Episode 14

63 7 0
                                    


Tubuh yang begitu besar, dua mata merah yang menyala di dalam kegelapan, sayap-sayapnya begitu lebar, cukup untuk menutupi cahaya bulan yang bersinar di sekitarnya.

Hembusan nafasnya membuat angin ribut muncul seketika, langkah kakinya membuat tanah bergetar, dan keberadaaannya lebih dari cukup untuk membuat para monster di bawah tingkatnya lari ketakutan dari monster yang sebenarnya.

Melihat pamannya pergi menjauh meninggalkan dirinya, dengan tatapan dingin arten tersadar bahwa selama ini punggung pamannya begitu tegap dan kekar walau tertutupi jubah hitam pekatnya.

" Tidak..."

"Jangan pergi, ku mohon..."

" Paman arten tau paman sungguh hebat , paman mengajarkan arten segalanya, dan paman mengajarkan kanuraga tenang, dengan begitu arten bisa mengambil jalan yang tepat dari semua pilihan yang ada." Tatapan arten terus menatap pamannya yang pergi menjauh.

" Paman adalah orang yang hebat, paman kuat , paman sungguh kuat, dan arten tau, arten tau itu..." Bergetar tubuh arten.

" Tapi... Jika paman sudah menggunakan kanuraga tenang ,kenapa paman malah memilih untuk melawan monster raksasa yang mengerikan, itu ? Monster ini sungguh adalah sang bencana, keberadaaannya adalah sang bencana bagi seluruh umat manusia, ..bukan tapi untuk alam ini."

Tangan kecilnya bergetar sambari memegang erat celana kumuhnya.

Jangan pergi Paman ! ku mohon jangan tinggalkan Arten !! Ujar arten dalam hatinya, ingin sekali Arten teriak, tetapi arten tidak melakukannya, karna itu semua dirasa nya percuma.

Bibir arten kini bergetar dangan wajah horornya yang kembali muncul.

Genggaman tangannya semakin kencang dan kuat, sehingga membuat darahnya keluar sedikit dari telapak tangan kecilnya.

Menatap tajam ke arah pamannya, arten kemudian berhenti memainkan pikiran tenangnya.

" PAMAN !!!! JANGAN MELAWAN MONSTER RAKSASA ITU !!!" Teriak arten menjerit kepada paman .

Mendengar perkataan arten.

Suara arten seketika membuat paman nya sedikit tersenyum.

"Ada apa dengan bocah yang biasanya tidak peduli denganku, itu? Bocah itu sudah menggunakan kanuraga tenang, tapi dia tidak bisa mengontrol emosinya? Ketakutan ? "

"Hahahaha, bocah bodoh." Teriaknya

Menutup kedua matanya, paman kembali mengambil pernafasan dalamnya.

" Jika kau ketakutan hanya dengan melihat sesosok monster itu, akan paman perlihatkan ketakutan yang seberanya dari kanuraga tenang tingkat tinggi, bocah."

" Kau butuh waktu lama untuk tingkat ini."

Berhenti melangkahkan kakinya, paman kemudian menoleh sejenak ke arah arten.

Tatapan matanya begitu sayu, seketika arten langsung terdiam membeku ketakutan karna melihat pamannya terlihat berbeda.

Tubuh arten langsung terjatuh ke tanah , seluruh tubuhnya bergetar ketakutan , tatapan horornya terus berlanjut bahkan semakin mengerikan.

Arten tidak pernah melihat pamannya memasang wajah yang seperti ini, hawa di sekitarnya terasa begitu mengerikan.

Menatap paman dari kejauhan, hawa sekitar paman terasa begitu dingin.

" A-apa itu paman??" Pikir arten.

" S- siapa ??"

" S- siapa itu ..." Bergetar arten melihat pamannya.

Arten : Pesilat Sakti Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang