakin didengar badan Aster semakin merinding. Kakinya melemas, pikirannya linglung antara harus mendatangi sumber suara atau tidak
"Menjauhㅡargh!!"
Tidak terdengar lanjutan lagi, refleks gadis Jung berlari mengikuti firasatnya.
Kembali mengecek setiap tikungan karena tidak dapat dipungkiri, dia seperti kenal suara itu.
Seraya diiringi teriakan memanggil nama Jaemin, dia percepat tempo langkahnya. Melupa jika seragamnya sudah habis oleh peluh.
Begitu menemukan asalnya, lidah Aster justru menjadi kelu. Matanya membulat sempurna. Seluruh isi kepalanya seakan saling bertabrakan menimbulkan sensasi dan getaran membucah pada jantungnya.
"Jaeㅡmin? A-apa yang?"
Badan gadis itu kembali tremor, bergetar, tidak bisa bergerak sesuai kehendaknya.
Jika bisa dia ingin kembali ke beberapa saat yang lalu, berharap tidak perlu melihat kejadian di luar nalarnya.
Terlalu menyesakkan.
"Jaemin! Kenapa..." air mata mulai berkumpul di penghujung netranya, "kenapa kamu nusuk Haechan hah?!"
Begitu Aster melempar pandangan kepada Haechan, pemuda itu tersenyum lemah.
Tangannya memegang pisau yang menusuk dalam perutnya, membiarkan warna merah kuat mengotorinya.
"See? A-aku gak salah apa-apa 'kan Jung Aster?" Lirih Haechan kemudian terbatuk membuat cairan merah miliknya semakin deras keluar baik melalui perut atau rongga mulutnya.
"H-Haechan! Aku panggilinㅡkamu tahan ya?" Aster berhasil menangis, tangannya gemetaran menggenggam handphone hendak mencari bantuan.
Namun, pada detik itu juga Jaemin menggagalkan aksinya dengan melayangkan tendangan kuat ke lengan gadis Jung.
Menyebabkan benda pipih tersebut terlempar jauh.
"Jaemin!!" Tatapan Aster berubah bengis, "kamu gila?! Kamu bunuh Haechan sekarangㅡ"
"Bukan aku," titahnya.
"Terus siapa?! Udah jelas aku liat pakai mataku sendiri kamu nusuk perut Haechan!" Bentak Aster kuat seraya menggenggam tangan Haechan. "Haechan, Haechan please tahan dulu!"
Bukannya menjawab pemuda Lee malah menggeleng kemudian menutup matanya perlahan.
"Haechan!" Tangisan Aster semakin tak terkendali, begitupun dengan emosinya, "Jaemin! Aku nyesel sudah bantu kamu selama ini!"
"Bukan aku, kubilang!"
"Kenapa kamu lakuin itu?!"
"Bukan aku Jung Aster!"
Aster mendorong bahu Jaemin keras, "terus kenapa!"
Jaemin terdiam beberapa saat kemudian menciptakan senyum yang tidak pernah dia perlihatkan sebelumnya.
"Karena Haechan menyakiti Jaeminku."
"Ja-Jaeminku?"
Pemuda itu terkekeh seraya menyisir poni ke belakang, "halo Jung Aster, ini akuㅡJeno Lee,
tapi di dalam tubuh Na Jaemin."
end.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] afterglow ✓
Fiksi Penggemarnyatanya, menjadi cahaya setelah senja tidak semenyenangkan itu. ft. jaemin. est. 2018 ⚠️ murder, bullying, harsh words, unrevised cover by asa & lili! @ekuator ; @dazage ♡!