(14). Vladimir : s-i-a-l-a-n

180 38 3
                                    

"AKU TAK INGIN MENGECEWAKAN KETUA DAN LUKAS!"

Ah, sial, aku berteriak lagi. Wajah Nikola sangat-sangat marah. Tak kusangka sebelumnya aku meremas bahu Nikola. Dengan menyesal, aku turunkan tangan.

Pokoknya, aku tak jadi membantu Nikola! Akan ada dua pihak yang bermasalah jika rencana buat [Name] benci ekskul terselenggara. Aku sengaja beralih memandang ke arah lain.

Ce-cepat pergilah, kalian berdua. Aku tak mau Ketua Arthur kecewa, aku juga tak mau kau terus menganggap adikmu masih bocah.

"Ya sudah ... aku paham, Vladimir. Ayo, [Name], kita pulang."

"Ta-tapi, Kak ...."

Akhirnya, kakak-adik itu pergi juga. Fuh, demi scone gosongnya Arthur, hatiku berdegup kencang. Tadi kayak menghadapi sosok horor dalam film hantu. 

Aku bersyukur dan kembali mengatur pernapasan. Lega sedikit, tapi pasti besok Nikola tak mau mengobrol denganku.

Ahh ... apa aku menyesal?

Terserah! Sekarang pulang dan mari siapkan sesuatu untuk menghibur diri. Dengan berat langkah, aku pun pulang ke rumah.

°°°

"Namaku [Name], sekali lagi, salam kenal!" Gadis manis di depanku ini membentangkan senyum ceria, ia bahkan repot-repot menyodorkan sebotol air minuman.

"Ah, iya ... namaku Vladimir ...." TUNGGU SEBENTAR ITU ADIKNYA NIKOLA. "A-apa maksudnya semua ini?!" Aku menjerit saat sadar akan situasi.

Adik sobatku yang juga adik kelasku itu tampak kebingungan. "Eh ... kata kakak kemarin, hari ini jadwal ekskul magical."

Dia benar, hari ini, hari Kamis ialah perkumpulan ekskul magical. Tapi, maksudku, aku tak menerima [Name] jadi anggota, kan, kemarin? Kok, tiba-tiba dia hari ini ....

"Aku titip adikku, ya, Vladimir." Nikola menepuk bahuku.

"Ka—" Belum selesai protes ini, [Name] langsung menimpali. "Aku akan jadi anak baik, Kak."

"Tentu! Kau baik dan juga menggemaskan." Nikola berpaling dariku menuju adiknya.

"Oi, Nikola!" Aku pun mengganggu mereka.

"Oh? Ada apa, Vladimir?" Dia akhirnya menengok, wajahnya sungguh tak seram seperti kemarin. Omong-omong, ini sudah jam pulang sekolah, selama tadi di kelas aku menghindari Nikola. Err, kalau tak salah, dia di kelas terus memanggilku, tapi aku pindah ke tempat duduk cewek, ya?

"Ah, iya! Adikku jangan pulang lebih dari jam lima sore, ya. Kalau misalkan acara Magical-nya memang sampai jam segitu atau lebih, tolong telepon aku, biar aku datang menjemput." Nikola kembali berkata, tepat menatap ke arahku. Wajahnya gembira sambil mengelus kepala [Name].

Oi, Nikola, perkataanmu tadi seperti seorang ayah!

"Tenang, Kak, aku tak takut pulang sendiri." [Name] kembali berbicara pada kakaknya.

"Benarkah? Itu hebat! Tapi, akan lebih hebat kalau aku jemput, oke?"

"Siap, Kak!"

Lihatlah itu! [Name] senang karena kakaknya perhatian, tapi Nikola masih menggambarkan sosok [Name] kecil di benaknya.

[Name] itu remaja ... sudah besar ... haduh.

"Kalau begitu, aku pulang duluan, ya. Selamat bersenang-senang kalian berdua!" Aku biarkan Nikola pergi.

Dia kalau sudah keras kepala, susah.

"Kak Vladimir, ayo!" [Name] menarikku dari lamunan.

"O-oh, baiklah." Jadi, bagaimana pun situasinya. Rencana Nikola masuk ke tahap awal.

Sialan! Kenapa aku tak bisa menolak permintaan Nikola, sih?!

...

B e r s a m b u n g...

Problem : Brother and His FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang