Lewati aku.

608 35 1
                                    

"Hei Prilly, wanita yang sangat aku cintai dan aku banggakan! Haha! Maukah kau menikah denganku, sekarang juga? Mumpung si bangsat Ali belum kesini, dan kalau memang dia kesini, dia harus sudah melihat kita sebagai suami istri sayang" Maxime mengeluarkan kata-kata yang menjijikan, membuat Prilly merinding dibuatnya. Prilly selalu berdoa, agar Ali datang tepat waktu.

"Hei! Kenapa diam? Jangan takut, jika kamu menurut, aku tidak akan menyakitimu. Namun kalau kamu bilang tidak? Aku tidak akan segan menyakitimu sampai kamu bilang 'iya'. Ingat, aku akan terus berusaha sampai tujuan aku sukses Pril!" Maxime tertawa melihat Prilly menderita. Dengan wajah kotornya itu, Maxime mengeluarkan kata-kata yang berhasil membuat Prilly ketakutan setengah mati. Diam salah. Jawab pun salah. Apa yang harus dilakukannya?

Prilly terus membaca ayat kursi dan Al-Fatihah. Semoga saja ada seseorang yang berhasil menemukannya disini dan sekedar membawanya keluar dari bangunan terkutuk ini. Yang pernah membuat Ali tersiksa juga. Sekarang, giliran dirinya..

Melihat Prilly yang menunduk, Maxime mendekati Prilly dan mengangkat dagunya. Sekedar melihat wajahnya yang sudah pucat. Tersirat kekecewaan besar di dalamnya. Maxime tidak peduli. Yang ia inginkan hanyalah, Prilly menjadi miliknya seutuhnya!

Prilly memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri. Prilly tak ingin menatap wajah sok ganteng itu. Lebih baik ia mati dibandingkan bersamanya dan membuang-buang waktunya untuk menghabiskan sisa hidupnya bersama sialan itu.

Maxime mengatup kedua pipi Prilly. Menekannya dengan kedua tangannya. Dan mencegah Prilly untuk memalingkan wajahnya. Jarak diantara keduanya hampir lenyap. Prilly menangis.

"Jangan sentuh gue Max! Jangan!"

Maxime semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Prilly. Maxime merasakan deru nafas Prilly yang memburu. Detak jantung Prilly tak beraturan. Maxime merasakannya.

Maxime tertawa, "Haha, sayang kamu gausah takut. Aku engga akan sentuh kamu. Kalau kamu udah SAH denganku, baru aku berani menyentuhmu. Jangan takut"

Namun, itu hanya omong kosong. Maxime melahap bibir Prilly. Dengan ganas dan penuh kekasaran. Prilly berusaha melepaskannya. Namun apa daya, tangan dan kakinya terikat. Ia tetap berdoa dan menutup mulutnya. Berusaha meyakinkan, bahwa iblis di depannya akan menghilang. Ia hilang, sebentar lagi.

BRAK!

Suara benturan keras terdengar di bawah. Pintu depan terbuka dengan paksaan sang tamu. Membuat Maxime melepaskan ciumannya. Dan menampar Prilly, hingga memperlihatkan bekas tangannya di pipi chubby Prilly.

"Sampai kapanpun, aku engga akan melepaskanmu! Ingat itu!"

"Dan gue? Tidak akan pernah menerimamu! Bahkan gue tak sudi mengganggap lu teman gue lagi! Dasar manusia tak tau etika! Bego dipelihara!" Prilly tertawa miris, tanpa dugaannya, Maxime menamparnya kembali.

Prilly menunduk lalu menangis. Tidak tau kondisinya sekarang bagaimana. Bajunya sudah robek, dan wajahnya sudah entah gimana. Yang pasti kacau.

Dengan amarahnya yang memuncak, karena Prilly menolak mentah-mentah lamarannya, Maxime menghampiri si tamu yang datang dengan mendobrak pintu itu. Tidak sopan! Seperti polisi yang ingin mencyduki dua orang di hotel.

Ali dengan cepat memukul Maxime, dan membuat Maxime terjatuh di hadapannya!

Lemah juga nih anak, letoy, ga guna, mana bisa Prilly percaya sama cowo ga berguna gini - batin Ali. Ali tertawa miris. Melihat kejadian beberapa waktu lalu, melihat Prilly yang tertawa lepas karena manusia tak berguna di hadapannya ini. Mengapa Prilly gampang luluh dengan lelaki bodoh ini?

"Ali awas!" Ali memutarkan badannya melihat seseorang yang dimaksud Dava. Ali terlambat, orang itu berhasil memukul punggungnya dengan sangat kencang.

Inginku MemilikimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang