27

2.1K 133 16
                                    

Erangan pelan mengalihkan Elang dari ponsel yang sedang membalas chat dari para sahabatnya yang menanyakan bagaimana keadaanya.

Rendi menggeliat meregangkan ototnya yang terasa kaku karena kelamaan tertidur di liriknya jam tangan hitam milik nya, pukul dua siang, ternyata hampir empat jam dia tertidur.

"Sudah bangung bang," ucap Elang, yang melihat abangnya itu sedang mengumpulkan nyawa yang entah melayang kemana, sambil menguap ia membalas perkataan Elang dengan anggukan.

Melihat keadaan sekelilingnya, ternyata cuma ada mereka berdua ia melirik kearah Elang yang kembali fokus pada ponselnya.

"Ayah sama bunda kemana?," kemudian bangung dari tempat tidur, menenggak habis air putih yang ada di atas nakas.

"Kalau Ayahnya pamitnya ke kantor kalau bunda katanya mau keluar sebentar."

"Oug, oya aku mandi dulu ya?" tambah Rendi.

"Formal amat sih bang" sela Elang, "Kita kaya perempuan lebbay. Apa salahnya sih elo, gue."

"Hah..hahaha iyya juga sih, yaudah gue mandi dulu,"

"Iya juga sih kalau kita ber aku kamu, serasa gue itu cerita sama pacar gue" lanjutnya.

"Emang abang sudah punya pacar?" lcibir Elang karena dari dia dirawat dia belum pernah melihat abangnya itu memperkenalkan seseorang sabagai pacarnya.

"Ada dong emangnya lo jomblo, gue ada entar gue kenalin beberapa hari ini dia lagi ikut seminar jadi dia belum sempat jengukin lo." Jelas Rendi.

"Gue nggak jomblo bang, gue singel dan lagi pula gue belum nemu aja yang cocok."

"Gimana kalau Calissta, kalian cocok lagi pula kalian kan sudah kenal dari kecil," usul Rendi, dia bersyukur akhirnya adik kecilnya itu kembali, dia sengaja mengajak Elang berbicara panjang lebar bahkan di selingi dengan sedikit ledakan dan candaan, ia mau melihat bagaimana respon Elang terhadapanya dan ternyata tidak begitu buruk.

"Yeee, malah ngelamun", suara Elang menyentakkan Rendi dari lamunanya.

Rendi hanya menanggapinya dengan senyum dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, berjalan kearah lemari, mengeluarkan pakaiaan bersih dan handuk lalu berjalan kearah kamar mandi.

Elang kembali memainkan ponsel tiba tiba saja ia teringat kata kata Rendi.

Calissta, apa pantas dia dengan perempuan cantik nan ayu seperti Calissta, tutur bahasanya lembut, rambutnya yang hitam sepinggang, kulit putih bersih, yang pasti yang membuat Elang tambah kagum akan sosok Calissta adalah orangnya yang sederhana, sama seperti Calissa sepupunya, tapi entah mengapa Elang merasa sangat nyaman terhadap sepupu Calissa itu, apa benar kalau dia memiliki rasa sama Calissta?. Tanya terlebih kepada dirinya sendiri.

Rendi yang baru keluar dari kamar mandi melihat adiknya itu senyum senyum sendiri, Rendi yakin kalau Elang sedang memikirkan perkataanya tentang Calissta, "dia memang jodohmu Lang." Bahkan kalian sudah di jodohkan sejak kecil, tapi biarlah kalian memulainya dari awal lagi."

"Hmm, kata nya gue jangan ngelamun, ko situ yang melamun sambil, senyum senyum sendiri, jangan bilang kalau lo lagi mikirin Calissta," ledek Rendi.

"Ha!, eng..gak, enggak siapa yang mikirin Calissta", elakl Elang gelapan ternyata Rendi tau apa yang sedang di fikirannya. Shittt!!?, umpat Elang dalam hati, tapi tidak bisa di pungkiri kalau di tertarik dengan sosok Calissta.

Tawa Rendi meledak melihat tingkah Elang, yang salah tingkah mengenai Calissta, menambah keyakinan kalau adil kecilnya itu tertarik dengan Calissta.

My MemoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang