Flash On (2)

653 70 11
                                    

Ali merasa ada sesuatu yang terjadi. Buruk. Dari tadi firasatnya selalu mengatakan Prilly tidak baik-baik saja. Digo dan Dava tak kunjung memberi kabar ke Ali. Ali semakin yakin, kalau mereka pasti kenapa-napa.

Ali mencoba menelfon Prilly,
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Sekali..
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Dua kali..
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Tiga kali..
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Empat kali..
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Bahkan sampai yang ke 10, hanya ada nada tersambung yang terdengar. Tidak menunjukkan bahwa si penerima akan menjawabnya.

Ali bergegas masuk ke rumahnya untuk membersihkan diri lalu menyusul Digo dan Dava untuk mencari Prilly.

***

Digo sedari tadi hanya mondar mandir di depan kamar Satya. Menunggu dokter keluar. Namun sudah 20 menit, dokter yang sedang memeriksa Prilly tidak kunjung keluar.

Angin malam kembali berhembus, melewati bulu-bulu kuduk. Membuat Digo, Dava dan Satya merinding. Suasana rumah semakin mencekam saat ada seseorang yang mengetuk pintu rumah.

Digo, Dava bahkan Satya masih diam ditempat. Tidak ada tanda tanda mereka akan berpindah posisi.

Satya mendengus, "Digo, bukain pintu gih, ada tamu tuh," Digo, menaikan alisnya. Kenapa harus dirinya? Bukankah pemilik rumah ini yang harusnya membuka kan pintu?

Dava hanya diam menyaksikan kedua sahabatnya ini, "Seharusnya lo yang bukain pintu lah, kan lu yang punya rumah ini, kenapa gue?!"

Satya berusaha mencerna setiap perkataan yang dikeluarkan oleh Digo. Benar juga, seharusnya dirinya yang membukakan pintu. Tapi kenapa ada firasat buruk yang akan terjadi nantinya.

Ketukan pintu itu semakin jelas, yang membuat si tamu sedikit kesal. Dia mulai berteriak memanggil nama si pemilik rumah. Ya, ternyata si tamu adalah Ali.

"SATYA! BUKA PINTUNYA! MANA PRILLY?!"

Jam memperlihatkan pukul 11 malam. Satya berusaha untuk tenang. Semoga rencananya lancar. Dan dirinya harus bisa membuat sahabat nya ini tenang. Sepertinya rencana yang dibuatnya lumayan keterlaluan. Tapi yasudahlah.

Dava menahan tahan Satya yang ingin membukakan pintu untuk Ali, "Sat, gue aja yang buka pintu. Biar lo sama Digo yang nunggu disini. Kalau lo yang kesana, gue yakin lo habis sama Ali"

Tanpa menunggu jawaban, Dava langsung turun menuruni tangga rumah Satya. Satya hanya mengangguk pertanda ia setuju dengan permintaan Dava. Digo kembali fokus menunggu.

"BUKA WOY! ADA TAMU BUKANNYA DIBUKAIN MALAH DIKACANGIN! SAKIT WOY! KEDINGINAN NIH GUE! JAHAT AMAT ELAH, BUKA.."

Belum selesai Ali mencaci maki si pemilik rumah, pintu rumah sudah terbuka terlebih dahulu. Dan membuat tangan Ali memukul lumayan kencang pipi Dava. Dava memukul balik pipi Ali.

"Etdah! Dateng dateng bukannya Assalamualaikum malah teriak2 lo! Sabar kali," Dava bersidekap dada. Ternyata benar, semakin malam otak manusia semakin miring.

"Iya iya maaf! Mana Prilly? Mana Satya?! Katanya lo mau nyari mereka, ko malah disini?! Terus.." Dengan cepat Dava menutup mulut bawel Ali, dirinya saja tidak paham dengan apa yang terjadi.

Inginku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang