5: Sepuluh Hari

26 12 1
                                    

Vania POV

Kurasa, sudah sepuluh hari kisahku dan Sam dimulai. Masih mulus, belum ada pertengkaran. Sedang dalam masa kasmaran kalau kata novel yang biasa kubaca.

Sepuluh hari pula aku mulai tahu banyak tentang Sam, dia anak tunggal dan Papanya sudah 3 bulan berada di Belgia untuk mengurusi kantor cabangnya.

Dia sosok yang humoris, dan aku suka tipe pria humoris. Dia selalu mengalah, tapi bukan berarti aku egois.

Apa aku boleh menjatuhkan hatiku padanya sekarang? Meski masih ada sedikit keraguan di sudut hati.

Aku takut kejadian itu akan terulang. Aku dipermalukan pun keluargaku. Tiga hari sebelum pernikahan aku mendengar kabar dia berselingkuh. Sakit, dikala aku begitu mencintainya dan dia mencintai sosok lain. Dikala aku begitu ingin hidup bersamanya, keluargaku terpaksa membatalkan pernikahan.

Lalu siapa yang harus disalahkan disini? Aku, yang begitu bodoh akan cinta? Atau dia, yang suka mempermainkan hati?

Sudah, aku sudah menemukan Sam. Sosok yang berbeda dari masa laluku. Sam sempurna di mataku, dan aku yakin dia takkan seperti Dylan.

Aku juga yakin, Sam merupakan masa depan yang telah dipilihkan Tuhan untukku.

"Vania!"

"Ya, Bun?" Jawabku sedikit berteriak.

"Sini turun, ada Yavin!"

Hah?

"Iyaa! Sebentar."

----

"Gimana?"  Dia bertanya dengan alis terangkat.

"Gimana apanya?" Kami duduk berdampingan di taman dalam keadaan mendung.

Dia tertawa sejenak, "Aku sudah cinta sama kamu. Kamu kapan?"

Aku tersenyum, mengalihkan pandangan.

"Sepertinya hatiku memilihmu."

Dia menatapku tak percaya, bukan bahagia. Binar kekecewaan yang kudapat dari tatap matanya.

"Kok sepertinya?" Alisnya saling bertaut, tak suka.

Aku terdiam. Oh aku sudah salah bicara sepertinya. Baiklah,

"Hatiku telah menentukan pilihannya. Dan itu kamu, Sam."

"Aku sudah menduga kamu juga cinta sama aku." Dia menatapku penuh arti.

"Kata mamaku, kita pernah sama-sama mengalami kisah dengan akhir menyedihkan. Dan kuharap kisah kita ini, nanti memiliki akhir yang penuh dengan kebahagiaan." Lanjutnya kemudian meraih tanganku untuk digenggam.

Aku hanya membalasnya dengan senyuman dan balik menggenggam tangannya.

Lalu dia berdiri, mengandengku untuk kembali pulang. 

"Pulang, yuk! Sudah mulai gerimis." Akupun ikut berdiri dan mulai berjalan bersamanya.

Baru berjalan beberapa langkah, dia berhenti.

"Sebentar, ada yang kelupaan."

Dengan cepat dia mengecup keningku kemudian berlalu mendahuluiku menuju mobilnya yang terparkir di depan sana.

Ah, Sam! Aku sangat yakin pasti sekarang pipiku sedang memerah.

'Jangan membuatku jatuh padamu terlalu dalam,' pintaku dalam hati

Dan kemudian menyusul Sam dengan berjalan menunduk.

----

Potong yaw :v

Ada yang kangen abwang Sam, ga? Wkwkwk

Udah terobati ya kangennya -.-

Kapan2 gue up lagi

But, gue ga janji bakal up cepet :"

So sowi karena pendek banget:((

The Boss and His Lover (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang