30. weekend ini

2.8K 165 11
                                    

Kalian ingat, Tika pernah bilang bahwa weekend ini ia akan memberi kabar soal kelanjutan antara dirinya dan Alan.

Oke. Dari awal mereka berdua memang tidak pernah memulai apapun.

Mungkin lebih tepatnya ... kelanjutan perasaan Tika pada Alan.

Dalam seminggu ini Tika juga cukup sukses menuruti perkataan Alan. Dia tidak lagi berperan sebagai babu —seperti yang selalu dikatakan Yuza.

Tika kembali seperti semula, persis sebelum munculnya pria bernama Alan Syafiq tersebut.

"Lo yakin tetep mau ngejauh gini, Tik?" Tanya Yuza sembari mencoret-coret kertas dibuku catatannya.

Tika mengangguk. "Dia yang mau juga, Yuz. Ya gue turutin nih."

Mata Yuza melirik Alan didepan yang beberapa kali curi pandang kearahnya.

Oke.

Untuk kali ini Yuza cukup yakin seribu persen bahwa Alan melihat kesini bukan untuk memandangnya. Melainkan melirik teman disebelahnya ini.

"Tapi orangnya ngeliatin lo terus nih daritadi," cepu Yuza pada akhirnya.

"Halah. Gak usah bikin gue jadi geer deh," elak Tika sambil tertawa.

Yuza melengos sebal "yeee dikasitau juga. Seriusann ih, Tik!"

Bahu Tika terangkat tak acuh. "Biarin aja udah. Palingan dia kangen sama gue," celetuknya.

Sesaat Yuza memasang wajah datar. Kebalikan soal tadi, kali ini dia salah seribu persen sudah mencemaskan Tika. Buktinya sekarang dia masih sempet ngeguyon kaya gitu tuh?

• • • •

Sava membuka pintu kamar milik Yuza dengan perlahan. Melirik seisi kamar yang saat ini penghuninya sedang tak ada.

Gadis itu melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Sekarang hampir pukul 5 sore.

Tumben banget anak itu belum dirumah.

Oke. Walaupun Sava terlihat tidak pernah memperhatikan adiknya itu. Diam-diam dia selalu menanyakan kondisi Yuza pada Freya —mbak yang bekerja dirumah ini.

"Hey, Al. Kapan nyampenya?"

Sebuah suara menyadarkan Sava dari lamunannya.

Suara Gendra.

Sava mendekat kearah gendra sembari mencium punggung tangan dan memberi pelukan singkat. "Baru aja kok, Pah."

"Oiya, UTS aku kemarin lancar banget loh, Pah. Makanya sekarang aku bisa liburan disini hihi."

"Wah alhamdulillah. Papah turut seneng dengernya."

Sava mengembangkan senyumnya. "Yuza kemana deh pah? Udah sore gini kok belum balik ..."

Gendra berjalan menuju ruang tamu untuk menonton acara tivi yang belakangan sering ia tonton. Sava pun turut mengikuti langkah Gendra yang kearah ruang tamu.

"Biasa, main sama Tika." Jawab Gendra ala kadarnya.

Sava memangut mengerti. "Yuza ... kayanya masih marah sama aku deh pah."

Mendengar itu Gendra menolehkan kepalanya. Dia berdecak-decak gemas. "Marah kenapa sih, Al? Emang kalian berantem?"

Sava, yang sedari dulu kerap dipanggil Alsa oleh Gendra hanya menundukkan kepalanya. Memikirkan hubungan adik- kaka yang semakin merenggang ini.

"Soal dulu pah," Jawab Sava. "Aku pikir masalah itu seratus persen udah kelar. Tapi ternyata emang terus membekas dihati Yuza ya, pah?"

Gendra menepuk-nepuk bahu Sava guna menenangkan gadis sulungnya itu. "Setiap hati orang kan gak pernah sama, Al, dalam menilai sesuatu. Dan mungkin bagi hati Yuza, kejadian itu bukan sesuatu yang gampang buat dilupain. Kita harus sabar, okey?"

Whats Wrong With Om-Om?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang