(18). Vladimir : percakapan di ruang remang-remang

122 28 0
                                    

Aku dan sohibku-Nikola-menikmati hari-hari di sekolah seperti biasanya. Dia tampak lega dan tambah bahagia melihat rencananya berjalan ke arah yang dia inginkan. Tanpa tahu menahu soal hari kamis kemarin, Nikola mengajakku pergi ke perpus.

Hari Kamis kemarin tidak langsung tuntas dengan perginya [Name], aku berhadapan dengan dua orang yang aku hormati; Lukas dan Arthur.

Sembari menemani kawanku ini yang mendadak rajin belajar saat jam istirahat, aku pun mengulang memori kemarin.

Di ruang ekskul Magical yang remang-remang itu, setelah kepergian [Name], Arthur dan Lucas masuk.

"Coba tebak agenda hari ini apa, vampire?" Arthur menyapaku dengan pertanyaan. Dia menahan senyuman senang, kini hampir terlihat seperti seringaian.

"Apa itu?" Aku mencoba menyembunyikan kegugupan.

"Mencari peri!" Arthur melangsungkan kebahagiaannya tanpa ditutup-tutupi.

"Sebenarnya aku kalah taruhan, jadi tema kali ini bukan tentang gerbang menuju alam gaib." Lukas secara gamblang memberitahukan proses pengambilan tema kali ini.

Aku hanya tertawa saat Arthur mengetuk kepala Lukas.

"Kau sendiri saja yang kalah main kartu!" Arthur membela diri.

"Iya, ya, aku kalah." Mengelus tempat mendaratnya pukulan, Lukas mencoba menghindari peperangan.

"Nah, karena sudah diputuskan. Kita akan mencari peri di tempat biasa!" Tempat biasa yang Arthur maksud ialah belakang sekolah. Yang asri, damai, tenteram, dan tak banyak murid yang berlalu-lalang. "Lets go!" Menggiring telunjuk ke arah pintu, Arthur sudah siap setelah menaruh tas.

"Eh, tunggu!" Suaraku setengah ada setengah meredup. Aku kian gugup saat Arthur dan Lukas berbalik. Mereka tidak mengeluarkan suara sedikit pun. Memberikan ekspresi ada apa? ke arahku.

"Se-sebenarnya ... itu ... adiknya Niko ... la ...." Walau berat, walau sulit, walau pun sakit! Akan aku katakan yang sebenarnya. Aku boleh menutup-nutupi rencana Nikola dari [Name], tapi jangan dari dua orang temanku ini!

"Ah, yang daftar jadi anggota baru itu?" Arthur menjentikkan jari. Aku melongo.

"Adiknya Nikola. Aku belum tahu namanya." Lukas mengangguk.

"Aku juga belum tahu. Dia ingin meminjam buku dongeng. Tapi, sampai sekarang dia belum datang untuk mengambilnya."

Aku mematung menatap dua temanku yang membincangkan [Name] seolah dia orang yang wajar masuk ke Magical.

"Eh, tunggu, dari mana kalian tahu?" Aku punya firasat buruk. Dengan panik bertanya.

Arthur dan Lukas saling menukar pandangan. Beberapa detik, kembali lagi menatapku.

"Nikola sendiri yang bilang," ucap Arthur. Lukas di sampingnya mengangguk. "Katanya, tolong dijaga dengan baik." Arthur tertawa.

Aku membatu di tempat.

"Tapi ... dia belum menyerahkan formulir." Lukas berkata. Aku masih membatu di tempat.

"Kata Nikola, sudah dititipkan pada Vladimir. Hei, vampire, kenapa kau menyembunyikan kertas tanda pendaftaran itu? Apa jangan-jangan adiknya Nikola gadis cantik dan kau berusaha menyimpannya sendiri?" Arthur tertawa sembari menunjuk ke arahku. Dia memang selalu seperti itu jika sudah bercanda.

"Semoga dia betah di sini."

"Apa maksudmu semoga? Tentu dia akan betah! Aku jamin. Oh, sebaiknya dia jadi apa?"

"Apa?"

"Aku penyihir, kau pemanggil portal, si Vladimir vampire. Anggota baru kita akan memiliki peran apa?"

"Kau benar. Apa ya sebaiknya?"

"Nanti kita tentukan setelah melihat bakat magic si adik Nikola itu."

Tak bisa aku pecah keseriusan obrolan yang bercampur nada senang itu. Mereka berdiskusi berdua, sesekali mengajakku pula untuk berpikir. Tapi, aku masih diam membatu di tempat.

Jadi ...

Nikola ....

KAU!

"Ada apa, sohib?" Nikola menyadari tatapan tajamku.

"Tidak ada." Aku segera memalingkan muka.

Jika sudah begini ... apa yang harus aku lakukan? Berbohong sampai rencana Nikola sukses?

Sialan, Nikola memanfaatkanku sampai ke dasar!

...

B e r s a m b u n g ....

Problem : Brother and His FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang