31

2.1K 135 11
                                    

****

"Rendi?," panggil Permana dari arah pintu kamar, "Kamu mau kemana nak?"

"Rendi harus mencari Elang, dia dalam bahaya," sambil memperlihatkan paket kiriman yang di terimahnya tadi.

Melihat hal itu, rahang Permana mengeras, tangannya terkepal kuat, emosi yang selama ini di tahannya bangkit tak terkendali

"Keterlaluan, kali ini ayah tidak bisa tolerir lagi", geram Permana. Merogoh kantong celana, dan menelfon seseorang

"Halo, Marlan, dimana kamu sekarang!!",

"Saya lagi mengikuti mobil tuan Elang, yang sedari tadi di ikuti oleh beberapa pengendara motor, tuan." Jelas orang yang yang di ajak berbicara.

"Kirim sekarang posisi kalian, dan pantau terus keadaan Elang, jangan sampai kamu lengah!"

"Baik tuan," sambungan pun terputus, Marlan lansung mengirimkan posisi mereka kepada Permana.

Setelah mendapat alamat, "Ayo kita berangkat Rend," bergegas keluar dari kamar Rendi.

"Jangan yah, ayah dirumah saja biar Rendi yang mencari Elang, jangan buat bunda khawatir. Ayah tenang saja aku sudah mengabari Dion dan yang lainnya, untuk membeck up Rendi kalau terjadi sesuatu"

"Baiklah kamu hati hati, dan kalau terjadi sesuatu telfon ayah secepatnya." Mencoba meredakan emosinya demi sang Istri.

Rendi pun pamit kepada bundanya dengan alasan ada telfon darurat yang mengharuskannya ke Rumah sakit secepatnya.

Walau merasa ada yang aneh dari perkataan anaknya yang baru saja kembali dari Rumah sakit, dan izin mau kembali ke Rumah sakit lagi,  Masya tetap memberinya izin karena Permana mencoba meyakinkannya.

Dalam perjalanan Rendi menghubungi Dion, menyuruh Dion untuk menungguhnya di perepatan jalan.

***

Elang yang semakin terdesak mau tidak mau harus memberhentikan mobilnya, di liriknya Calissta yang masih tertidur di sampingnya.

"Gimana caranya gue nggak mungkin tinggalin Calissta di mobil sendiri, sial!!, mana lagi hp gue lowbet, Elang bego." Umpatnya dengan keras membuat wanita cantik disisinya terbangun.

"Kamu kenapa Lang?," belum sempat Elang menjawab pertanyaan Calissta, kaca bagian depan mobil mereka sudah di pecahkan oleh orang orang yang mengikutinya tadi.

Elang lansung menarik Calissta dalam pelukannya menghidari Calissta terkenah serpihan kaca.

"Sial!, siapa sih mereka!!, kamu nggak apa apa Lis,?" panik Elang melihat tubuh Calissta bergetar ketakutan bahkan air mata sudah meluruh di wajahnya.

"Aku takut Lang, mereka siapa?," kata Calissta dengan suara yang bergetar karena takut.

"Aku juga tidak tau, mereka siapa. Kamu tenang aku janji akan lindungin kamu."

"Kamu disini dulu setelah aku turun kamu kunci mobil dari dalam apa pun yang terjadi, jangan sekali kali kamu keluar dari mobil ini, ngerti!!"

"Kamu hati hati mereka banyak, Lang, aku takut kamu kenapa napa."

"Ndak akan aku janji," Elang mengecup kening Calissta berusaha menenangkan kekasihnya itu. Lalu berangjak keluar dari mobil.

"Wah...parah kalian, ini mobil baru lo, dan gampangnya kalian ngerusakin, gitu." Ledek Elang Mimik wajahnya berubah berbahaya, aura di sekitarnya perlahan menguap, pancaran matanya tegas namun penuh kemarahan, senyum dingin terukir dari bibirnya.

My MemoriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang