Author Note :
Halo semuanya!
Really really sorry karena hampir dua bulan gue ngilang dari wattpad 🙏🙏Bagi yang baca pesan gue diwall wattpad, pasti tauu kan kenapa gue ngilang.
Pokoknya maap bgtt ya gais. But, alhamdulillah sekarang urusan rl gue udah kelar, sekarang lagi libur puanjangggg juga neh. So, I hope that a good news buat kalian, dan semoga cerita ini bisa terus lanjut sampai end! Aamiin.
• •
"Lo yakin mau kesini?"
pandangan bola mata hitam itu tertuju pada lawan bicaranya. Raut wajahnya terukir serius, kemudian menganggukkan kepalanya. "Iya dong. Lo sendiri kan udah tau dari lama, gue pengen banget kesini!!" ujarnya excited.
Helaan nafas terdengar dari lawan bicara gadis itu.
"Terus... lo bakalan pisah dong sama Putra?"
Gerakan jarinya pada keyboard laptop terhenti mendengar ucapan temannya itu. Matanya melirik lalu tertawa sebentar. "Gue pergi atau enggak pun, gue sama dia gak bakalan nyatu, Tik." Keluhnya.
Tika, teman, sahabat, sodara, atau rekan sehidup Yuza hanya dapat memandang punggung gadis itu dengan sayu. Gak ada yang lebih tau kisah hidup Yuza selain dirinya.
Dia tau banget, kali ini Yuza gak main-main sama perasaannya. Entahlah si om-om itu serius juga, atau emang hanya mainin sesaat. Tapi yang jelas, Tika gak akan membiarkan duda itu menyakiti perasaan sahabatnya.
• • • •
"Dudududu ... lalalala ... uhuyy aseeek banget dah ... "
Yuza menatap kakaknya dengan tajam. Sembari melempar bantal kecil yang ada didekatnya. "Berisik banget sih lu?!"
Sava menghentikan lantunan suaranya. Ia tertawa melihat adiknya terganggu oleh kelakuannya. Langkahnya terarah menuju Yuza yang daritadi berkutat dengan laptop. ditambah ada beberapa kertas diatas meja yang menarik perhatiannya.
"Anjir. Lo mau kesini?!" Histerisnya. Sebelah tangannya terulur untuk mengambil browsur yang terbuka lebar.
Yuza menghiraukan ocehan kakaknya. Dia terlalu sibuk untuk itu. Namun sepertinya Sava gak membiarkan dirinya diabaikan.
"Ck. Mang ngape sih? Gue gak boleh kesana?"
Sava menggelengkan kepalanya. Heran.
Gadis itu mendudukkan dirinya disebelah Yuza. Jemarinya mendekat kearah Yuza dan mengacak-acaknya gemas. "Please deh, ini lo masih dendam ya sama gua?" Ujarnya blak-blakan.
"Gak tuh."
"Dek," Lirih Sava pelan. "Sorryyy kali. Gue harus minta maaf berapa kali sih biar lo lupain kejadian dulu? hah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Whats Wrong With Om-Om?
Ficção AdolescenteJika ada yang bilang hidup lumayan membosankan, maka Yuza akan berteriak setuju dengan kencang. Namun ketika ada seorang om-om yang hadir dihidup Yuza, semuanya kian berubah. Siapa sangka kalau hidupnya akan berputar 180° menjadi lebih berwarna se...