(6). Vladimir : ketika sohib curhat

250 50 1
                                    

Aku menatap bingung sambil tertawa kaku ke arah tempat Nikola berada.

Temanku yang selalu rapi dengan jas almamater sekolah, mulai tiduran sambil memeluk lutut kemudian menggelinding di sekitaran kamarku.

Yap, dia kemari beberapa menit yang lalu dengan wajah suntuk sambil membawa tas yang isinya lumayan berat-kurasa dia hendak menginap?

"Oi, Nikola. Jika hanya menggelinding seperti itu, aku tak paham. Kenapa tak coba duduk? Lalu, meminum teh yang aku dapatkan kemarin dari Ketua Arthur sambil bercerita?" Tak ada yang menggelikan dari melihat sahabatmu sendiri yang tiba-tiba menggeliat seperti cacing tanah.

Di rumahmu.

Di lantai.

Err, dia terus galau dan rebahan dengan wajah sedih.

"Cepat duduk atau kuusir kau!" Aku mengangkat pena yang tadinya tengah aku pakai untuk menuliskan mantra-mantra elemen air.

"Ahh ... maaf, kawan." Akhirnya Nikola duduk juga.

"Jadi, ada apa?" Aku menyimpan pena sambil melipat tangan. "Kenapa kau datang ke rumahku dengan tas berat? Akhirnya kau diusir?"

"Mengerikan sekali, apa maksudmu dengan akhirnya?" Nikola mendengus sambil menggaruk kepala.

"Lalu, apa? Kalau kau tak bercerita, selamanya aku akan berprasangka."

"Ini soal ... soal adikku! Hua!" Nikola mulai menangis sambil memeluk lutut.

Daripada kusebut tangisan, dia hanya menutup muka sambil suaranya dibuat seperti berderai.

Ya ampun, anak ini.

"Kenapa adikmu?"

"Dia mau masuk ekskul CBL!" Nikola menjerit sambil memperlihatkan wajah.

Aku tersentak kaget atas wajahnya yang panik.

"Wah, ekskulnya Sadiq dan Yao?! WAH! Aku pernah daftar, tapi karena memecahkan vas bunga, aku di blacklist!" Ada apa aku ini? Waktu kejadian sih aku kesal luar biasa, tapi ketika mengingat hal itu membuatku gembira dan tertawa.

"Parah kan?! Ada si France! Tak kan kubiarkan dia menyentuh [Name] lagi!" Nikola meraih kedua pundakku dan mencengkramnya kuat.

"Jadi berita tentang France patah tulang tangan itu ulahmu?!" Ahh, Nikola mengerikan! Nikola sadarlah!

Nikola segera melepaskan kedua tangannya pada pundakku. Ia kembali mendesah lelah sambil menunduk dengan tak ada lagi sisa kekuatan.

"Nah, sohib. Kau bisa beri aku saran?" Dia bertanya sambil tak berkontak mata denganku.

"Hm? Sebelum itu, sohib. Bisakah kau jelaskan dengan tasmu?"

"Itu ya, sohib. Sudah jelas karena aku ingin menginap di rumahmu."

"Walah, sohib. Kenapa tiba-tiba begini? Kemarin kau sangat senang dengan keadaan rumah. Apa kau sudah bilang pada ibumu? Ayahmu? Apalagi adikmu?"

"Sohiiiib! Kau harus tahu apa yang terjadi setelah aku dan [Name] pulang dari CBL!" Dia meraung sambil menengadah.

"Ada apa? Ada apa? Cerita, cerita!"

Aku mulai penasaran!

[]

B e r s a m b u n g...

A/b:

Nggak enak ya bersambungnya di sini 😂 tapi chapter selanjutnya masih sambungan, tapi aku butuh sudut pandangnya Nikola hehehe.

Problem : Brother and His FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang