The Darkness : Zero

1K 77 0
                                    


💗💗💗

Ditempat lain Ana terus berlari bersama dicky dan juga vely, ke tiga remaja itu diam tanpa ada yang memulai pembicaraan, kaki mereka melangkah menjauhi pusat kota, suara gaduh dan tembakan terdengar, ana menoleh dan melihat kobaran api dan asap hitam mengepul dari pusat kota.

“ada apa ini dicky?” ana melirik dicky tak mengerti, dikota masih ada alex dan mereka meninggalkannya disana. Dicky mengabaikan pertanyan itu dan memilih menatap kelangit dengan ekspresi serius.

“uap panas naik, akan turun hujan dalam beberapa menit” racaunya lalu mengangkat tangannya keatas dan melebarkan telapak tangannya, suara gemuruh terdengar ketika ia mengepalkan tangannya dan melirik ana.

“kita harus pulang” ucap dicky lalu memegang tangan ana erat takut gadis itu lepas dari genggamannya.

“dicky” dicky menoleh ketika mendengar suara lirih vely, beberapa pemburu tampak berdiri tepat dihadapan vely yang menatap sengit para pemburu itu dengan waspada. Mereka kalah jumblah dari para pemburu itu.

Velly melirik dicky lalu anna “tinggalkan aku disini, biar aku yang mengurus manusia sialan ini” geram vely sembari melepaskan mantelnya lalu menarik tali pinggang yang selalu ia pakai. Tali pipih itu ditariknya dan memperlihatkan wujut asli dari benda yang selama ini dikira anna sebuah tali pinggang biasa.

Benda pipih itu berkilat putih dengan sisi tajam bergerigi dengan panjang layaknya sebuah cambuk. Dicky melirik velly “apa kau bisa melakukannya?” vely mengangguk mendengar pertanyaan dicky dengan yakin. Ia berharap bisa mengulur waktu hingga anna dapat kembali kekastil dengan aman. Hanya kastil tempat satu-satunya yang teraman bagi gadis itu.

Dicky percaya dengan kemampuan vely, ia tak meragukan gadis tukang sewot itu, yang terpenting adalah bagaimana menyelamatkan ana dari pemburu atau yang sering dicky sebut anjing pemburu, anjing yang melayani dan mengerjakan perintah Dracula murni pembangkang yang menentang alex dan para Dracula darah murni lainnya.

“zero” geram dicky mengingat nama pria itu, pria yang begitu dikenalnya dan tidak akan pernah dilupakannya.

Jika zero Dracula pembangkang itu mendapatkan ana, maka sia-sia selama ini alex menjaga anna, dia tidak akan melakukan kesalahan itu untuk ke-2 kalinya dimana ana gadis clan suci satu-satunya menjadi sumber kekuatan zero.

Hujan turun membasahi bumi menghantam tubuh ana dan dicky yang berlari menjauhi pusat kota, “maafkan aku membuatmu berlari ana, meskipun aku tau tindakanku ini hanya akan membuat para pemburu itu semakin banyak mengincar kita, tapi yakinlah aku tidak ingin membuatmu menjadi boneka pria itu, aku tidak ingin membuat diriku bersalah untuk ke-2 kalinya” racau dicky keras disamping ana yang berlari mengikutinya.

“apa maksudmu dicky?” balas ana tak kalah kerasnya, ia tidak mengerti akan perkataan dicky dan bagaimana pria itu berusaha melindunginya entah dari siapa.

“teruslah lari aku akan melindungimu” ucapnya tak juga menjawab pertanyaan ana.

“bagimana dengan vely?” dicky mengeleng menandakan ia tak tahu mengenai keadaan gadis itu. dalam hati pria itu berharap velly baik-baik saja.

Anaa pov…

Hujan terus menghantamku, mataku menjadi buram melihat sekeliling yang tiba-tiba saja berkabut, sekilas bagai kilat cuplikan-cuplikan aneh memutari kepalaku, mobil, teriakan, gelang hitam, foto, kalung, bayangan dan cuplikan itu membuatku sakit kepala, aku melihat diriku mengendarai sebuah mobil, dihadapanku penuh kabut, gelang hitam ditangan kiriku, foto keluarga yang tidak kukenali siapa, dan kalung yang menggatung di kaca depan mobilku, semua itu berlalu cepat dan berurutan.

“ana!” aku terkejut dan sadar dari sakit kepalaku kulirik sekitar kami yang kini di kelilingi para pemburu, dicky berusaha melindungiku.

Mataku terbelalak kaget ketika melihat dicky jatuh terduduk ditanah dengan luka serius diperutnya akibat tembakan dari pemburu, lubang diperutnya begitu lebar, darahnya membuat kepalaku kembali sakit.

Pembunuhan itu, bayang-bayang mengerikan yang selalu kulihat, benda tajam, tumpukan mayat yang mati mengenaskan. kepalaku kesakitan mengingat semuanya, kenapa dengan ingatanku itu? Ada apa ini!.

Aku jatuh terduduk di samping dicky yang masih memegang tanganku erat, “lari, larilah ana” ucapnya parau menahan sakit, ada apa ini? Kenapa semua menjadi malapetaka bagiku!!, kenapa dengan mereka?!, kulirik sosok pria berjubah hitam yang berjalan mendekatiku yang masih menahan tangis.

“tidak perlu lari nona, aku hanya ingin memberimu hadiah sebagai kata sambutanku” aku bersingut mundur ketika dicky dengan susah payah bangun dan berusaha melindungiku. Raut wajah yang biasanya ceria dari dicky kini berubah menjadi ekspresi amarah yang kental.

“zero, aku tau apa yang ada di kepala licikmu itu, jauhi ana” desis dicky menahan sakitnya.
“lama tidak bertemu dicky si penghianat!, hujan menjadikanmu lemah, benar-benar kesialan bagimu” desis zero kejam seringai mengerikan itu muncul di bibirnya. Pria bernama Zero melangkah mendekatiku mengabaikan dicky yang kesakitan matanya menatapku.

“anna jauhi dia!!” peringat dicky membuatku mundur menjauh namun zero hanya terkekeh dan terus melangkah. Ia mengulurkan tangannya kearahku, aku terus mundur namun pria itu melesat cepat dan berdiri didepanku dan memegang kepalaku kuat.

Sensasi  menyakitkan muncul dikepalaku, itu terasa lebih sakit dari yang kurasakan sebelumnya. Aku berteriak histeris, sosok zero kini mundur dari hadapanku, menatapku dengan santainya. Menikmati tontonan seru dimana aku menarik rambutku kuat-kuat tak dapat menahan sakit dikepalaku.

Aku terengah-engah memandanginya dengan tatapan marah dan dia hanya tersenyum manis tanpa dosa “ini hadiah dariku semoga kau suka” ucapnya dan semua menjadi gelap.

#cuap2author

Hay.... Udah lama nggak publis revisi cerita ini. Dikarenakan kesibukan dunia nyata yg menyita waktuku hingga tidak sempat merevisi dan mempublis cerita.😢

.
.
.
.
.
.
The Darkness

R

evisi: kamis, 11juli2019

Dracula's: The Darkness (Complete) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang