15 : Sebuah Rencana

9 5 0
                                    

Author POV

Setelah lima bulan menjadi tahanan di Swiss, akhirnya Samuel tiba juga di Surabaya. Bersama Willard tentu, sesuai perkataannya. Beberapa menit lalu pesawat yang mereka tumpangi baru saja landing. Sekarang mereka dalam perjalanan menuju kediaman Sam dan akan segera sampai.

"Terima kasih ya, Pak. Sudah saya bayar lewat aplikasi ya." Sam mulai turun dan mengambil barang-barangnya.

"Oke, Mas. Jangan lupa kasih bintang lima buat saya. Hehe."

"Siap, Pak." Sam tersenyum ramah dan mengangguk.

Will yang sedari tadi hanya diam membuat Sam bingung.

"Ada apa denganmu, Will?"

Seolah terkesiap dari sikap batunya, Will tergagap.

"Ah ... ini ... benar rumahmu?"

"Kenapa? Terlalu mewah? Atau biasa saja?"

"Biasa saja. Tidak seperti orang kaya pada umumnya," sahut Will.

"Itu yang tidak kau tahu. Orang tuaku lebih suka bersikap sederhana. Tapi tidak juga, ini baru tampak depan di dalam lebih menakjubkan. Ayo masuk!" Ajak Sam.

Sambil berjalan menuju ruang tamu, Sam berujar. "Nanti malam kata Papa akan ada semacam pesta di Pra's."

"W-what?!"

"Pesta, kenapa? Belum berpengalaman, boy?"

"Shit!" Will menggumam pelan.

Tawa Sam menyembur begitu mendengar umpatan itu keluar dari mulut Willard.

"Oh-oh ... ternyata benar. Santai, aku juga belum pernah ke pesta seperti itu, Will. You are not alone."

"Apa ada perempuan?"

"Hei! Jangan macam-macam kau di negara orang!" Sam memperingatkan.

Will memutar matanya malas.

"Dimana kamarku?"

"Tepat di samping kamarku, dude. Ayo naik!"

"Ta-da!! Dulunya ini kamar pembantu."

Will menatap Sam dengan terkejut yang begitu datar.

"Dimana sense of humor-mu?"

"Humormu yang jongkok." Will melengos memasuki kamar yang ditunjuk Sam.

"Will!"

"Yes?"

"Istirahatlah. Pukul 7 kita akan berangkat."

"Terserahmu," jawab Will malas.

Sebelum menutup pintu, Will terkesiap.

"Sam, tunggu!"

Sam berhenti dan berbalik.

"Willard's tingle merasakan sesuatu," lanjut Will.

"Apa?"

"Sosok sempurna sudah dekat," Will merubah nada suaranya menjadi lebih serius.

Sam mengangkat sebelah alisnya. Konyol sekali, pikirnya.

"Istirahatlah, Will. Aku tahu kau lelah," tutup Sam menepuk bahu Willard.

---

Pukul 7.15 malam mereka baru sampai di lokasi acara. Sudah ramai tapi belum dimulai karena sang empunya acara baru datang. Begitu Alvin Pradana menangkap Sam dengan ekor matanya, segera saja ia mendentingkan gelas yang dipegangnya.

The Boss and His Lover (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang