13 : Bahagia

9 7 2
                                    

Yuk yuk!!

Monggo dibaca...

vote komennya jan lupaaa

----

Author's POV

Bern, Swiss.

"Jadi ternyata kau ini hasil persilangan?"

Will mengernyit tak paham atas pertanyaan Samuel.

"Iya 'kan, persilangan. Ibumu asli Swiss sedangkan Ayahmu asli Yogyakarta. Kalau wajahmu seperti ini, aku jadi ingin melihat bagaimana wajah adikmu," balas Sam mengerling kea rah Will.

"Tentu saja dia semenawan kakaknya yang tampan ini," ujar Will menyombongkan diri.

"Menarik. Kalau begitu aku akan-"

"Jangan kau coba-coba. Dia masih dibawah umur, you bastard!" Will terlonjak dari duduknya.

"Salah memang? Aku masih belum terlalu tua untuknya. Lagipula memperbaiki keturunan kurasa tidak masalah 'kan, kakak ipar?"

Will menghela napas berat.

"Dia bahkan belum lulus senior high school. Bila dia menjalin hubungan denganmu, aku yakin kau akan langsung menyeretnya ke pelaminan setelah dia lulus nanti. Mom and Dad pasti sangat menentang hal itu meski mengetahui kalau kau adalah pemilik café di banyak negara. Pedofil," pungkas Willar sebal.

"Whoa kakak ipar, kau menyakiti hati adik iparmu dengan kata-kata itu." Sam memasang wajah kecewa berpura-pura bahwa dia gagal sebelum berjuang.

"Ew, Sam! Hentikan sekarang atau akan kupotong lidahmu!" Ancam Will dengan dua tangan dipinggangnya.

"Maka akan kupecat kau saat itu juga."

Will mengembuskan napas kasar.

"Sam, you wouldn't make it. Kau sama sekali bukan tipe adikku lagipula dia tidak suka dipaksa. And here's the point, sepuluh tahun kurasa masalah besar di keluarga kami." Will berhenti sejenak.

"Jadi ingat kata-kataku dulu waktu kau sudah dua minggu disini, pagi itu. Nanti sepulangmu dari Swiss, kau akan bertemu dengan sosok tepat yang kubicarakan tadi. Percaya padaku, Sam. Ucapanku tidak pernah meleset, itulah kenapa aku jadi orang kepercayaan Papamu hingga sekarang," lanjut Will membanggakan diri.

"Yang benar saja." Sam memutar bola matanya malas. Tidak mempercayai ucapan playboy di depannya ini

----

Indonesia.

"Tiga bulan kamu disini membawa perkembangan yang cukup pesat pada Pra's, Erin. Keuntungan Pra's meningkat 65% dibandingkan sebelumnya. Selain cantik dan pintar, kamu juga cekatan. Aji melaporkan semuanya pada saya, kinerja kamu sangat bagus. Saya bangga padamu," tutur Alvin Risman Pradana pada briefing pagi ini.

Sedangkan yang dipuji habis-habisan hanya bisa menunduk, tersenyum malu-malu.

"Saya senang pagi ini bisa bertemu kamu langsung. Dengan ini saya umumkan kamu yang akan mengurus keuangan Pra's mulai hari ini."

Clarine mendongak kaget. Menatap atasannya tak percaya dengan mulut sedikit terbuka.

Aji bertepuk tangan heboh lalu diikuti pegawai Pra's lainnya. Disusul siulan yang saling bersahutan.

"Pak Alvin nggak ... salah?"

Pria tua itu tersenyum lalu menggeleng.

"Tidak, dan saya tidak pernah seyakin ini sebelumnya. Anak saya pasti juga bangga padamu. Satu bulan lagi dia akan pulang. Dia yang akan mengurus Pra's setelahnya."

The Boss and His Lover (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang