(20). Vladimir : mengantar gadis kecil dari pedesaan asri

146 34 1
                                    

Hari Jum'at, ketika Nikola menjalankan remedial, aku berjalan di depan menjadi pemimpin seorang gadis yang berwajah enggan. Kau tahu, sepertinya ada orang yang bilang tentang tatapan bisa membunuh? Sekarang aku merasakannya. Karena peristiwa di ruang ekskul remang-remang, dan [Name] di belakangku ini yang begitu mencintai CBL; membuat kami berdua seperti musuh yang sudah saling membenci selama satu dekade hidup.

Huft.

Sebelumnya, Arthur mengirim pesan, bahwa dia dan Lukas sudah berada di ruang ekskul.

Uhh degdegan sekali, ya ampun! Kebohongan yang tidak ingin aku tutupi pada kedua anggota lainnya, malah benar-benar jadi kebohongan tanpa celah.

"Kita sudah sampai." Aku berbicara pada gerangan di balik punggung di depan ekskul yang tertutup.

Aku tak mendengar jawaban, dan tak mau pula melihat ekspresi [Name].

Aku takut sakit hati lagi (╥ω╥')

Knock knock.

"Vampire datang, membawa anggota baru dari dataran tinggi di ujung pedesaan asri." Ini prolog yang aku pilih. Terserah dia akan benci, anggap aku aneh, atau apapun! Gadis kecil, kita (Magical) agak sastra di sini. Berbau klasik menjelang Renaisans.

"Vladimir, ya? Masuklah!" sahutan cerah Arthur berada di balik pintu. Aku takut disakiti, dan sekarang malah menyakiti. (◞‸◟ㆀ)

Perlahan namun pasti, aku dorong pintu. Terkejut lah aku pada warna-warna cerah yang menyambut. Tirai yang selalu ditutup kini terbuka lebar. Bukan seberkas cahaya, ketiga jendela besar membiarkan cahaya luar masuk. Suasana kelam dan remang-remang hilang. Meski begitu, atmosfer Magical masih terasa. Aku mengangkat senyuman pada suasana baru ekskul Magical. Keren. Mereka seniat ini menyambut [Name]!

Arthur duduk di tengah ruangan di atas kursi di dalam lingkaran sihir. Cara ia duduk angkuh benar. Khas dirinya serta tak lupa buku sihir berada di pangkuan. Sedangkan Lukas berdiri di depan cermin membelakangi kami. Dia dengan wajah datar melirik.

Uh, aku yakin hanya aku seorang yang terpesona.

Aku menengok takut-takut.

Apa?

[Name] ... dia ... dia terpana!

Gadis itu menengok padaku membawa serta raut kekaguman. Aku refleks melebarkan senyuman. Kita saling menukar wajah kagum.

"Welcome, welcome!" Arthur berdiri. Dia membuka buku sihir hingga ke halaman tengah. "Oh? Jadi ada gadis desa yang ingin mengasah sihir? Hal menarik. Tapi tidak semudah itu." Arthur berjalan ke luar dari lingkaran. Tangannya melambai memberikan isyarat agar kami masuk lebih dalam.

Aku menepuk bahu [Name], [Name] masuk tanpa rasa enggan. Kututup pintu yang terbuka.

"Kita punya anggota baru? Maaf, aku tidak terima." Lukas kini benar-benar menatap cermin, melirik [Name] yang berupa pantulan.

"Jangan dengarkan dia." Arthur datang mendekat. [Name] kulihat dia terpana. Fufu, rasakan sihir sesungguhnya dari Arthur. Aku lupa Arthur itu tampan, memesona, jadi [Name] pun tersihir.

Arthur mengibaskan jubah dan meraih tongkat sihir di sisi saku. "Kami terlalu sibuk. Carilah bakat sihirmu di luar sana, dan kembali lagi tunjukan pada kami. Dengan begitu, kau akan diterima." Arthur menyodorkan tongkat sihir. [Name] menerimanya. Arthur menyodorkan pula buku sembari berbisik pada [Name]. Kulihat [Name] memerah senang tatkala selesai diberi bisikan.

Hei, hei tidak terdengar olehku! Apa-apaan itu?! Arthur, kau tidak sedang menggoda adiknya Nikola, kan?

"Baik, Senior!" [Name] memekik riang.

Problem : Brother and His FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang