8

2.7K 178 9
                                    


Dalam perjalanan diiringi dengan canda, tawa saling mencela satu sama lain, Satria yang memegang kemudi, Dion berada di kursi penumpang di samping Satria, sedangkan Calissa berada di jok belakang Mobil ferari dengan plat DB Z47 RIA berwarna merah matalik.

"Bang?". Melirik Satria yang sedang fokus mengemudi.

"Hm, kenapa sayang" balasnya

"Di kampus udah punya pacar nggak,?"

"Nggak" jawab Satria santai.

"Bohong," cibir Calissa, "Pasti abang sudah punya, minimal kandidat gitu,"

"Ndak ada sayang," tampa mengalihkan pandangan kedepan, "Abang ndak mikirin pacar belum kepikiran sih tepatnya." jujurnya

Dion yang sedari tadi memperhatikan keduanya, ada rasa geli di hati Dion dengan saudaranya itu, karena semua yang di akui Satria memang betul adanya.

Selama ini tak pernah sekalipun Satria membicarakan seorang perempuan tak terkecuali sang mama dan Calissa seolah olah cuma kedua perempuan tersebut yang Satria kenal.

"Honey, Satria jangan di tanya soal pacar, pasti jawabanyaa. Ndak ada!" kekeh Dion

Kemudian beralih menatap Satria yang tepat berada di sampingnya, di posisi mengemudi, menatap Satria dengan serius seolah olah apa yabg akan dia katakan adalah sebuah rahasia besar.

"Sat," menampilkan mimik wajah yang lebih serius, "Sudah lama sih gue mau nanyain ini,"

Satria yang melihat keseriusan di wajah Dion, di buat heran, ada hal penting apa yang akan Dion sampaikan, "Apa memang??," mengurangi kecepatan laju mobil yang di kendarai.

"Hmm, gini Sat"

"Apa sih Yon, jangan buat gue penasaran" kesalnya karena Dion tak kunjung memberinya jawaban.

"Gini....."

"Sekali lagi lo bertele tele, gue lempar lo"

"Tenang dulu Sat," perlahan menghirup nafas dalam, "Lo  normalkan?".

Satria yang mendengar ucapan Dion tersentak kaget langsung saja ia mengerem mendadak, syukur jalanan sedikit sepi.

Cit...........

"Anjirr lo Dion," menatap Dion kesal, "Lo pikir gue homo apa?!" geram Satria dengan wajah memerah menahan amarahnya kepada Dion.

Sedangkan Dion dan Calissa sudah terbahak bahak karena berhasil mengerjai Satria.

"Adu..duh...duh.." memegangi perutnya yang terasa sakit akibat kebanyak tertawa "Sat.. Sat... muka lo lucu abiss,"

"Iyaa muka abang merah," tunjuk Calissa.

"Sial lo pada," menatap Calissa yang masih cekikikan, "Ini juga ngerjain abang," sambil merubah posisinya agak menyamping untuk memukul kepala Calissa pelan, dan mengelitikinya.

"Aduhh....aduhh...udahh bang, ampun...ampun....", aduh Calissa karena sudah tidak mampu menahan geli.

Setelah tawa mereka reda Satria tiba tiba tegang memandang Dion dan Calissa dengan raut wajah yang sulit di baca, kedua matanya memancarkan sorot mata tajam, kedua tangannya terkepal kuat, hal tersebut membuat Dion dan Calissa khawatir

"Kenapa lo?" heran Dion disertai rasa khawatir.

"Abang kenapa?," ucap Calissa sambil mengoyang lengan Satria.

Seakan akan tersadar dari apa yang ia lakukan, pandangan tajam Satria berubah, Satria memandang Calissa dan tersenyum menenangkan.

"Ndak apa apa sayang, kita cuma kedatangan tamu," melirik kaca spion, dapat mereka lihat empat pengendara motor bergerak ke arah mereka, ke empat motor tersebut berhenti tepat di depan mobil Satria

My MemoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang