"Kamu sudah nggak pernah menulis lagi, ya?"
"Kenapa memangnya?"
"Saya sudah nggak pernah menerima puisi-puisimu lagi. Walaupun saya nggak jatuh hati padamu, jujur saya jatuh hati pada puisi-puisimu."
"Begini." Yang perempuan menegakkan duduknya. "Setiap menulis, kutitipkan satu hela napasku per satu baris puisi. Kamu tahu kenapa para penyair pergi menghadap Tuhan dan meninggalkan tulisannya? Kupikir setiap hela napasnya habis dimakan aksara."
"Kamu belum mati," katanya. "Tapi kenapa sudah nggak ada lagi puisi-puisi yang kamu kirimkan untuk saya?"
Perempuan itu tersenyum. "Sudah. Perasaanku padamu, ia mati. Kamu yang membunuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari Hati [Quotes]
Poetry'Bahkan jika kehilangan merenggut seluruh yang telah kuperjuangkan, cinta ini tidak akan menyesal telah memilihmu.'