25. Fakta

4.1K 321 20
                                    

A/n : Cuma mau ngasitau, chapter ini hampir 75% berisi narasi. So, biar gak ketinggalan berita, dibaca semua ya, gais, narasinya. Makasie😙

• •

Gendra berjalan mendahului putrinya untuk masuk kedalam rumah. Setelah menghadapi perang dingin sepanjang perjalanan pulang, akhirnya bapak satu itu bisa merebahkan tubuhnya keatas ranjang.

Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar. Dadanya terasa sesak, seakan dihimpit oleh sesuatu yang ia sendiri tak mengerti. Pikirannya melayang mengingat kejadian barusan. Kejadian dimana akhirnya dia mengetahui 'cowok' yang selama ini Yuza bicarakan.

"Gila!" Lirih Gendra seraya memejamkan mata.

Dilain tempat, Yuza terlihat sangat murung. Gadis itu seribu persen gak menyangka kalau ...

Yah. Kalau ternyata omput itu teman papahnya.

Sekarang nasib mereka gimana?

Melihat reaksi Gendra tadi saja, Yuza bisa langsung menyimpulkan, papahnya tidak menyetujui hubungan mereka.

Sedetik setelah Yuza mengatakan hal tersebut, ia tertawa miris. What? Emang hubungan apaan, woi?

Lagian selama ini mereka gak terikat hubungan apa-apa. Ya tapi kan...

Ya gitu ah!

Terus gimanaa dong??

Kening Yuza berkerut dalam, pusing memikirkan situasi ruwet ini. Lagian kok bisa-bisanya sihhh mereka temenan?! Yuza greget sendiri mengingat hal itu.

Dimana dari sekian juta manusia dimuka bumi. Mereka bisa-bisanya jadi temen?! Ternyata dunia emang sesempit itu sih, ya.

Langkah Yuza terseret-seret menuju kamar. Rasanya gairah untuk jalan aja tuh udah gak ada. Tapi demi menuju kasur tercinta, Yuza penuh perjuangan melangkahkan kakinya yang terasa berat.

• • • •

Putra masih terduduk dibangku halte setelah beberapa menit kepergian Gendra dan Yuza. Rupanya om-om satu itu juga masih terkejut mengetahui fakta yang baru ia terima itu.

Ya siapa juga yang gak kaget, coy?

Apalagi selama ini dia curhat sama Arsa, alias Gendra, yang ternyataaa.... Ia itu ayah dari cewek yang ia sukai!

Gila! Situasinya bener-bener gila!

"Ehm..., Pak?" Panggil seseorang, yang menyadarkan lamunan Putra.

Mata Putra memandang tukang gorengan yang memanggilnya barusan. Tukang itu menatap Putra iba dan dengan sok akrabnya menepuk bahu Putra beberapa kali.

"Yang sabar ya, Pak. Hidup ini memang penuh sekali dengan cobaan." Ujarnya yang ternyata daritadi menonton drama gratis yang disuguhkan oleh Putra, Gendra dan Yuza.

Putra melebarkan senyum mirisnya. Ah anjir malu banget! Sanking shocknya sampe gak sadar kalo daritadi diliatin orang-orang!

Iya. Kejadian barusan tentu saja mendapat perhatian dari orang-orang yang lewat. Bahkan kendaraan yang lewat sampai berhenti, untuk melihat apa yang terjadi.

Lalu sanking banyaknya motor, mobil, becak, bajaj, sepeda, bahkan orang yang lagi jalan berhenti itu sampai menimbulkan kemacetan yang begonya tidak mereka sadari.

Tanpa mau menanggung rasa malu sendirian, Putra pamit balik pada tukang gorengan tersebut. Walau diberi beberapa petuah berharga dulu. Barulah Putra bisa leluasa pergi.

"Hidup gua ngapa jadi gini amat dah, ya?" Gumam Putra seraya memutarkan kemudi mobil.

• • • •

Whats Wrong With Om-Om?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang