"Za, lo mau jadi cewe gue ga?"Kayuza Lecanika, alias Yuza menghembuskan nafasnya sembarang. Seolah dia sudah muak dengan kejadian seperti ini.
Mata cantiknya menatap mata pria didepannya. Mata itu berbinar penuh harapan. Yuza menggelengkan kepalanya, ia tak habis fikir, padahal Yuza yakin, cowo itu pun pasti tau, jawaban apa yang akan diberi nya.
"Ren? " Panggil Yuza
Alis cowo itu—Reno, naik keatas, seolah bertanya atas panggilan Yuza barusan.
Yuza menghela nafas, "Lo tau, Ren? Lo itu partner kelompok yang paling gue suka,"
Reno mengerutkan dahinya, bingung.
"Tapi, please, lo jangan ngartiin hal itu lebih. Lo sendiri tau image gue dimata cowo-cowo sekolah ini kan?" Lanjut Yuza.
Reno ngangguk lalu menyunggingkan senyum tipis. "Gue tau kok, Za. Pasti gue bakalan ditolak."
Kini justru Yuza yang kebingungan.
"Gue cuma mau nyatain doang, Za. Karena dari awal gue kenal lo, baru kali ini gue berani nyatain hal ini. Gue gak pernah berharap banyak bakalan diterima sama lo," Reno menghela nafasnya lalu tersenyum lebar ke Yuza, "Tapi kita tetep partner kelompok kan, Za? Gue gak mau kehilangan satu pun partner terbaik gue."
Kedua ujung bibir Yuza naik keatas bersamaan, "pasti dong! And last, sorry banget ya, Ren. "
"Its okay, Za. I know you."
Yuza menatap punggung Reno yang semakin menjauh. Lagi-lagi dia mematahkan hati seseorang.
Kenapa juga sih mereka ngajakin pacaran? Gue kan gamau pacaran!
• • • •
Pundak gadis yang rambutnya dikuncir itu semakin lunglai. Dia semakin bosan menjalani hidupnya yang begini-begini aja.
Gue butuh sesuatu yang baru! Pikir Yuza.
Setiap jam yang dia lalui disekolah, selalu terasa lama. Entah memang dirinya yang ingin cepat pergi dari situ, atau memang takdir sedang mempermainkannya?
"PAPAAA!! HIKSS HIKSS.. PAA..."
Yuza membelakakan matanya, terkejut. What? Dia gak salah dengar kan? Itu suara anak kecil nangis? Tapi dimana....
Sambil berusaha mencari asal suara tersebut, mata Yuza menelurusi tempat yang sekarang dia datangi.
Langkahnya dengan mantap mendekati suara yang semakin terdengar,sampai akhirnya dia melihat anak perempuan sedang menekukkan lututnya. Kepalanya ia tundukkan seperti benar-benar sedang menangis.
"Ehmm.. de?" Panggil Yuza lembut,
Dengan sesenggukan, perlahan anak perempuan itu mendongakkan kepalanya menatap Yuza. Hidungnya memerah, kedua matanya sembab, sepertinya ia sudah lama menangis.
Yuza yang tak tega pun mendekati anak tersebut dan memeluknya, "kamu kenapa nangis? Kok disini sendirian?" Jemari Yuza membelai rambut anak tersebut dengan kecupan di kepalanya agar ia tenang.
"Papa..." gumam anak itu.
"Hm? Emang papa kamu dimana?"
Anak perempuan itu menggelengkan kepalanya dengan bibir yang dimanyunkan kedepan.
"Nama kamu siapa?"
Mata bulatnya menatap mata Yuza penuh binar, "Kayla" jawabnya.
Yuza tersenyum sambil mengusap pipi gembulnya, "namanya cantik, kaya orangnya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Whats Wrong With Om-Om?
Teen FictionJika ada yang bilang hidup lumayan membosankan, maka Yuza akan berteriak setuju dengan kencang. Namun ketika ada seorang om-om yang hadir dihidup Yuza, semuanya kian berubah. Siapa sangka kalau hidupnya akan berputar 180° menjadi lebih berwarna se...