(12). Vladimir : kaku, canggung, takut, dan semuanya!

179 38 1
                                    

Selama pergantian pelajaran di mulai, aku tak berani menatap, menengok, mencolek, apalagi menganggu si Nikola! Dia menyeramkan karena sudah merobek suratku yang kuyakini isinya tadi akan menenangkan jiwanya yang terdalam—namun malah memperburuk mood nya. Kuakui aku memang tak mengerti hubungan antara kakak-adik, aku putra sulung yang sengaja ditinggal di rumah seorang diri dengan embel-embel upaya mandiri.

Bodo amat, sih. Aku hanya ingin membantu kawanku! Tapi, kawanku malah benci aku bantu (ಥ ͜ʖಥ)

Apapun itu, aku harus fokus pada pembelajaran, adakalanya kawan mendiamkan kawannya yang tengah terguncang perasaan. Baiklah, Nikola, nikmati waktu renunganmu, jika butuh aku tinggal datang saja. Aku pun memutar pulpen di tangan, membuka buku paket, dan mulai serius pada penjelasan yang tengah dilaksanakan pengajar di depan papan tulis.

Waktu sungguh tak terasa dan kini bel istirahat dibunyikan ... suara bel istirahat dan bel pergantian pelajaran berbeda, makanya sekarang anak kelas seperti narapidana yang ke luar dari kandangnya atau segerombolan kuda yang lepas dari jeruji besi.

Eh, salah salah.

Aku sigap berdiri saat bangku Nikola berdecit. Aku melirik, Nikola tersenyum kaku padaku.

"Ma-maaf soal tadi, kawan. Ayo kita berburu roti isi yang panjangnya sampai selengan itu." Nikola mengangkat tangannya.

Aku tentu tersenyum lebar! "Ayo kita berdesakan di kantin!"

"Ayo!" Nikola berdiri.

Kami berdua keluar dalam keadaan saling merangkul dan tertawa.

Aku tahu, Nikola. Kau ingin melupakan dirimu yang merasa gagal, 'kan? Aku akan ikut bodoh sepertimu!
Namun, tepat saat kita keluar, [Name] menghadang sambil menyodorkan minuman botol ke arah kami. Aku mengerjapkan mataku berkali-kali saat [Name] berkata, "A-aku akan terima syaratmu, Kak!"

HEEEE?!

Nikola tergagap menerima botol itu.

Aku masih terkejut, tertegun, merasa aneh?

"Benarkah, [Name]? Benarkah? Ke-kenapa tiba-tiba berubah pikiran?"

"Ka-karena ... karena kakak mungkin benar." [Name] bertingkah malu-malu. Nikola segera mendekat pada sang adik, mencubit pipinya kemudian selebihnya mereka pergi ke kantin tanpa mengajakku yang memilih bengong ketimbang mengejar mereka apalagi harus berteriak pada [Name], apa kau gilak?
"Aku tahu ini ... [Name] merasa kasihan pada kakaknya, lalu ... dengan enggan namun karena sayang pada kakaknya ... dia jadi ... jadi ...

... JADI AKU HARUS MENGORBANKAN EKSKUL MAGICAL BEGITU?! KAMVREEET!"

Sekarang, giliran mood ku yang hancur.

...

B e r s a m b u n g ....

A/n:

Kalian baik ih, sama Nikola-niichan (つω'*)

Problem : Brother and His FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang